27
untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak daripadanya. Jika dibandingkan kedua pasal itu maka Pasal 1317 KUHPerdata
mengatur untuk kepentingan pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 KUHPerdata untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya dan orang-orang
yang memperoleh hak dari yang membuatnya. Dengan demikian, Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang pengecualiaanya, sedangkan Psal 1318
KUHPerdata memiliki ruang lingkup yang luas.
D. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian
Berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, dalam Pasal 1320 KUHPerdata, suatu perjanjiandinyatakan sah apabila telah memenuhi empat
syarat yang terdapat dalam pasal tersebut, yaitu :
32
Adanya kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri artinya bahwa semua pihak menyetujui atau sepakat mengenai materi yang diperjanjikan, dalam
hal ini tidak terdapat unsur paksaan ataupun penipuan. Hal ini berdasarkan dalam ketentuan Pasal 1321 yang dinyatakan bahwa tiada sepakat yang sah apabila
sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya karena paksaan.Adanya paksaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut ancaman Pasal
1324 KUHPerdata, adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat Pasal 1328 KUHPerdata. Terhadap perjanjian
1. Adanya Kesepakatan Para Pihak untuk Mengikatkan Diri
32
R. Subekti, R Tjirosudibio, 2001, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Cet ke-31, PT Pradnya Paramitha, hlm. 339
Universitas Sumatera Utara
28
yang dibuat atas dasar “sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat
diajukan pembatalan.
2. Kecakapan Para Pihak untuk Membuat Perjanjian
Kecakapan dalam membuat suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1329 yang dinyatakan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan,
jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap. Kata kecakapan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa para pihak telah dinyatakan dewasa oleh
hukum. Menurut pasal 1330 KUHPerdata, orang-orang yang dinyatakan tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa artinya
orang-orang yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin Pasal 330 KUHPerdata, mereka yang ditaruh dibawah pengampuan,
orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang
membuat perjanjian-perjanjian tertentu.Namun berdasarkan fatwa Mahkamah Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah Agung No.31963 tanggal 5 September
1963, orang-orang perempuan tidak lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap. Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan atau izin
suaminya. Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah batal demi hukum Pasal 1446 KUHPerdata.
33
3. Suatu Hal Tertentu
Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak, maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 KUHPerdata menentukan
33
Ibid
Universitas Sumatera Utara
29
hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan yang dapat menjadi objek perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334 KUHPerdata barang-barang yang baru
akan ada di kemudian hari dapat menjadi objek perjanjian. Tetapi tidak diperkenankan untuk melepaskan suatu warisan yang belum terbuka, ataupun
untuk meminta diperjanjikan sesuatu hal mengenai warisan itu, sekalipun dengan sepakatnya orang yang nantinya akan meninggalkan warisan yang menjadi pokok
perjanjian itu dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan Pasal 169, 176, dan 178 KUHPerdata.
34
4. Suatu Sebab atau Causa yang Halal
Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang. Pasal 1337 KUHPerdata menyebutkan bahwa suatu sebab dikatakan halal apabila :
a. Tidak bertentangan dengan undang-undang
b. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum
c. Tidak bertentangan dengan kesusilaan
Dikatakan bertentangan dengan undang-undang apabila tujuan para pihak mengadakan perjanjian secara jelas melanggar ketentuan undang-undang, dan
dikatakan bertentangan dengan kesusilaan adalah apabila tujuan para pihak mengadakan perjanjian bertentangan dengan nilai-nilai positif yang hidup dalam
masyarakat, sedangkan dikatakan bertentangan dengan ketertiban umum adalah apabila tujuan para pihak dalam mengadakan perjanjian bertentangan dengan hal-
34
Ibid
Universitas Sumatera Utara
30
hal yang berkaitan dengan masalah kepentingan umum, yakni kedamaian, ketentraman, dan keamanan hidup bermasyarakat.
35
Syarat pertama dan kedua merupakan syarat subjektif karena menyangkut subjek. Sedangkan syarat ketiga dan keempat merupakan syarat objektif karena
menyangkut objek. Terdapatnya cacat kehendak keliru, paksaan, penipuan atau tidak cakap untuk membuat perikatan, mengenai subjek mengakibatkan perjanjian
dapat dibatalkan. Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai objek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum. Tujuan para pihak yang
mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan hukum adalah gagal. Sedangkan dalam hal syarat subjektif tidak terpenuhi, perjanjian tidak batal
demi hukum, tetapi dapat dibatalkan, artinya perjanjian itu oleh hukum dianggap ada sampai salah satu pihak yang tidak cakap atau yang memberikan sepakat
secara bebas meminta pembatalan.
36
E. Berakhirnya Perjanjian