Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan T1 292012236 BAB IV

(1)

81 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian dan pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Sub tema 1 Jenis-jenis Pekerjaan Sub-sub tema Tukang Ronde telah dilaksanakan menggunakan metode Research and Development (R&D). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan, mengembangkan langkah-langkah Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan, mengetahui seberapa tinggi tingkat validitas produk model pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan, dan mengetahui seberapa tinggi model pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dapat meningkatkan kompetensi hasil belajar pesera didik. pada sub bab hasil penelitian ini akan disajikan proses pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan.

Proses pertama kalinya adalah peneliti melakukan survey lapangan terlebih dahulu dengan mewawancarai guru kelas. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan ternyata guru di tiga Sekolah Dasar di Salatiga belum memahami konsep pembelajaran tematik secara utuh dan kurang memahami peran guru dalam merancang pembelajaran di kelas. Guru kelas hanya menjalankan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran di Buku Guru tanpa memahami konsep pembelajaran tematik yang utuh dan tepat. Sehingga perlu adanya langkah-langkah model pembelajaran tematik yang tepat untuk dijadikan bekal guru dalam melaksanakan pembeljaran di kelas. Selain itu guru perlu tahu peran yang dimiliki apa saja sehingga guru dapat dengan kreatif merancang proses pembelajaran.

Proses yang kedua peneliti melakukan perencanaan konsep Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang


(2)

kemudian jika model sudah jadi maka peneliti melakukan validasi model oleh ahli desain pembelajaran yaitu berupa model, silabus dan RPP. Selain ahli desain juga peneliti melakukan validasi materi yang ada dalam Buku Guru dan Buku Siswa. Selanjutnya setelah dilakukan validasi oleh ahli, peneliti melakukan revisi model sebelum melakukan uji coba terbatas pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 02 Salatiga dan SDN Salatiga 05. Setelah uji coba terbatas selesai dilakukan revisi produk yang menandakan tahap sudah selesai dan model dikatakan final. Berikut merupakan uraian dari hasil penelitian

4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

Dari survey pada studi pendahuluan diketahui bahwa terjadi kesenjangan antara kondisi ideal dan kondisi di lapangan pada implementasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Dari empat Sekolah Dasar,75% responden mengatakan bahwa Buku Guru dan Buku Siswa belum sesuai dengan lingkungan peserta didik. Walaupun ketidaksesuaian itu telah diakui oleh 75% responden namun guru tetap berpanduan pada Buku Guru dan Buku siswa dari Pemerintah.Hal itu disebabkan karena guru tidak sempat mengembangkan Buku Guru dan Buku Siswa yang sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan pembelajaran yang dihadapinya. Semestinya guru melakukan usaha mandiri untuk menciptakan pembelajaran yang relevan terhadap lingkungan dan situasi kelas yang dihadapi, karena yang dapat mengerti karakteristik siswa dan lingkungan pembelajaran adalah guru sebagai pengelola pembelajaran tersebut, bukan Pemerintah yang hanya menerka-nerka situasi pembelajaran yang akan terjadi.

Berdasarkan hasil survey 75% mengatakan tema, sub tema serta pembelajaran tidak sesuai, hal ini terlihat dari tema dan sub tema yang dipilih tidak mengerucut melainkan melebar kemana-mana. Seharusnya pembelajaran membahas sub sub tema dari sub tema yang ada ternyata


(3)

semakin membuat pembelajaran menjadi umum bukan mengerucut dan masih abstrak. Seharusnya dari tema dan sub tema yang umum dan abstrak dikembangkan menjadi pembelajaran 1 sampai 6 dengan pembelajaran yang konkret sehingga siswa lebih mudah memahami materi dan membuat pembelajaran lebih bermakna.

Dari empat Sekolah dasar 100% mengalami kurangnya sarana dan prasarana belajar yang memadai untuk mencapai Kompetensi Dasar secara optoimal. Kekurang ketersediaan sarana dan prasarana akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sebenarnya lingkungan sekolah dapat dijadikan sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran di kelas, namun guru kurang memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada. Padahal guru memiliki wewenang dalam pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada termasuk lingkungan di sekitar sekolah. Dengan pembelajaran berbasis lingkungan guru akan lebih mudah melakukan pembelajaran serta memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, selain itu akan membuat pembelajaran lebih terkesan dan bermakna serta Kompetensi Dasar tercapai dengan optimal.

Dari hasil survey pada studi pendahuluan diketahui juga kurang relevannya materi dengan kondisi siswa. Dari empat Sekolah Dasar di Salatiga yang disurvey 100% materi yang digunakan dalam proses belajar mengajar kurang relevan dengan lingkungan di Salatiga, hal ini terlihat dari materi yang disajikan pada Buku Guru dan Buku Siswa secara umum menyamaratakan materi setiap sekolah. Mengingat latar belakang warga Indonesia yang berbeda-beda, sehingga perlu mengembangkan pembelajaran dengan memodifikasi materi yang sesuai dengan lingkungan peserta didik supaya peserta didik dapat belajar sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Kesenjangan yang ditemui dari empat Sekolah dasar di salatiga yaitu pada kurang mendalamnya materi pada Buku Siswa. Dari empat Sekolah Dasar 75% mengatakan Buku Siswa hanya menerangkan materi secara singkat, seharusnya Buku Siswa berperan aktif penanaman


(4)

pengetahuan siswa, namun karena kurangnya pendalaman materi pada Buku Siswa membuat siswa kesulitan dalam pemahaman materi. Pada Kurikulum 2013 siswa dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuannya sendiri dengan bantuan Buku Siswa seharusnya siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri, namun karena kurangnya pendalaman materi juga membuat siswa kesulitan mendapatkan pengetahuannya sendiri. Dengan pengembangan pembelajaran tematik siswa akan mudah memperoleh pengetahuannya sendiri mengingat pembelajaran tematik menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dengan penggunakan tema yang disesuaikan dengan lingkungan siswa sendiri. Sehingga pendalaman materi dengan mudah mereka dapatkan sendiri

4.1.2 Hasil Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

Model desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan adalah kerangka konseptual dari konkretisasi teori yang dibangun berdasarkan desain pembelajaran Kemendikbud (2014: 17), teori lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran, dan pembelajaran Tematik Integratif yang berisi prinsip-prinsip, konstruk, tujuan dan langkah-langkah. Enam langkah desain pembelajaran menurut Kemendikbud yang telah diuraikan adalah 1) memilih/menetapkan tema, 2) melakukan analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan membuat Indikator, 3) membuat hubungan pemetaan antara Kompetensi Dasar dan Indikator dengan tema, 4) membuat jaringan Kompetensi Dasar, 5) menyusun silabus, 6) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Pada langkah mengembangkan model desain pembelajaran Tematik Integratif menurut Kemendikbud kemudian dipadukan dengan lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran maka konstruk desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan adalah rancangan sistematis konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan


(5)

sebagai tema untuk memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Tujuannya yaitu memberikan pedoman kepada guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan.

Model desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan meletakkan lingkungan sebagai tema dalam pemersatu kegiatan pembelajaran dan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus ke dalam pembelajaran. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPS,IPA, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema dan satuan pembelajaran. Dalam model desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan selain mengembangkan materi berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik juga menamai sub-sub tema sebagai pengembangan pembelajaran 1 sampai 6. Hal ini dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran yang sebelumnya yaitu belum sesuai dengan lingkungan peserta didik, dan menjadikan pembelajaran lebih terfokus, spesifik dan lebih konkret. Sub-sub tema yang dikembangkan sama sekali tidak merubah tema maupun subtema yang telah ditetapkan pemerintah, namun peneliti menamai dan mengembangkan pembelajaran 1 sampai 6 yang belum spesifik dan masih abstrak menjadi lebih spesifik dan konkret. Berikut gambar Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan.


(6)

Gambar 4.1 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

Kompetensi Hasil Belajar Mengembangkan

sub-sub tema Melakukan analisis

SKL, KI, KD dan membuat indikator

Membuat hubungan pemetaan antara KD dan indikator dengan

tema

Membuat jaringan KD

Menyusun silabus

Menyusun RPP

Jaringan sub-sub tema

Tabel analisis SKL, KI, KD dan membuat

indikator

Tabel keterhubungan KD dan indikator dengan sub-sub tema

Jaringan KD dan indikator

Silabus

RPP

Menyusun Buku Guru

Menyusun Buku Siswa

Buku Guru

Buku Siswa

pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif

berbasis lingkungan Memilih Tema


(7)

4.1.2.1Validasi Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

ValidasiModel Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan menggunakan 3 ahli model desain pembelajaran yaitu Prof. Dr. Slameto, M.Pd. (A1), Dr. Wasitohadi, M.Pd. (A2), dan Adi Winanto, S.Pd, M.Pd. (A3).Data validasi ahli yaitu data yang diperoleh berdasarkan penilaian ahli model desain pembelajaran melalui lembar penilaian. Berikut merupakan hasil penilaian ahli model desain pembelajaran pada model, silabus dan RPP.

Tabel 4.1 Hasil Validasi Model oleh Ahli Model Desain Pembelajaran

Desain Indikator SKOR

A1 A2 A3 Model 1. Berisi kerangka yang

menggambarkan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

2 2 3

2. Berisi prinsip-prinsip Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan secara utuh (teori, tujuan, prosedur, dan lingkungan pesertadidik)

2 3 3

3. Menggunakan teori pendidikan dan teori belajar dari para Ahli

2 2 3

4. Berisi tujuan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

2 3 3

5. Berisi langkah Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

2 3 3

6. Memperhatikanlingkungansekit arpesertadidik

3 3 2

Total 13 16 17

Jumlah 46

Rata-rata 15,3

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian ahli model desain pembelajaran pada modelsebesar 15,3. Dan pada kesimpulan akhir ahli model desain pembelajaran menyatakan


(8)

Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah perbaikan sesuai saran. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 3, skor penilaian desain pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :

AP =Skor Aktual

Skor Ideal X 100% AP =15,3

18 X 100%

AP = 85%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus dan dikelompokkan ke dalam kategori maka model tergolong kategori “Sangat Tinggi” dengan interval 81% sampai 100%. Walaupun model sudah termasuk dalam kategori “Sangat Tinggi” namun model masih perlu disempurnakan sesuai saran ahli desain pembelajaran sehingga dilakukan revisi dan perbaikan sebelum dilakukan uji coba terbatas. Adapun yang perlu diperbaiki menurut Dr. Wasitohadi, M.Pd. yaitu model perlu menonjolkan berbasis lingkungannya, panduan penyusunan RPP tematik perlu diuraian dengan jelas, teori perumusan tujuan pembelajaran harus lebih jelas, dan yang terakhir koding perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Adi Winanto, S.Pd, M.Pd.danProf. Dr. Slameto, M.Pd. tidak ada yang perlu diperbaiki.

Tabel 4.2Hasil Validasi Desain oleh Ahli Model Desain Pembelajaran

Desain Indikator Skor

A1 A2 A3

Silabus 1. Memuat seluruh komponen 2 3 3 2. Komponen-komponen

saling berkaitan

2 3 3

3. Kesesuaian silabus dengan pemetaan keterhubungan Kompetensi Dasar, Indikator dengan sub-sub


(9)

tema

4. Kualitas perumusan indikator

1 2 3

5. Relevansi indikator terhadap Kompetensi Dasar

2 2 3

6. Kesesuaian Kompetensi dasar terhadap kegiatan pembelajaran

2 2 3

7. Kualitas pemilihan kegiatan pembelajaran

2 2 2

RPP 1. Memuat seluruh komponen 2 2 2

2. Komponen-komponen saling berkaitan

2 2 3

3. Kejelasan perumusan tujuan dengan indikator

2 2 3

4. Kelengkapan materi 2 2 2

5. Kejelasan urutan langkah-langkah pembelajaran

1 2 3

6. keruntutan skenario pembelajaran

1 2 3

7. Ketepatan memilih strategi interaksi sehingga

memperkaya pengalaman belajar

1 2 3

8. Ketepatan memilih alat,media dan sumber belajar

2 2 3

9. Kesesuaian dengan alokasi waktu pembelajaran

2 2 3

10. Kesesuaian instrumen asesmen dengan indikator

1 2 3

Jumlah 29 37 48

Total 114

Rata-rata 38

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian ahli model desain pembelajaran pada silabus dan RPP sebesar 38. Dan pada kesimpulan akhir ahli model desain pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah


(10)

1 sampai 3, skor penilaian desain pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :

AP =Skor Aktual

Skor Ideal X 100% AP =38

51 X 100% AP = 74%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus dan dikelompokkan ke dalam kategori maka model tergolong kategori “Tinggi” dengan interval 61% sampai 80%. Walaupun model sudah termasuk dalam kategori “Tinggi” namun model masih perlu disempurnakan sesuai saran ahli desain pembelajaran sehingga dilakukan revisi dan perbaikan sebelum dilakukan uji coba terbatas. Adapun yang perlu diperbaiki menurut Prof. Dr. Slameto, M.Pd. yaitu pada skenario proses belajar mengajar yang belum terdapat EEK, penilaian pada silabus belum lengkap, dan perlu memperhatikan memadukan komponen-komponen saat pengimplementasikan. Menurut Dr. Wasitohadi, M.Pd. pada silabus perlu mencantumkan daftar pustaka dari pemerintah dan koding perlu diperbaiki. Pada RPP perlu diedit agar lebih rapi penulisannya dan perlu menonjolkan indikator agar terlihat serta menonjolkan letak lingkungannya. Sedangkan menurut Adi Winanto, S.Pd, M.Pd. perlu menambahkan gambar pada RPP agar lebih menarik.

4.1.2.2Validasi Materi Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

Penilaian kelayakan materi menggunakan 2 ahli materi yaitu Dr. Henny Dewi Koeswanti, M.Pd. (A1) dan Romirio Torang Purba, S.Pd., M.Pd. (A2).Penilaian dari ahli materi yang meliputi aspek materi yaitu kesesuaian materi dengan Kurikulum Sekolah Dasar, kesesuaian indikator dengan materi, kesesuaian tujuan dengan


(11)

materi, kesesuaian materi terhadap lingkungan peserta didik, kesesuaian materi dengan pendekatan saintifik, kelengkapan materi, kejelasan bahasa yang digunakan, kejelasan informasi pada ilustrasi gambar, keruntutan penyajian materi, kesesuaian soal evaluai dengan materi kebermanfaatan buku guru dan siswa dalam mempermudah pemahaman konsep, kesesuaian buku guru dan siswa dalam membentuk karakter siswa, keefektifan kalimat dalam buku guru dan siswa yang disajikan, dan kebakuan istilah. Berikut merupakan hasil penilaian materi oleh ahli materi.

Tabel 4.3 Hasil penilaian kelayakan materi oleh ahli materi

Aspek Indikator Skor

A1 A2

M A T E R I

1. Kesesuaian materi dengan kurikulum Sekolah Dasar

2 2

2. Kesesuaian indikator dengan materi 2 2

3. Kesesuaian tujuan dengan materi 2 2

4. Kesesuaian materi terhadap lingkungan peserta didik

2 2

5. Kesesuaian materi dengan pendekatan saintifik

2 1

6. Kelengkapan materi 3 1

7. Antara satu materi dengan materi yang lain saling berkaitan

3 2

8. Kesesuaian materi dengan alokasi waktu yang tersedia

2 2

9. Kejelasan bahasa yang digunakan 2 1

10. Kejelasan informasi pada ilustrasi gambar

1 1

11. Keruntutan penyajian materi 2 2

12. Menarik minat peserta didik untuk mempelajari materi

3 2

13. Kesesuaian soal dengan materi 3 2

14. Kebermanfaatan buku guru dan siswa dalam mempermudah pemahaman konsep

2 2

15. Kesesuaian buku guru dan siswa dalam membentuk karakter siswa

2 1

16. Keefektifan kalimat dalam buku guru dan siswa yang disajikan


(12)

17. Kebakuan istilah 2 1

Jumlah 37 27

Total 64

Rata-rata 32

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian ahli materi sebesar 32. Dan pada kesimpulan akhir ahli desain pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah perbaikan sesuai saran. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 3, skor penilaian desain pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :

AP =Skor Aktual

Skor Ideal X 100% AP =32

51 X 100% AP = 63%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus dan dikelompokkan ke dalam kategori maka materi tergolong kategori “Tinggi”dengan interval 61% sampai 80%. Walaupun materi sudah termasuk dalam kategori “Tinggi” namun materi masih perlu disempurnakan sesuai saran ahli materi sehingga dilakukan revisi dan perbaikan sebelum dilakukan uji coba terbatas. Adapun yang perlu diperbaiki menurut Dr. Henny Dewi Koeswanti, M.Pd. adalah pada penambahan gambar pada ceritasedangkan menurut Romirio Torang Purba, S.Pd., M.Pd. perlu menggunakan resonansi tinggi pada gambar dan perlu layout yang menarik.

Dengan hasil-hasil validasi oleh ahli model desain pembelajaran dan materi disimpulkan bahwa Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan layak digunakan dalam pembelajaran karena memperoleh nilai antara 81% sampai 100% pada model. Selain itu ditinjau dari aspek materi dan desain pembelajaran memperoleh rata-rata keseluruhan antar 61%


(13)

sampai 80% yaitu tergolong kategori “Tinggi” sehingga materi dan desain pembelajaran juga layak digunakan dalam pembelajaran. Kesimpulan ini diambil sesuai dengan nilai kelayakan yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu apabila ahli desain pembelajaran dan ahli materi memberikan nilai kurang dari 61% maka produk dianggap tidak layak digunakan dalam pembelajaran namun apabila lebih dari 61% maka produk layak diuji cobakan dalam pembelajaran.

4.1.2.3Hasil Uji Coba Model Desain Pembelajaran tematik Integratif Berbasis Lingkungan Terbatas

1. Uji coba Terbatas dan Revisi Model

Uji coba terbatas dilakukan di kelas 4 SDN Dukuh 02 Salatiga dan SDN Salatiga 05. Pada uji coba terbatas SDN Dukuh 02 digunakan sebagai kelas kontrol yang dilakukan oleh peneliti sendiri dan pengamat dilakukan oleh guru kelas yaitu Maria Luna. Siswa yang dilibatkan sebagai subjek penelitian sejumlah 35 siswa. pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 26 Julis 2016. Alokasi waktu yaitu 6 x 35 menit. Sedangkan SDN Salatiga 05 digunakan sebagai kelas eksperimen. Guru dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Teman sejawat jugasekaligus sebagai pengamat yang dilakukan oleh Yullia Indrasari (pengamat 2), dan satu guru kelas yaitu Flora Purba sebagai pengamat 1. Siswa yang dilibatkan sebagai subjek penelitian sejumlah 37 siswa. pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2016. Alokasi waktu yaitu 6 x 35 menit.

A. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran di kelas berpedoman pada RPP yang telah disusun. Terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal dilakukan apersepsi


(14)

dan motivasi serta diakhiri dengan pemberian pretes. Pada kegiatan inti dilakukan serangkaian kegiatan pembelajaran menggunakan Buku Siswa yang telah dikembangkan oleh peneliti. Kegiatan keseluruhan dikaitkan dengan lingkungan peserta didik dan sub-sub tema yang dipilih yaitu Tukang Ronde. Kegiatan inti diakhiri dengan bermain peran Tukang Ronde yang mengajak siswa untuk terjun membuat ronde. Pada kegiatan akhir dilakukan kesimpulan bersama siswa dan guru, pemberian reward, tanya jawab tujuan yang diperoleh setelah belajar Tukang Ronde dan diakhiri dengan pemberian postes. Postes dilakukan untuk melihat apakah pembelajaran dapat diterima dan dipahami siswa. postes juga digunakan untuk mengukur pembelajaran berbasis lingkungan berhasil atau tidak.

B. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, teman sejawat dan guru kelas tentang pelaksanaan pembelajaran dan materi menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan pada uji coba terbatas dituliskan dalam tabel 4.4 dan 4.5 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran pada uji coba terbatas

No ASPEK YANG DIAMATI SDN

Salatiga 05 O1 O2 1. Penyampaian materi pembelajaran

sesuai dengan materi yang ada di Buku Guru dan Siswa

4 5

2. Penyampaian materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari atau lingkungan siswa

4 5

3. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan langkah yang terdapat pada RPP

3 5


(15)

mengajar

5. Memfasilitasi siswa untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terdapat pada buku siswa

4 5

6. Mendorong siswa untuk bekerja sama dan berdiskusi sesuai dengan materi yang sedang didiskusikan

4 5

7. Siswa mampu bekerja sama dan berdiskusi sesuai dengan materi yang sedang dipelajari

4 4

8. Memberikan umpan balik dalam proses belajar mengajar

4 5

9. Siswa menanggapi umpan balik yang diberikan guru

4 4

10. Meminta siswa untuk mengerjakan evaluasi

4 5

11. Siswa mengerjakan soal evaluasi 4 5 12. Siswa dan guru secara bersama-sama

menyimpulkan materi pelajaran yang dipelajari

4 5

Jumlah 47 58

Total 105

Rata-rata 52,5

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian sebesar 52,5. Dan pada kesimpulan akhir pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan “Baik”. Hal ini didukung pendapat pengamat bahwa model sudah baik, kekurangan dalam pembelajaran hanya pada pengkondisian kelas namun secara keseluruhan sudah sangat baik. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :

AP =Skor Aktual

Skor Ideal X 100%

AP =52,5


(16)

AP = 87%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus dan dikelompokkan ke dalam kategori maka pembelajaran tergolong kategori “Sangat Tinggi” dengan interval 81% sampai 100%. Walaupun pembelajaran sudah termasuk dalam kategori “Sangat Tinggi” namun masih perlu disempurnakan sesuai saran pengamat sehingga dilakukan revisi dan perbaikan sebelum produk dikatakan final.

Tabel 4.5 Hasil Penilaian materi dalam pembelajaran pada uji coba terbatas

No. ASPEK YANG DIAMATI SDN

Salatiga 05 O1 O2

1. Materi mudah dipahami 4 5

2. Materi sesuai dengan lingkungan peserta didik

4 5

3. Materi memudahkan belajar siswa 4 5 4. Kemudahan bahasa untuk memahami

materi

4 4

5. Keruntutan materi 3 5

Jumlah 19 24

Total 43

Rata-Rata 21,5

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian sebesar 21,5. Dan pada kesimpulan akhir pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan baik untuk diterapkan di Sekolah Dasar. Hal ini didukung pendapat pengamat bahwa materi sudah baik hanya perlu ditambah dengan pengenalan kota Salatiga di halaman depan sebelum masuk ke materi. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :


(17)

AP =Skor Aktual

Skor Ideal X 100% AP =21,5

25 X 100%

AP = 86%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus dan dikelompokkan ke dalam kategori maka materi tergolong kategori “Sangat Tinggi” dengan interval 81% sampai 100%. Walaupun materi sudah termasuk dalam kategori “Sangat Tinggi” namun masih perlu disempurnakan sesuai saran pengamat sehingga dilakukan revisi dan perbaikan sebelum produk dikatakan final.

Pada proses pembelajaran dilakukan pengamatan apakah langkah-langkah yang terapkan sesuai dilakukan atau tidak. Berikut merupakan tabel hasil observasi pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 4.6 hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada uji coba terbatas

No. ASPEK YANG DIAMATI SDN

Salatiga 05 O1 O2 1. Penyampaian materi pembelajaran sesuai

dengan materi yang ada di Buku Guru dan Siswa

Ya Ya

2. Penyampaian materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari atau lingkungan siswa

Ya Ya

3. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan langkah yang terdapat pada RPP

Ya Ya 4. Siswa antusias dalam proses belajar

mengajar

Ya Ya 5. Memfasilitasi siswa untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang terdapat pada buku siswa

Ya Ya

6. Mendorong siswa untuk bekerja sama dan berdiskusi sesuai dengan materi yang sedang didiskusikan


(18)

7. Siswa mampu bekerja sama dan berdiskusi sesuai dengan materi yang sedang dipelajari

Ya Ya

8. Memberikan umpan balik dalam proses belajar mengajar

Ya Ya 9. Siswa menanggapi umpan balik yang

diberikan guru

Ya Ya 10. Meminta siswa untuk mengerjakan

evaluasi

Ya Ya 11. Siswa mengerjakan soal evaluasi Ya Ya 12. Siswa dan guru secara bersama-sama

menyimpulkan materi pelajaran yang dipelajari

Ya Ya

Berdasarkan tabel observasi pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat bahwa langkah pembelajaran dilakukan semua. Sehingga apabila terjadi nilai kemampuan siswa rendah disebabkan oleh faktor internal siswa.

C. Hasil Pretes dan Postes

Deskripsi persentase pretes dan postes dirangkum dalam tabel 4.7 di bawah ini.Penentuan jumlah kelas menggunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2013: 35) yaitu K= 1+ 3,3 log n. K adalah jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Melalui rumus dapat diperoleh K= 1+ 3,3 .log 37 = 1+ 5,1 = 6,1 atau dibulatkan menjadi 6. Interval kelas pada skor pretesdidapatkan dari hasil rentang (skor maksimal pretes dikurang skor minimal pretes) dibagi jumlah kelas yaitu

75−25

6 =8,3 dibulatkan menjadi 8. Interval kelas pada skor

postesdidapatkan dari hasil rentang (skor maksimal postes dikurang skor minimal postes) dibagi jumlah kelas yaitu

95−65

6 =5. Berikut tabel 4.7 hasil pretes dan postes siswa kelas 4


(19)

Tabel 4.7 hasil pretes dan postes siswa kelas 4 SDN Salatiga 05

N o.

Kelas Interval

Skor Pretes Kelas Interval

Skor Postes Freku

-ensi

Persen-tase

Freku -ensi

Persen-tase

1 25-32 9 24,3% 65-69 5 13,5%

2 33-40 7 19% 70-74 11 29,8%

3 41-48 2 5,4% 75-79 5 13,5%

4 49-56 6 16,2% 80-84 3 8,1%

5 57-64 4 10,8% 85-89 9 24,3%

6 ≥65 9 24,3% ≥90 4 10,8%

Jumlah 37 100% 37 100%

Pada tabel 4.13 dikatahui bahwa skor pretes dari 37 siswa SDN Salatiga 05 yang memperoleh skor antara 25 sampai 32 terdapat 9 siswa dengan persentase 24,3%, antara 33 sampai 40 terdapat 7 siswa dengan persentase 19%, antara 41 sampai 48 terdapat 2 siswa dengan persentase 5,4%, antara 49 sampai 56terdapat 6 siswa dengan persentase 16,2%, antara 57 sampai 64 terdapat 4 siswa dengan persentase 10,8% dan lebih dari sama dengan 65 terdapat 9 siswa dengan persentase 24,3%. Jika digambarkan dalam diagram dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2 Kelas interval skor pretes pada uji coba terbatas 0

2 4 6 8 10

25-32 33-40 41-48 49-56 57-64 ≥

pretes

pretes


(20)

Sedangkan diketahui skor postes dari 27 siswa diperoleh skor antara 65 sampai 69 terdapat 5 siswa dengan persentase 13,5%, antara 70 sampai 74 terdapat 11 siswa dengan persentase 19,8%, antara 75 sampai 79 terdapat 5 siswa dengan persentase 13,5%, antara 80 sampai 84 terdapat 3 siswa dengan persentase 8,1%, antara 85 sampai 89 terdapat 9 siswa dengan persentase 24,3%, dan lebih dari sama dengan 90 terdapat 4 siswa dengan persentase 10.8%.Jika digambarkan dalam diagram dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Kelas interval skor prostes pada uji coba terbatas D. Hasil Uji T

Untuk mengetahui dampak perlakuan terhadap hasil belajar dilakukan uji T berdasarkan hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Table 4.8 berikut menjelaskan hasil uji T.

Tabel 4.8 Hasil Uji T Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol uji coba terbatas.

0 2 4 6 8 10 12

65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 ≥90

postes

postes


(21)

Dari tabel 4.14 menunjukan bahwa nilai T tabel 4,118 dengan nilai α 0,000. Jika diuji dengan taraf kepercayaan 0,05 maka diperoleh hasil α lebih kecil dari 0,05. Artinya kompetensi hasil belajar menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan lebih tinggi daripada Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari Pemerintah.

E. Hipotesis

Berdasarkan hasil dari uji T maka hipotesis penelitian ini diterima yang artinya kompetensi hasil belajar menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan lebih tinggi dari Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari Pemerintah. Selain itu dari uji T dapat disimpulkan diterima karena �1 ≥ �2 yang

artinya kompetensi hasil belajar menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan lebih tinggi dari Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari Pemerintah. Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05, sehingga diterima dan model dikatakan berhasil.

F. Respon Siswa

Pada akhir pembelajaran siswa diminta mengisi lembar respon siswa dan semua siswa mengisi “Ya” yang menandakan siswa antusias mengikuti pembelajaran dan memberikan respon positif terhadap Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan . Berikut tabel 4.9 respon siswa

Tabel 4.9 Angket Respon siswa terhadap pembelajaran

No Pertanyaan YA TIDAK

1. Bagaimana pendapatmu tentang pembelajaran

Menye-nangkan

Tidak


(22)

menye-yang dilakukan guru hari ini?

√ nangkan

2. Apakah kamu tertarik mengikuti pembelajaran hari ini?

Tertarik

√ Tertarik Tidak 3. Dengan pembelajaran

melibatkan lingkungan di sekitarmu, apakah kamu dapat lebih mampu memahami materi dengan mudah?

Ya

√ mampu Tidak

4. Bagaimana pendapatmu tentang buku siswa yang kamu gunakan dalam belajar hari ini?

Menye-nangkan

Tidak

5. Apakah kamu menyukai buku siswa untuk digunakan dalam belajar sehari-hari?

Ya

√ Tidak

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan dengan mengembangkan langkah-langkah Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan, mengetahui seberapa tinggi tingkat validitas produk model pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan, dan mengetahui apakah kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif.

Dalam mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan dilakukan langkah-langkah desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang pertama adalah memilih tema. Pada tahap memilih tema dilakukan pengembangan sub-sub tema yang dipadukan dengan lingkungan sekitar yaitu di Kota Salatiga sehingga sub-sub tema yang dikembangkan sesuai dengan lingkungan peserta didik. Pada tahap mengembangkan sub-sub tema dihasilkan produk


(23)

berupa jaringan sub-sub tema. Pada penelitian peneliti memilih sub-sub tema Tukang Ronde untuk melakukan penelitian di kelas 4 Tema 4 Berbagai Pekerjaan Sub tema 1 jenis-jenis pekerjaan. Sub-sub tema Tukang Ronde dipilih dikarenakan di Kota Salatiga yang memiliki hawa sejuk dan dingin menjadikan banyak ditemukannya penjual wedang ronde, sehingga wedang ronde dijadikan minuman khas Salatiga. dengan mengambil jenis-jenis pekerjaan yang ada di Salatiga menjadikan siswa tidak asing dengan jenis-jenis pekerjaan yang mereka pelajari. Pada Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan dan semua pembelajaran harus dikaitkan dengan lingkungan sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Selain dikarenakan harus sesuai lingkungan. Peneliti mengembangkan sub-sub tema dengan menamai pembelajaran 1 Tema 4 Berbagai Pekerjaan Sub tema 1 Jenis-jenis Pekerjaan menjadi terfokus Tukang Ronde. Sehingga semakin membuat pembelajaran mengerucut dan konkret.

Langkah kedua melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat Indikator menghasilkan produk berupa tabel analisis SKL, KI, KD dan membuat Indikator. Langkah ketiga membuat hubungan pemetaan antara KD dan indikator menghasilkan tabel keterhubungan KD dan indikator. Langkah keempat membuat jaringan KD. Pada tahap ini selain mengembangkan jaringan KD juga mengembangkan jaringan indikator yang akhirnya menghasilkan produk jaringan KD dan Indikator. Langkah kelima yaitu menyusun silabus yang menghasilkan silabus, dan langkah terakhir menyusun RPP yang menghasilkan RPP. Pada langkah penyusunan RPP terdapat tahap untuk mengembangkan materi, sehingga perlu dilakukan pengembangan materi. Materi yang dikembangkan disusun dalam Buku Guru dan Buku Siswa sehingga perlu melakukan penyusunan Buku Guru dan Buku siswa.

Dalam mengembangkan Buku Guru dan Siswa, peneliti memberikan pendalaman materi pada Buku Siswa sehingga siswa dapat belajar namun juga menemukan sendiri. Dalam Kurikulum 2013 siswa


(24)

dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuannya sendiri dengan bantuan Buku Siswa seharusnya siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri, namun karena kurangnya pendalaman materi juga membuat siswa kesulitan mendapatkan pengetahuannya sendiri.

Dengan pengembangan materi yang ada pada Buku Siswa akan membuat siswa mudah memperoleh pengetahuannya sendiri mengingat pembelajaran tematik menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dengan penggunakan tema yang disesuaikan dengan lingkungan siswa sendiri. Sehingga pendalaman materi dengan mudah mereka dapatkan sendiri. Selain itu dengan mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan menjadikan guru leluasa mengembangkan pembelajarannya sendiri dan memiliki wewenang secara penuh dalam pengembangan pembelajaran tanpa memikirkan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.

Tujuan pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang lain yaitu mengetahui seberapa tinggi validasi produk model oleh ahli. Diperoleh validasi model oleh ahli model desain sebesar 85% dengan kategori sangat tinggi, validasi desain pembelajaran oleh ahli model desain sebesar 74% dengan kategori tinggidan validasi materi oleh ahli materi sebesar 63% dengan kategori tinggi. Selain mengatahui seberapa tinggi validasi ahli juga untuk melihat apakah kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif dari Pemerintah. Diperoleh hasil Uji T pada uji coba terbatas menunjukkan nilai T tabel 4,118 dengan nilai α 0,000. Jika diuji dengan taraf kepercayaan 0,05 maka diperoleh hasil α lebih kecil dari 0,05. Artinya kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif dari Pemerintah, dan dapat disimpulkan bahwa


(25)

kompetensi hasil belajar siswa lebih tinggi sehingga diterima. Selain itu Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.

Pada penelitian terdahulu juga banyak yang mengembangkan model pembelajaran tematik integratif.Walaupun sudah banyak peneliti yang mengembangkan model desain pembelajaran tematik integratif atau mengembangkan model pembelajaran tematik integratif. Namun belum ada yang mengembangkan model desain pembelajaran tematik integratif yang disesuaikan dengan lingkungan dimana peserta didik tinggal. Kebanyakan penelitian terdahulu mengembangkan langkah-langkah model pembelajaran tematik saja tanpa memperhatikan lingkungan peserta didik. Sehingga hasil penelitian ini menjadi kebaruan dari penelitian terdahulu.

BerdasarkanPenelitian Asep Herry Hermawan (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar”. Hasil menunjukan guru memberikan respon positif. Hasil juga menyatakan bahwa model layak digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian Isniatun Munawaroh (2014) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis siswa SD Kelas Rendah”. Hasil validasi menunjukanmodel cukup valid dengan tingkat presentase 95%, dilihat dari kenaikan skor nilai pre-test terhadap skor nilai post-test. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik telah valid dan layak digunakan dalam pembelajaran.Penelitian Jamaluddin (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu Kontekstual bagi Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Kelompok B”. Hasil menunjukan tingkat keefektifan mencapai presentase ≥90% dan guru memberikan respon yang positif. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam pembelajaran.Dan penelitian Fatchurrohman (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal dan


(26)

Internal di Madrasah Ibtidaiyah. Hasil menunjukan guru nyaman dan cocok terhadap model yang dikembangkan dan hasil evaluasi yang baik. Sehingga hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan keempat penelitian terdahulu walaupun menunjukan model pembelajaran tematik diterima oleh guru dan layak digunakan namun dari keempat penelitian terdahulu belum ada yang menggunakan Uji T dalam melihat perbedaan kompetensi hasil belajar siswa.Sehingga penelitian ini menyumbang pengetahuan dalam segi pengembangangan model desain pembelajaran juga memberikan pengetahuan dalam melihat perbedaan kompetensi hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan dengan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari Permendikbud.

Berdasarkan keempat penelitian terdahulu juga mendukung penelitian ini terbukti bahwa dari keempat model pembelajaran tematik integratif yang dikembangkan semuanya menunjukan cocok dan layak digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah maupun dikelas tinggi, sehingga dapat dikatakan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memang tepat diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.

Dari pencapaian tujuan yang diinginkan, dalam proses pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan peneliti harus menyiapkan segala sesuatunya dengan matang agar mendapat hasil yang maksimal. Hasil dari revisi uji coba terbatas keseluruhan dinyatakan sangat baik dengan masukan dari pengamat bahwa perlu menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan belajar penguasaan kelas. Setelah diperbaiki diperoleh hasil model final. Pada dasarnya Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan ini baik karena memenuhi kriteria model desain pembelajaran yang baik, dan mendapat respon positif dari ahli, guru


(27)

maupun siswa. sehingga sudah dapat digunakan oleh guru sebagai pedoman untuk mengembangkan model desain pembelajaran tematik yang lain. Namun bila hendak diperbanyak sebaiknya dilakukan uji coba luas dan uji keefektifan model.

Model desain pembelajaran yang baik harus selain berdampak pada hasil belajar peserta didik juga harus memenuhi 1) rasional teoritik yang logis yang disusun penciptanya, 2) tujuan yang hendak dicapai, 3) prosedur yang sistematis, dan 4) lingkungan belajar peserta didik. Pada model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memiliki dasar rasional teoritik dan prosedur yang sistematis dengan mengambil langkah-langkah Kemendikbud dalam mengembangkan desain pembelajaran dan perpijak pada teori belajar piaget yang menegaskan bahwa peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar dari sisi perkembangan kognitif berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap tersebut peserta didik mudah mempelajari sesuatu melalui kegiatan dan pengalaman yang nyata dan konkret. Kegiatan yang dilakukan melalui benda-benda dan lingkungan sekitar peserta didik. Sehingga model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan sesuai dengan lingkungan peserta didik dan meletakan lingkungan sebagai setting atau tema pembelajaran yang menjadikan pembelajaran lebih konkret.

Model desain pembelajaran integratif berbasis lingkungan juga memiliki tujuan yang jelas dan dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Pengembangan model desain pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini juga dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait dalam mengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan. Buku siswa dan Buku Guru produk model dapat digunakan siswa dan guru dalam belajar di sekolah maupun di rumah, silabus dan RPP yang


(28)

dapat digunakan guru sebagai salah satu pedoman dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan informasi guru dalam ketrampilan mengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang lain.

Berdasarkan pemaparan model desain pembelajaran yang baik dapat disimpulkan bahwa model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memenuhi kriteria dan layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.


(1)

berupa jaringan sub-sub tema. Pada penelitian peneliti memilih sub-sub tema Tukang Ronde untuk melakukan penelitian di kelas 4 Tema 4 Berbagai Pekerjaan Sub tema 1 jenis-jenis pekerjaan. Sub-sub tema Tukang Ronde dipilih dikarenakan di Kota Salatiga yang memiliki hawa sejuk dan dingin menjadikan banyak ditemukannya penjual wedang ronde, sehingga wedang ronde dijadikan minuman khas Salatiga. dengan mengambil jenis-jenis pekerjaan yang ada di Salatiga menjadikan siswa tidak asing dengan jenis-jenis pekerjaan yang mereka pelajari. Pada Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan dan semua pembelajaran harus dikaitkan dengan lingkungan sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Selain dikarenakan harus sesuai lingkungan. Peneliti mengembangkan sub-sub tema dengan menamai pembelajaran 1 Tema 4 Berbagai Pekerjaan Sub tema 1 Jenis-jenis Pekerjaan menjadi terfokus Tukang Ronde. Sehingga semakin membuat pembelajaran mengerucut dan konkret.

Langkah kedua melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat Indikator menghasilkan produk berupa tabel analisis SKL, KI, KD dan membuat Indikator. Langkah ketiga membuat hubungan pemetaan antara KD dan indikator menghasilkan tabel keterhubungan KD dan indikator. Langkah keempat membuat jaringan KD. Pada tahap ini selain mengembangkan jaringan KD juga mengembangkan jaringan indikator yang akhirnya menghasilkan produk jaringan KD dan Indikator. Langkah kelima yaitu menyusun silabus yang menghasilkan silabus, dan langkah terakhir menyusun RPP yang menghasilkan RPP. Pada langkah penyusunan RPP terdapat tahap untuk mengembangkan materi, sehingga perlu dilakukan pengembangan materi. Materi yang dikembangkan disusun dalam Buku Guru dan Buku Siswa sehingga perlu melakukan penyusunan Buku Guru dan Buku siswa.

Dalam mengembangkan Buku Guru dan Siswa, peneliti memberikan pendalaman materi pada Buku Siswa sehingga siswa dapat belajar namun juga menemukan sendiri. Dalam Kurikulum 2013 siswa


(2)

dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuannya sendiri dengan bantuan Buku Siswa seharusnya siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri, namun karena kurangnya pendalaman materi juga membuat siswa kesulitan mendapatkan pengetahuannya sendiri.

Dengan pengembangan materi yang ada pada Buku Siswa akan membuat siswa mudah memperoleh pengetahuannya sendiri mengingat pembelajaran tematik menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dengan penggunakan tema yang disesuaikan dengan lingkungan siswa sendiri. Sehingga pendalaman materi dengan mudah mereka dapatkan sendiri. Selain itu dengan mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan menjadikan guru leluasa mengembangkan pembelajarannya sendiri dan memiliki wewenang secara penuh dalam pengembangan pembelajaran tanpa memikirkan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.

Tujuan pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang lain yaitu mengetahui seberapa tinggi validasi produk model oleh ahli. Diperoleh validasi model oleh ahli model desain sebesar 85% dengan kategori sangat tinggi, validasi desain pembelajaran oleh ahli model desain sebesar 74% dengan kategori tinggidan validasi materi oleh ahli materi sebesar 63% dengan kategori tinggi. Selain mengatahui seberapa tinggi validasi ahli juga untuk melihat apakah kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif dari Pemerintah. Diperoleh hasil Uji T pada uji coba terbatas menunjukkan nilai T tabel 4,118 dengan nilai α 0,000. Jika diuji dengan taraf kepercayaan 0,05 maka diperoleh hasil α lebih kecil dari 0,05. Artinya kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif dari Pemerintah, dan dapat disimpulkan bahwa


(3)

kompetensi hasil belajar siswa lebih tinggi sehingga diterima. Selain itu Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.

Pada penelitian terdahulu juga banyak yang mengembangkan model pembelajaran tematik integratif.Walaupun sudah banyak peneliti yang mengembangkan model desain pembelajaran tematik integratif atau mengembangkan model pembelajaran tematik integratif. Namun belum ada yang mengembangkan model desain pembelajaran tematik integratif yang disesuaikan dengan lingkungan dimana peserta didik tinggal. Kebanyakan penelitian terdahulu mengembangkan langkah-langkah model pembelajaran tematik saja tanpa memperhatikan lingkungan peserta didik. Sehingga hasil penelitian ini menjadi kebaruan dari penelitian terdahulu.

BerdasarkanPenelitian Asep Herry Hermawan (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar”. Hasil menunjukan guru memberikan respon positif. Hasil juga menyatakan bahwa model layak digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian Isniatun Munawaroh (2014) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis siswa SD Kelas Rendah”. Hasil validasi menunjukanmodel cukup valid dengan tingkat presentase 95%, dilihat dari kenaikan skor nilai pre-test terhadap skor nilai post-test. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik telah valid dan layak digunakan dalam pembelajaran.Penelitian Jamaluddin (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu Kontekstual bagi Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Kelompok B”. Hasil menunjukan tingkat keefektifan mencapai presentase ≥90% dan guru memberikan respon yang positif. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam pembelajaran.Dan penelitian Fatchurrohman (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal dan


(4)

Internal di Madrasah Ibtidaiyah. Hasil menunjukan guru nyaman dan cocok terhadap model yang dikembangkan dan hasil evaluasi yang baik. Sehingga hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan keempat penelitian terdahulu walaupun menunjukan model pembelajaran tematik diterima oleh guru dan layak digunakan namun dari keempat penelitian terdahulu belum ada yang menggunakan Uji T dalam melihat perbedaan kompetensi hasil belajar siswa.Sehingga penelitian ini menyumbang pengetahuan dalam segi pengembangangan model desain pembelajaran juga memberikan pengetahuan dalam melihat perbedaan kompetensi hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan dengan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari Permendikbud.

Berdasarkan keempat penelitian terdahulu juga mendukung penelitian ini terbukti bahwa dari keempat model pembelajaran tematik integratif yang dikembangkan semuanya menunjukan cocok dan layak digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah maupun dikelas tinggi, sehingga dapat dikatakan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memang tepat diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.

Dari pencapaian tujuan yang diinginkan, dalam proses pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan peneliti harus menyiapkan segala sesuatunya dengan matang agar mendapat hasil yang maksimal. Hasil dari revisi uji coba terbatas keseluruhan dinyatakan sangat baik dengan masukan dari pengamat bahwa perlu menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan belajar penguasaan kelas. Setelah diperbaiki diperoleh hasil model final. Pada dasarnya Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan ini baik karena memenuhi kriteria model desain pembelajaran yang baik, dan mendapat respon positif dari ahli, guru


(5)

maupun siswa. sehingga sudah dapat digunakan oleh guru sebagai pedoman untuk mengembangkan model desain pembelajaran tematik yang lain. Namun bila hendak diperbanyak sebaiknya dilakukan uji coba luas dan uji keefektifan model.

Model desain pembelajaran yang baik harus selain berdampak pada hasil belajar peserta didik juga harus memenuhi 1) rasional teoritik yang logis yang disusun penciptanya, 2) tujuan yang hendak dicapai, 3) prosedur yang sistematis, dan 4) lingkungan belajar peserta didik. Pada model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memiliki dasar rasional teoritik dan prosedur yang sistematis dengan mengambil langkah-langkah Kemendikbud dalam mengembangkan desain pembelajaran dan perpijak pada teori belajar piaget yang menegaskan bahwa peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar dari sisi perkembangan kognitif berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap tersebut peserta didik mudah mempelajari sesuatu melalui kegiatan dan pengalaman yang nyata dan konkret. Kegiatan yang dilakukan melalui benda-benda dan lingkungan sekitar peserta didik. Sehingga model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan sesuai dengan lingkungan peserta didik dan meletakan lingkungan sebagai setting atau tema pembelajaran yang menjadikan pembelajaran lebih konkret.

Model desain pembelajaran integratif berbasis lingkungan juga memiliki tujuan yang jelas dan dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Pengembangan model desain pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini juga dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait dalam mengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan. Buku siswa dan Buku Guru produk model dapat digunakan siswa dan guru dalam belajar di sekolah maupun di rumah, silabus dan RPP yang


(6)

dapat digunakan guru sebagai salah satu pedoman dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan informasi guru dalam ketrampilan mengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang lain.

Berdasarkan pemaparan model desain pembelajaran yang baik dapat disimpulkan bahwa model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memenuhi kriteria dan layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan T1 292012236 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan T1 292012236 BAB II

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan T1 292012236 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

0 3 124

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 57

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 77