Respon Peserta didik pada Siklus II Kelebihan dan Kekurangan Peneliti pada Tindakan Siklus II

C. Keterbatasan Penellitian

Peneliti menemukan keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu saat proses latihan rangkaian gerak berlangsung, peserta didik sulit untuk melakukan ragam 6 sesuai dengan irama. Peneliti sudah mencoba melatihan bagian itu berkali-kali namun belum berhasil. Hal tersebut menunjukkan peserta didik memiliki kelemahan dalam kepekaan irama. 57

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa lompat tali mampu digunakan untuk upaya peningkatan kekuatan dan daya tahan kaki saat menari di kelas VIII A SMP Negeri 12 Magelang. Kekuatan dan daya tahan kaki mengalami peningkatan karena peserta didik melakukan lompat tali secara teratur dan dengan beban latihan yang meningkat. Diperkuat dengan hasil observasi bahwa dengan pembelajaran menggunakan lompat tali mampu meningkatkan semangat, perhatian, keaktifan peserta didik di dalam kelas. Peningkatan kekuatan dan daya tahan kaki saat menari melalui lompat tali di kelas VIII A SMP Negeri 12 Magelang ditunjukkan dengan hasil tes tiap siklus. Nilai rata-rata peserta didik pada siklus I adalah 75,72. Nilai rata- rata sudah baik, namun pada akhir siklus I masih ada 10 peserta didik yang belum melampaui standar keberhasilan tindakan. Nilai rata-rata peserta didik pada siklus II adalah 91,41. Peningkatannya sebesar 21 dari siklus I. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lompat tali dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan kaki saat menari di kelas VIII A SMP Negeri 12 Magelang dengan hasil 100 peserta didik telah memenuhi batas nilai minimal atau dalam kategori baik 71-85.

B. Rencana Tindak Lanjut

Peningkatan kekuatan dan daya tahan kaki saat menari melalui lompat skipping di kelas VIII A SMP Negeri 12 Magelang sudah berhasil, maka dari itu peneliti merencanakan untuk mengusulkan kepada guru mata pelajaran menerapkan latihan ini pada pembelajaran tari selanjutnya. Selain itu, latihan ini juga dapat diterapkan di pembelajaran tari mana pun apabila dibutuhkan untuk olah tubuh sebelum menari. Dengan demikian, pembelajaran tari mana pun yang masih mengalami kendala dalam meningkatkan kekuatan dan daya tahan kaki dapat berlatih secara lebih maksimal. 59 DAFTAR PUSTAKA Amertawengrum, Indiyah Prana. 2010. Permainan Tradisional Jawa. Klaten: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Aminudin. 2010. Mengenal Nusantara Melalui Tarian. Bogor: Quadra. Ardjo, Irawati Durban. 2004. Teknik Gerak Tari dan Tari Dasar Sunda. Bandung: Pusbitari. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bompa, Tudor O. 2000. Total Training for Young Champions. United States: Human Kinetics. Dewan Kesenian Prop – DIY. 1981. Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Yogyakarta: Dewan Kesenian DIY. Fenanlampir, Albertus dan Faruq, M. Muhyi. 2015. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Yogyakarta: Andi Offset. Giriwijoyo, H.Y.S Santosa dan Sidik, Dikdik Z. 2013. Ilmu Faal Olahraga Fisiologi Olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Hidayat, Robby. 2005. Wawasan Seni tari. Malang : UNM. Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMK Kelas XI. Jakarta: Yudhistira. Mulyasa, H. E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Purwatiningsih, Ninik Harini. 19981999. Pendidikan Seni Tari-Drama. Jakarta: Depdikbud. Rohkyatmo, Amir. 1986. “Pengetahuan Tari Sebuah Pengantar” dalam Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sasmintamardawa. 1983. Tuntutan Pelajaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Yogyakarta: Ikatan Keluarga S.M.K.I Konkri Yogyakarta. Soedarsono. 1978. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia. . 2010. Seni Pertunjukkan Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.