PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDISKUSI MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VIIIA SMP N 2 MUNTILAN MAGELANG.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDISKUSI MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION (GI)

PADA SISWA KELAS VIIIA SMP N 2 MUNTILAN MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Putri Difla Rahmatika Sirait 12201244013

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang

yang tidak pernah melangkah.

Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua.” (Buya Hamka)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah 5-6)


(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan hasil jerih payah ini sebagai hadiah terbaikku teruntuk:

Siti Maemunah (Ibu), Muhammad Idris Sirait (Bapak) atas kasih sayang, semangat, dan doa yang tak pernah putus untuk anak-anakmu.

Rinaldi Nadawa Sirait dan Robiatul Adwi Sirait, adik-adikku yang selalu memberikan dukungan.

Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan juga atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang memberikan kesempatan serta kemudahan. Rasa terima kasih yang terdalam penulis sampaikan pada kedua pembimbing, yaitu Bapak Dr. Hartono, M.Hum. dan Ibu Nurhidayah, M.Hum. yang telah memberikan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Muntilan, Bapak Bakrodin, S.Pd, M.Pd. yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Siti Setyawati, S.Pd selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIIIA yang telah memberikan arahan dan masukan selama penelitian dilaksanakan.

Terima kasih kepada Nanda, Mala, Nurul yang selalu memberikan semangat dan motivasi menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Husna, Efi, Riris, Darti, Dani, Arif, Adi, Rendi, Amilia, Mardhotillah, dan teman-teman PBSI FBS UNY angkatan 2012 lainnya yang telah memberikan


(8)

teman saya yang selalu membantu dalam proses skripsi, terima kasih atas semangat dan motivasi kalian. Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya memohon kritik serta saran yang berguna untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 10 Juli 2016 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Batasan Istilah ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretis ... 7

1. Hakikat Diskusi ... 7

2. Manfaat Diskusi ... 10

3. Bentuk Diskusi Kelompok ... 11


(10)

B. Penelitian Relevan ... 19

C. Kerangka Pikir ... 21

D. Hipotesis Tindakan... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 23

B. Setting Penelitian ... 26

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 26

D. Prosedur Penelitian... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Validitas dan Reliabilitas Data ... 33

G. Teknis Analisis Data ... 33

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Deskripsi Awal Keterampilan Berdiskusi ... 36

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Melalui Model Pemebelajaran Group Investigation (GI) ... 45

a. Hasil Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 46

b. Hasil Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ... 56

3. Peningkatan Keterampilan Berdiskusi Siswa Melalui Model Group Investigation (GI) ... 67

B. Pembahasan ... 70

1. Deskripsi Awal Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 70

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas dengan Model Group Investigation (GI) ... 79

3. Peningkatan Keterampilan Berdiskusi Siswa melalui Model Group Investigation (GI) ... 98

4. Keterbatasan Penelitian ... 105

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106

B. Rencana Tindak Lanjut ... 107

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Langkah Spesifik Aspek Model Group Investigation (GI)... 17

Tabel 2 : Pedoman Penilaian Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 32

Tabel 3 : Pengamatan Diskusi Kelompok ... 33

Tabel 4 : Pencapaian Proses Tahap Pratindakan ... 37

Tabel 5 : Pengamatan Diskusi Kelompok Pratindakan ... 38

Tabel 6 : Skor Keterampilan Diskusi Siswa pada Tahap Pratindakan ... 39

Tabel 7 : Hasil Pengisian Angket Pratindakan Siswa VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan ... 44

Tabel 8 : Pencapaian Proses Tahap Siklus I ... 49

Tabel 9 : Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus I... 51

Tabel 10 : Peningkatan Skor Keterampilan Berdiskusi Siswa dari Pratindakan Hingga Siklus I ... 53

Tabel 11 : Pencapaian Proses pada Tahap Siklus II ... 60

Tabel 12 : Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus II ... 62

Tabel 13 : Peningkatan Skor Keterampilan Berdiskusi Siswa dari Tahap Pratindakan hingga Siklus II ... 63

Tabel 14 : Hasil Peningkatan Skor Keterampilan Berdiskusi Siswa Tahap Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 65

Tabel 15 : Peningkatan Skor Rata-Rata Keterampilan Berdiskusi Setiap Aspek TahapSiswa Tahap Pratindakan Hingga Siklus II.... 68

Tabel 16 : Hasil Angket Pascatindakan Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan ... 83


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Model Penelitian Tindakan Kelas ... 24 Gambar II : Grafik Peningkatan Rata-Rata Nilai Siswa

Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 69 Gambar III : Peran Siswa yang Masih Didominasi Siswa Tertentu,

Pandangan Mata Siswa Masih Kurang ... 81 Gambar IV : Siswa Aktif dalam Diskusi Kelompok ... 82 Gambar V : Siswa Berperan Masing-Masing Dalam Diskusi Kelas ... 82 Gambar VI : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek

Kemampuan Menyampaikan Ide/Pendapat ... 99 Gambar VII : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek Kemampuan

Menanggapi Pendapat ... 99 Gambar VIII : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek Kemampuan

Mempertahankan Pendapat ... 100 Gambar IX : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek Kemampuan

Menerima Pendapat Orang Lain ... 101 Gambar X : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek Penguasan Topik ... 101 Gambar XI : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek

Keberanian Berbicara ... 102 Gambar XII : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek

Kelancaran Berbicara ... 103 Gambar XIII : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek Pandangan Mata... 103 Gambar XIV : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek Kenyaringan Suara ... 104 Gambar XV : Peningkatan Rata-Rata Skor Aspek


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 112

Lampiran 2 : Pengamatan Diskusi Kelompok ... 113

Lampiran 3 : Pedoman Penilaian Keterampilan Diskusi Siswa ... 116

Lampiran 4 : Angket Pratindakan ... 118

Lampiran 5 : Angket Pascatindakan ... 119

Lampiran 6 : Pedoman Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII A dan Perwakilan Siswa ... 121

Lampiran 7 : Transkrip Wawancara ... 123

Lampiran 8 : Silabus Pembelajaran ... 126

Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 127

Lampiran 10 : Catatan Lapangan ... 138

Lampiran 11 : Hasil Pengamatan Proses Diskusi ... 154

Lampiran 12 : Skor Keterampilan Diskusi Siswa ... 164

Lampiran 13 : Peningkatan Rata-Rata Skor Keterampilan Diskusi Siswa ... 167

Lampiran 14 : Hasil Angket ... 168

Lampiran 15 : Dokumentasi ... 169

Lampiran 16 : Artikel yang Digunakan Diskusi ... 173

Lampiran 17 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 177

Lampiran 18 : Surat Izin Penelitian dari Provinsi DIY ... 178

Lampiran 19 : Surat Rekomendasi dari Provinsi Jateng ... 179

Lampiran 20 : Surat Izin Penelitian dari BPMPPT Kab. Magelang ... 180

Lampiran 21 : Surat Keterangan ... 181


(14)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDISKUSI MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION (GI)

PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 MUNTILAN MAGELANG oleh Putri Difla Rahmatika Sirait

NIM 12201244013 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa melalui model pembelajaran Group Investigation (GI). Peningkatan keterampilan diskusi siswa dapat dilihat secara proses maupun produk saat melakukan pembelajaran dengan model Group Investiga tion (GI). Keunggulan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) adalah siswa dapat selalu aktif dalam kelompoknya, siswa menjadi sangat berperan dalam kelompok, siswa bebas mengutarakan gagasan dan ide-idenya, siswa dapat memecahkan masalah secara bersama-sama, dan siswa dapat menyampaikan pendapat di depan umum.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Muntilan. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIIIA yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Teknik pengambilan data dilakukan melalui catatan lapangan (field notes), tes, angket, pengamatan, dan wawancara. Validitas dilakukan dengan menggunakan validitas demokratik dan proses. Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Group Investigation (GI) dapat meningkatan keterampilan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan dalam berdiskusi. Peningkatan keterampilan berdiskusi siswa dapat dilihat dari proses pembelajaran yang menunjukkan siswa selalu aktif dalam kelompoknya, siswa sangat berperan dalam kelompok, siswa dapat bebas mengutarakan gagasan dan ide-idenya, siswa dapat memecahkan masalah secara bersama-sama, dan siswa dapat menyampaikan pendapat di depan umum. Peningkatan secara produk dapat terlihat dari skor keterampilan diskusi siswa pada pratindakan sebesar 15,87

meningkat pada siklus I menjadi 24,62, meningkat kembali pada siklus II menjadi

31,53. Peningkatan rata-rata skor keterampilan diskusi siswa dari pratindakan hingga siklus II adalah sebesar 15,66.


(15)

Salah satu aspek berbahasa yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari individu adalah keterampilan berbicara. Berbicara merupakan aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting karena keterampilan ini dapat digunakan untuk berkomunikasi antar individu, sebagai sarana menyampaikan pendapat, untuk menyampaikan maksud dan pesan, dan untuk mengungkapkan perasaan emosional seseorang.

Menurut Arsyad (1993: 36) kemampuan berbicara dapat dikembangkan melalui beberapa hal yaitu melalui diskusi, percakapan, konversasi, wawancara, berpidato, bercerita, sandiwara, pemberitaan, menelepon, rapat, ceramah, seminar dan sebagainya. Langkah utama untuk terampil berbicara adalah dengan berdiskusi. Seseorang yang ingin terampil berbicara harus membiasakan mengikuti kegiatan berdiskusi kelompok di sekolah (Semi, 1992:6). Dalam diskusi menuntut penguasaan materi dan memiliki pengetahuan yang luas. Keterampilan diskusi dapat dipelajari dan dilatih sehingga dapat membantu seseorang dalam berbicara seperti mengungkapkan ide gagasan serta pendapat dalam forum diskusi.

Berdiskusi merupakan sebuah keterampilan yang perlu diketahui dan dipelajari teknik dalam melaksanakannya. Keterampilan berdiskusi dapat diperoleh dari proses pembelajaran di kelas. Pada dasarnya kegiatan diskusi sangat cocok diterapkan dalam dunia pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar


(16)

mengajar. Dengan adanya diskusi, guru dapat mengajak siswa berperan aktif dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Guru tidak semata-mata hanya menyampaikan materi dengan cara ceramah, tetapi siswa dapat belajar memperoleh informasi dengan cara yang berbeda, bukan hanya sebagai pendengar.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru kolaborator Bahasa Indonesia kelas VIIIA yaitu Ibu Setyawati, S.Pd, dalam berdiskusi banyak siswa cenderung memilih diam dan masih malu dalam menyampaikan pendapatnya. Kelas VIIIA merupakan kelas dengan keterampilan diskusi terendah dibandingkan kelas yang lain. Diskusi masih didominasi beberapa siswa dimana siswa yang aktif dalam diskusi adalah siswa yang mengikuti kegiatan keorganisasian di sekolah. Guru masih mengeluhkan bahwa siswa kurang memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat ataupun sanggahan. Selain itu, siswa sulit memfokuskan perhatian saat diskusi dilaksanakan. Hanya sedikit siswa yang antusias saat diskusi berlangsung, sedangkan siswa yang lain memilih untuk mengobrol atau bermain dan bahkan ada yang mengantuk saat diskusi berlangsung. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaan topik diskusi. Padahal, penguasaan topik setiap anggota kelompok diskusi akan menunjang keberlangsungan diskusi yang baik.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan, siswa mengalami kesulitan untuk menerjemahkan ide, gagasan, dan pendapatnya ke dalam kata-kata. Siswa masih malu, ragu-ragu dan, grogi saat menyampaikan pendapat. Dalam proses berdiskusi masih diwakili oleh siswa


(17)

yang pintar saja. Siswa masih kurang termotivasi untuk berinteraksi dalam diskusi, dimana hal tersebut mengakibatkan kurangnya keaktifan siswa dalam kelompok diskusi.

Semua permasalahan tersebut ditemukan pada kompetensi dasar pembelajaran berbicara yang dilakukan, yaitu pada standar kompetensi mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler terutama dalam kompetensi dasar menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat disertai dengan dan alasan. Oleh karena itu, keterampilan berdiskusi yang diajarkan dalam pembelajaran harus didukung oleh kemampuan guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu digunakan sebuah model pembelajaran yang mampu menarik agar mampu meningkatkan proses berdiskusi siswa. Hal tersebut yang mendasari untuk dilakukan penelitian. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran Group Investigation (GI). Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran yang membimbing siswa untuk merencanakan diskusi, mengeksplorasi atau menyelidiki mengenai permasalahan, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis dan mempresentasikannya (Sharan, 1989: 17). Model Group Investigation (GI) memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif untuk berpendapat dalam kelompok kecil yang dibentuk. Model ini juga mengharuskan siswa untuk masing-masing menyampaikan ide, gagasan dan pendapatnya.


(18)

Permasalahan dalam berdiskusi di kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan menjadi latar belakang diadakannya penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya keberanian siswa mengeluarkan ide, gagasan, dan pendapatnya dalam kegiatan diskusi.

2. Kurangnya antusias siswa dengan diskusi sehingga siswa mudah bosan dengan pembelajaran yang dilaksanakan guru.

3. Rendahnya keterampilan berdiskusi siswa dikarenakan siswa yang cenderung malu dalam berpendapat.

4. Guru belum menerapkan model Group Investigation (GI) untuk pembelajaran diskusi siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan keterampilan berdiskusi dengan model Group Investigation (GI). Pembatasan masalah ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan siswa kelas VIIIA di SMP N 2 Muntilan dalam berdiskusi.


(19)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dijelaskan, ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini.

1. Bagaimana meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berdiskusi menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan?

2. Bagaimana meningkatkan keterampilan berdiskusi dengan model Group Investigation (GI) pada siswa Kelas VIIIA di SMP N 2 Muntilan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, ditentukan tujuan dalam penelitian ini.

1. Meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berdiskusi menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan.

2. Meningkatkan keterampilan berdiskusi dengan model Group Investigation (GI) pada siswa Kelas VIIIA di SMP N 2 Muntilan.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Guru akan memperoleh pengetahuan baru tentang bagaimana cara melaksanakan pembelajaran diskusi secara lebih kreatif dengan menggunakan Teknik Group Investigation.


(20)

2. Bagi Siswa

Penggunaan model Group Investigation dalam pembelajaran berbicara (diskusi) dapat membuat proses pembelajaran diskusi menjadi lebih menyenangkan. Selain itu, siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga keterampilan siswa dalam diskusi diharapkan akan meningkat.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif dan bermanfaat bagi sekolah terhadap kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan berdiskusi.

G. Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2. Berdiskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam suatu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemacahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

3. Model Group Investigation adalah perangkat rencana untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills).


(21)

1. Hakikat Diskusi

Ditinjau secara etimologis diskusi berasal dari kata kerja dalam bahasa Inggris yaitu to discuse yang berarti berunding atau membicarakan. Dari tinjauan etimologis tersebut dapat diketahui bahwa diskusi merupakan bentuk kagiatan yang terdiri atas beberapa orang yang bertatap muka secara langsung dalam bertukar pikiran, pendapat, maupun pandangan terhadap sebuah permasalahan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut (Suharyanti, 2011: 39).

Hendrikus (1991: 96) menyatakan bahwa diskusi berasal dari bahasa Latin discutere yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas, diskusi dapat diartikan sebagai kegiatan memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu permasalahan objektif. Dalam proses ini seseorang akan mengemukakan titik tolak pendapatnya, menjelaskan alasan atas hubungan antarmasalah itu sendiri. Dalam arti sempit, diskusi dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan untuk bertukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.

Tarigan (2008: 40) menyatakan bahwa pada hakekatnya diskusi merupakan sebuah metode untuk memecahkan permasalahan dengan berpikir secara berkelompok. Oleh karena itu, proses diskusi adalah sebuah kegiatan kerjasama atas aktivitas koordinatif yang memuat langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota kelompok.


(22)

Brilhart (via Dipodjojo, 1982: 63) menyatakan bahwa diskusi adalah pembicaraan antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mendapatkan sebuah pengertian dan kesepekatan dari sebuah permasalahan. Proses diskusi hendaknya dapat mendiskusikan persoalan-persoalan dengan sungguh-sungguh sebagai pemecahan masalah dengan mendalami secara sungguh-sungguh.

Darmastuti (2006: 73) menyatakan bahwa kelompok dikusi merupakan kelompok yang terdiri atas sejumlah orang yang berkumpul untuk saling bertukar pikiran. Tujuan utama dari pembetukan kelompok tidak semata-mata untuk memecahkan sebuah permasalahan saja, akan tetapi juga sebagai sarana mendiskusikan suatu topik pembicaraan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa diskusi merupakan sebuah kegiatan yang terdiri atas sejumlah anggota yang saling bertukar pikiran, gagasan, maupun ide untuk mencari jalan keluar atau pun penyelesaian dari sebuah permasalahan yang sedang didiskusikan.

Diskusi merupakan salah satu keterampilan berbicara sehingga dalam penilaiannya juga dapat menggunakan faktor-faktor yang menunjang keterampilan berbicara. Arsjad (1993: 17-22) menyatakan bahwa ada faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara dalam rangka mengefektifkan kegiatan berbicara. Faktor tersebut meliputi faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.

Faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara antara lain adalah sebagai berikut: (1) ketepatan ucapan, pengungkapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Hal tersebut sesuai dengan contoh kata materi diucapkan matri, (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan


(23)

durasi yang sesuai, yaitu dengan menggunakan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang tepat dapat menjadikan masalah pembicaraan yang kurang menarik menjadi lebih menarik, (3) pilihan kata atau diksi, yaitu dengan pemilihan kata yang digunakan dalam berbicara hendaknya tepat atau sesuai dengan pokok pembicaraan dan siapa pendengarnya dan jelas yaitu mudah dimengerti oleh pendengar, dan (4) ketepatan sasaran pembicaraan yaitu terkait dengan pemakaian kalimat yang efektif sehingga memudahkan penerimaan informasi dari pembicara kepada pendengar (Arsjad, 1993: 17-20).

Faktor nonkebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara antara lain adalah sebagai berikut: (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, sikap wajar merupakan modal utama untuk kesuksesan berbicara dan sikap banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi, (2) pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara, hal ini adalah upaya untuk melibatkan pendengar dalam pembicaraan sehingga terjadi interaksi yang baik antara pembicara dan lawan bicara, (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, yaitu terbuka dengan masukan dan pendapat dari pihak lain, (4) gerak-gerik dan mimik yang tepat, yang dapat menghidupkan suasana pembicara dan lawan bicara, (5) kenyaringan suara, yang dapat disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar dan akustik, (6) kelancaran, yang akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan, (7) relevansi, yaitu hubungan antara kalimat yang logis dengan pokok pembicaraan, (8) penguasaan topik, yang mana penguasaan topik akan menumbuhkan keberaniandan kelancaran dalam berbicara (Arsjad, 1993: 20).


(24)

2. Manfaat Diskusi

Kegiatan diskusi merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara. menurut Tarigan (2008: 51) manfaat kegiatan diskusi antara lain adalalah sebagai berikut:

1) kemampuannya memberikan sumber-sumber yang lebih banyak bagi pemecahan masalah (problem solving);

2) memberikan jalan keluar bagi dua pandangan yang saling berseberangan; dan 3) menguji ide-ide atau gagasan dengan lebih memadai dan tidak memihak.

Sementara itu, menurut Arsjad (1993: 40) manfaat dari kegiatan diskusi antara lain adalah sebagai berikut:

1) diskusi dapat menjauhkan siswa dari kejenuhan terhadap sebuah mata pelajaran yang terus menerus sama dan apabila rasa jenuh siswa hilang makan kegiatan diskusi dapat menumbuhkan motivasi belajar;

2) dapat meningkatkan kreatifitas siswa dengan menjalankan sebuah kegiatan yang berbeda sehingga siswa lebih bersemangat dan tidak mudah bosan; 3) diskusi dapat digunakan siswa dalam penerapkan secara langsung materi yang

sedang diajarkan;

4) diskusi dapat meningkatkan taraf berpikir siswa;

5) siswa dapat memiliki pengalaman belajar yang lebih luas karena siswa dapat saling bertukar pikiran dengan siswa lainnya yang mungkin saja pengetahuan tersebut belum didapatkan dari guru yang mengajar;

6) siswa dapat melatih keberanian dalam berbicara di depan orang lain; 7) melalui diskusi siswa dapat belajar untuk memecahkan masalah.


(25)

Suharyanti (2011: 39) menambahkan bahwa keiatan diskusi memiliki beberapa manfaat pada siswa antara lain adalah bahwa kegiatan diskusi dapat melatih siswa untuk berpikir praktis, dapat mengembangkan sifat siswa untuk senang bekerjasama, dapat melatih keberanian siswa untuk berbicara di depan umum, dan untuk mengembangkan gagasan ide dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan dari berbagai manfaat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat diambil simpulan bahwa diskusi kelompok memiliki peranan dalam meningkatkatkan kemampuan berbicara siswa di depan umum, dapat mengembangkan cara berpikir siswa secara praktis, dan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dengan memperhatikan pendapat dari orang lain.

3. Bentuk Diskusi Kelompok

Suharyanti (2011: 41) mengemukakan beberapa jenis diskusi, antara lain: (1) diskusi kelompok, (2) diskusi panel, (3) simposium, (4) konperensi, (5) seminar, (6) diskusi meja bundar, (7) buzz group, dan (8) debat.

Tidak jauh berbeda menurut Dipodjojo (1982: 68-80) diskusi kelompok itu sendiri terdiri atas berbagai macam bentuk, antara lain: (1) panitia, (2) konferensi, (3) meja bundar, (4) panel, (5) panel forum, (6) simposium, (7) buzz group atau

Phillips’66, (8) seminar, (9) colloquium, (10) brainstorming.

Hendrikus (1991: 97) menyatakan bahwa berdasarkan tujuan, isi, dan para pesertanya bentuk diskusi dibagi ke dalam: (1) diskusi fak, (2) diskusi podium, (3) forum diskusi, (4) diskusi kausalis. Tarigan (2008: 41-48) membagi bentuk diskusi ke dalam beberapa kelompok, antara lain. 1) kelompok yang tidak resmi


(26)

(informal group discussion) terdiri atas a) kelompok studi, b) kelompok pembentuk kebijaksanaan, dan c) komite; 2) kelompok resmi (formal group discussion) terdiri atas a) konferensi, b) diskusi panel, dan c) simposium.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk diskusi sangat beragam di antaranya yang paling sering dilakukan adalah panel, simposium, konferensi, dan seminar. Bentuk-bentuk diskusi tersebut adalah kegiatan yang sering kita jumpai dalam berbagai forum. Pembelajaran diskusi akan menggunakan jenis diskusi kelompok dengan menghadirkan ketua, panelis, dan anggota diskusi dalam kelompok.

4. Persiapan dan Pelaksanaan Diskusi

Menurut Hendrikus (1991: 99-102) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan kegiatan diskusi antara lain.

1) Persiapan bahan, persiapan diawali dengan pembatasan tujuan isi diskusi. Pembatasan mencakup sasaran dan pokok pikiran untuk kesimpulan, meskipun tidak mencakup hasil konkret dari hasil yang ditargetkan. Bagi perserta akan dibagikan bahan mengenai diskusi yang akan dilakukan sehingga peserta memiliki persiapan dalam diskusi.

2) Persiapan personal,dalam hal ini merupakan persiapan yang dilakukan oleh peserta maupun persiapan pakar yang akan melakukan kegiatan diskusi. Pakar akan diberikan informasi mengenai jenis, tingkat pendidikan, dan tujuan yang diinginkan oleh peserta diskusi.


(27)

3) Persiapan ruangan, hal ini mencakup aspek estetis atau keindahan, fungsi, dan cara duduk. Pengaturan tempat duduk disesuaikan dengan jumlah peserta yang ikut dalam kegiatan diskusi.

Dalam pelaksanaan kegiatan diskusi secara resmi biasanya terdapat seorang pemimpin dan beberapa peserta atau partisipan yang memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda. Tingkat keberhasilan diskusi ditentukan oleh baik tidaknya pemimpin maupun partisipan dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

Menurut Suharyanti (2011: 41), tugas dan tanggung jawab pemimpin dan partisipan adalah sebagai berikut.

1) Tugas dan tanggungjawab pemimpin diskusi.

a) Merundingkan permasalahan yang akan didiskusikan dengan tata cara berdiskusi.

b) Menyiapkan rangkuman pokok masalah yang akan didiskusikan. c) Membuka diskusi.

d) Menjadi motor penggerak jalannya diskusi.

e) Mengetengahkan semua pendapat yang dikemukakan peserta diskusi. f) Menutup diskusi dengan membacakan rangkuman diskusi.

2) Tugas dan kewajiban partisipan atau peserta. a) Mempersiapkan diri sebelum diskusi berlangsung. b) Ikut berperan serta dalam pembicaraan.

c) Peka terhadap teknik yang digunakan sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar.


(28)

d) Hambatan dalam diskusi.

Menurut Salisbury (via Tarigan, 2008: 53) beberapa hambatan yang ditemui dalam kegiatan diskusi antara lain.

1) Kegagalan memahami masalah.

2) Kegagalan karena tetap bertahan terhadap masalah.

3) Salah paham terhadap makna yang disampaikan orang lain.

4) Kegagalan membedakan antara fakta-fakta yang “dingin” dan pendapat

-pendapat yang “panas”.

5) Perselisihan pendapat yang meruncing tanpa ada iktikad berkompromi. 6) Hilang kesabaran dan kemarahan yang tidak tangung-tanggung.

7) Bingung menghadapi perbedaan pendapat sehingga menyerang pribadi seseorang.

8) Menggunakan waktu untuk membantah sebagai pengganti mengalukan pertanyaan-pertanyaan.

9) Menggunakan kata-kata yang bernoda (stigma words) yang menumpulkan pikiran.

5. Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Shlomo Sharan (1976) di Universitas Tel Aviv, Israel. Model ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Siswa diberikan kontrol dan pilihan penuh


(29)

dalam merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi (Huda, 2014: 123).

Model Group Investigation (GI) merupakan spektrum baru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang sekarang ini masih dihadapkan dengan berbagai persoalan pada berbagai persoalan pembelajaran baik dari segi metode, materi, media, tata ruang kelas maupun sumber belajar yang kurang bervariasi (Maman, 2012: 111).

Model Group Investigation (GI) dapat mengembangkan proses pembelajaran yang membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi yang bersifat elaboratif dan kritis baik dalam praktik komprehensi dan interpretasi maupun produksi wacana lisan. Dengan demikian, wacana kelas tidak hanya didominasi oleh guru. Praktik wacana akan lebih banyak dilakukan oleh siswa sehingga pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa. Kondisi kelas saat pembelajaran akan lebih dinamis, interaktif, dan kontekstual (Maman, 2012: 111).

Model pembelajaran Group Investigation (GI) cocok digunakan untuk bidang kajian yang mengarah pada kegiatan pemerolehan, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya memecahkan suatu permasalahan. Oleh karena itu kesuksesan model pembelajaran ini bergantung pada pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial (Rusman, 2011: 221).

Menurut Freire (via Maman, 2012: 111) Model Group Investigation (GI) menjadi model pembelajaran yang humanis yang memberikan kebebasan yang luas kepada siswa untuk mengelaborasi pikiran dan pengetahuannya serta merespon berbagai persoalan di dalam kehidupan mereka. Model pembelajaran


(30)

seperti itu akan menarik dan menantang perhatian serius siswa yang akan melahirkan siswa yang cerdas intelektualnya, matang emosinya, santun, dan terampil berbahasa sehingga mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang memadai melalui penguasaan kompetensi wacana lisan.

Menurut Sharan (1989), secara umum pelaksanaan model Group Investigation (GI) adalah sebagai berikut: a. Pengelompokan, b. merencanakan kerjasama (planning), c. penyelidikan (investigation), d. pengorganisasian (organizing), e. penyajian hasil akhir (presenting), dan evaluasi (evaluating).

Langkah yang pertama adalah pengelompokan. Pada tahap ini mencakup mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan permasalahan pada kelompok masing-masing. Lalu para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2-6 orang. Pembagian komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, ataupun kemampuan akademik. Langkah yang kedua adalah perencanaan atau planning. Dalam tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang apa yang akan mereka pelajari dan tujuan menyelidiki topik yang telah ada.

Langkah ketiga adalah penyelidikan atau investigation. Dalam kegiatan ini berupa pengumpulan informasi dan menganalisis data dan membuat membuat kesimpulan sesuai diskusi yang telah dilaksanakan. Siswa akan didorong untuk menggunakan berbagai sumber baik dari dalam maupun dari luar sekolah. Langkah keempat yaitu pengorganisasian atau organizing. Siswa mulai meringakas dan merencanakan apa saja yang akan dipresentasikan sehingga menjadi sebuah penyajian yang menarik di depan kelas.


(31)

Langkah kelima yaitu penyajian akhir atau presenting. Siswa mempresentasikan, mengomentari, dan memberikan tanggapan pada hasil diskusi kelompok lain. Presentasi akan dikoordinasi oleh guru. Langkah keenam yaitu evaluasi atau evaluating. Guru dan siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerja kelas sebagai suatu keseluruhan.

Sementara itu, untuk kepentingan penelitian yang akan dilakukan, terdapat 9 langkah spesifik dalam pembelajaran dengan model Group Investigation (GI) seperti yang telah dikembangkan oleh Slavin (2005). Modifikasi tersebut terdapat dalam langkah investigation, dimana investigasi yang dilakukan pembagian tugas untuk setiap anggota kelompok. Modifikasi dilakukan agar terjadi pemerataan kesempatan berbicara bagi siswa saat proses diskusi berlangsung.

Tabel 1: Langkah Spesifik Aspek Model Group Investigation (GI)

No.

Langkah-Langkah Model Group Investigation (GI)

Aspek yang Harus Dilakukan oleh Guru dan Siswa

Guru Siswa

1. Diskusi Kelas Terpusat pada Siswa

Guru mengarahkan siswa memilih topik, guru memberikan pengetahuan atau pengalaman

Siswa memilih topik yang disepakati bersama guru

2. Pembagian Kelompok

Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok

Siswa berkelompok sesuai yang telah ditentukan guru 3. Pembagian Topik

pada Kelompok

Guru membagikan topik diskusi

Siswa mencermati topik yang dibagikan oleh guru

4.

Pembagian Tugas dalam Kelompok Diskusi

Guru meminta siswa untuk menentukan ketua kelompok untuk membagi tugas pada setiap anggota

Ketua kelompok membagi tugas kepada anggota, setiap anggota kelompok diharapkan memberikan kontribusi berupa referensi dan pengetahuan


(32)

No.

Langkah-Langkah Model Group Investigation (GI)

Aspek yang Harus Dilakukan oleh Guru dan Siswa

Guru Siswa

5. Persiapan Topik Kecil

Guru memantau jalannya diskusi

Setiap anggota

mengerjakan bagian yang diterima melalui

pembagian tugas oleh ketua kelompok yaitu berupa pertanyaan yang ada pada lembar kerja. Setiap anggota bekerja secara individu. Siswa memliki tanggung jawab pada bagian yang ia terima terhadap kelompoknya

6. Presentasi dalam Kelompok

Guru memantau jalannya diskusi Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi.

Setiap anggota menyampaikan hasil pekerjaan masing-masing dalam presentasi kecil dalam kelompok.

7. Persiapan Presentasi Kelompok

Guru memantau jalannya diskusi

Setiap kelompok

memadukan hasil diskusi kelompok kecil dalam hasil diskusi yang disepakati bersama. Antarsiswa dapat saling memberikan referensi lain dan pengetahuan

8. Presentasi Kelompok

Guru memantau jalannya diskusi dan meminta siswa dari kelompok yang tidak diskusi untuk menjadi moderator.

Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi.

Siswa mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok di depan kelas

9. Evaluasi

Guru memantau jalannya diskusi dan mengarahkan siswa untuk aktif berbicara

Siswa dari kelompok lain menyampaikan

sanggahan, ide, ataupun kritik dan saran.


(33)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas menyatakan bahwa penggunaan model Group Investigation menunjukkan siswa dapat berperan aktif dalam proses pembalajaran dimulai dari menentukan topik, menganalisis permasalahan, menyatukan pendapat antaranggota kelompok, menyampaikan hasil diskusi, mengometari dan memberi masukan dari kelompok lain. Guru berfungsi sebagai motivator sehingga bukan menjadi pusat pembelajaran siswa. Model Group Investigation (GI) akan melatih keberanian siswa untuk melaporkan hasil diskusi di muka umum dan sikap saling menghargai antarteman.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relavan dengan penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Berdiskusi dengan Metode Jigsaw pada Siswa Kelas X F SMA Negeri 1 Seyegan Kabupaten Sleman, yang dilakukan Wulandari (2011). Dalam peneltian tersebut disimpulkan bahwa metode jigsaw dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Siswa lebih aktif dalam berbicara karena penguasaan topik yang baik saat adanya diskusi dengan kelompok ahli dalam pembelajaran dengan metode jigsaw. Penelitian ini relevan karena sama-sama mengangkat pembelajaran diskusi siswa. Penelitian ini sama-sama-sama-sama merupakan penelitian tindakan kelas. Perbedaan penelitian ini terdapat pada model atau metode yang digunakan. Penelitian Wulandari menggunakan model Jigsaw sedangkan dalam penelitian ini menggunakan model Group Investigation (GI), serta perbedaan lainnya adalah pada objek penelitian. Objek penelitian yang


(34)

dilakukan Wulandari adalah siswa Kelas X F SMA Negeri 1 Seyegan, sedangkan penelitian ini menggunakan objek siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Muntilan.

Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Keterampilan Berdiskusi Melalui Model Pembelajaran Town Meeting pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul, yang dilakukan Kurniasari (2009). Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul dengan model Town Meeting. Penelitian ini juga relevan karena sama-sama mengangkat topik mengenai diskusi kelompok. Hal yang membedakan adalah pada model yang digunakan. Penelitian Kurniasari menggunakan Model Town Meeting, sedangkan penelitian ini menggunakan Model Group Investigation (GI). Selain itu, penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Muntilan, sedangkan penelitian Kurniasari dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bantul.

Selain kedua penelitian di atas, penelitian ini relevan dengan penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model Group Investigation (GI) Kelas VIII D SMP 1 Temon Kulon Progo yang dilakukan Wulandari (2009). Dalam penelitian tersebut memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan berbicara menggunakan model Model Group Investigation (GI). Penelitian ini relevan karena sama-sama menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI). Hal yang membedakan adalah pada aspek keterampilan yang diteliti. Penelitian Wulandari meneliti keterampilan berbicara secara umum, sedangkan penelitian ini meneliti keterampilan yang lebih spesifik yaitu keterampilan berdiskusi siswa. Perbedaan lainnya, subjek penelitian Wulandari


(35)

adalah Siswa kelas Kelas VIIID SMP 1 Temon Kulon Progo, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan.

C. Kerangka Pikir

Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini adalah mengenai rendahnya kemampuan siswa dalam berdiskusi. Selain itu, guru juga kesulitan untuk menentukan model pembelajaran yang cocok untuk siswa. Pada kegiatan diskusi siswa dituntut dapat menyampaikan pendapat serta gagasan-gagasannya dalam kelompok. Untuk mendapatkan hasil tersebut maka model yang dapat digunakan adalah Group Investigation (GI).

Penggunaan model pembelajaran Group Investigation (GI) mampu meningkatkan keterampilan siswa untuk selalu aktif dalam kelompoknya, meningkatkan peran siswa dalam kelompok, meningkatkan keterampilan siswa dalam mengutarakan gagasan dan ide-idenya, dan meningkatkan keterampilan siswa untuk memecahkan masalah secara bersama-sama, dan siswa dapat menyampaikan pendapat di depan umum. Pada akhirnya keterampilan berdiskusi siswa dapat ditingkatkan menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI).


(36)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, jika model Group Investigation (GI) digunakan dalam keterampilan berdiskusi dengan tepat, maka dapat meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan.


(37)

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Arikunto (2012: 2), penelitian tindakan kelas merupakan sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Penelitian menunjuk pada sebuah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang berguna untuk menigkatkan mutu suatu hal. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, sedangkan kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi merujuk pada pengertian yang lebih spesifik yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Model penelitian dalam penelitian tindakan dilalui dengan 4 tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2012: 16-22).


(38)

Gambar 1: Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2012: 16) 1. Tahap Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilaksanakan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Penelitian dengancara kolaborasi dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu pengamatan yang dilakukan (Arikunto, 2012: 17).

Penelitian kolaborsi disarankan kepada guru yang belum pernah atau Perencanaan

Pengamatan Pengamatan SIKLUS I

Perencanaan

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi


(39)

tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang melakukan tindakan. Dalam tahap penyusunan rencana ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati (Arikunto, 2012: 18).

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan dalam kelas. Dalam tahap pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus juga berlaku wajar dan tidak dibuat-buat. Bentuk dan isi laporan yang dilaporkan oleh peneliti harus sudah lengkap menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan sampai penyelesaian (Arikunto, 2012: 19). 3. Tahap Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan oleh pengamat kepada guru yang melakukan tindakan. Kegiatan pengamatan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pelaksanaan. Jadi pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilakukan pada waktu yang sama. Pengamatan berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait dengan prosesnya (Arikunto, 2012: 19).

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection yang berarti memantulkan. Kegiatan refleksi tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan


(40)

peneliti untuk mendiskusikan inplementasi rancangan tindakan. Guru pelaku siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagaimana yang belum. Dengan kata lain, guru sedang melakukan evaluasi diri. Jika penelitian terdiri atas beberapa siklus, maka peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila ia menghentikan kegiatannya (Arikunto, 2012: 19-20).

B. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Muntilan yang terletak di Kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih karena masih kurangnya keberanian siswa dalam berbicara mengeluarkan ide dan pendapat dalam kegiatan diskusi.

Penelitian dilaksanakan pada 12 April – 13 Mei 2016. Penelitian dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan, yaitu 1 kali pertemuan untuk tahap pratindakan, 2 kali pertemuan untuk tahap Siklus I, dan 2 kali pertemuan untuk tahap Siklus II.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan, Kabupaten Magelang, yang terdiri atas 32 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan berdiskusi siswa. Penelitian ini bersifat kolaboratif yaitu melibatkan guru bahasa Indonesia dengan mahasiswa peneliti. Guru kolaborator dalam


(41)

penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Ibu Siti Setyawati, S.Pd.

D. Prosedur Penelitian

Tahap pokok penelitian tindakan kelas adalah melalui 4 tahapan utama yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan penelitian disusun antara peneliti dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai kolaborator. Adapun rencana yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Peneliti bersama guru Bahasa dan Sastra Indonesia menyamakan persepsi dan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada keterampilan berdiskusi.

b. Merancang pembelajaran keterampilan berdiskusi dengan Model Group Investigation (GI).

c. Menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan kelas siklus I. d. Menyusun tes awal.

e. Mengadakan tes siklus 1 berdiskusi.

f. Menyiapkan bahan pelajaran dan instrumen pengamatan yang berupa lembar pengamatan, dan alat untuk mendokumentasikan kegiatan.


(42)

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksaaan tindakan merupakan realisasi dari rencana yang sudah dirancang sebelumnya. Tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan berdiskusi.

b. Guru menjelaskan prosedur kegiatan berdiskusi dengan model Group Investigation (GI).

c. Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok heterogen.

d. Setelah setiap tim mendapat topik, maka tiap tim membagi tugas kepada masing-masing anggota. Tiap anggota harus mengetahui tanggung jawab tugas yang diberikan.

e. Setelah menyelesaikan tugas yang diberikan, masing-masing anggota mempresentasikan tugas yang diberikan di depan anggota timnya.

f. Setelah diskusi kelompok selesai, maka dilakukan persiapan presentasi tim lalu, tim mempresentasikan hasil diskusinya kepada seluruh siswa di depan kelas.

g. Pada saat presentasi tim boleh mengadakan tanya-jawab, komentar, dan lain sebagainya.

h. Guru memberikan penjelasan singkat dan menyimpulkan pembelajaran. i. Selama pembelajaran guru dan peneliti melakukan pengamatan terhadap


(43)

3. Pengamatan

Pengamatan merupakan kegiatan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan berlangsung. Hasil yang diperoleh adalah pengaruh dari tindakan yang dilakukan. Hasil yang diperoleh dalam pengamatan adalah dampak tindakan terhadap proses pembelajaran (keberhasilan proses) dan dampak tindakan terhadap hasil pembelajaran (keberhasilan produk). Keberhasilan proses dapat dilihat dari perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran keterampilan berdiskusi setelah mendapat tindakan dengan model Group Investigation (GI). Sedangkan keberhasilan produk dapat dilihat dari hasil tes berdiskusi siswa.

4. Refleksi

Peneliti dan guru melaksanakan analisis dan memaknai hasil tindakan pada siklus I. Apabila dalam hasil refleksi tersebut terdapat aspek-aspek yang belum tercapai maka akan dilakukan perbaikan pada siklus II. Pelaksanaan siklus II akan dilaksanakan setelah refleksi siklus I.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri atas: catatan lapangan (field notes), tes, angket, pengamatan, dan wawancara.

1. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dan siswa. Catatan lapangan berisi catatan selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan dalam penelitian ini juga digunakan untuk menghasilkan gambaran umum saat kegiatan berdiskusi.


(44)

2. Angket

Angket yang dibagikan pada siswa bersifat terbuka dengan meminta responden mengungkapkan pendapat, perasaan, dan sikap untuk memperoleh data tentang pembelajaran diskusi. Dalam angket penelitian ini pertanyaan ditujukan pada siswa dan guru yaitu dengan menanyakan variabel sehingga ada kesesuaian mengenai yang diungkapkan guru dan siswa.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mengamati tingkah laku siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengamatan penelitian ini, dilakukan untuk memperoleh data berupa gambaran proses praktik selama kegiatan diskusi, sikap siswa, interaksi antara siswa dan guru, serta perlakuan dari guru dari awal sampai pembelajaran berakhir.

4. Wawancara

Wawancara dilakukan pada beberapa sampel siswa yang berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai kesulitan mereka saat berdiskusi. Pertanyaan juga memuat mengenai pendapat siswa mengenai pembelajaran diskusi. Wawancara juga dilakukan kepada guru agar didapatkan kesamaan antara yang diungkapkan siswa dan guru.

5. Tes Kemampuan Berbicara

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes keterampilan berbicara. Tes keterampilan berbicara dapat diamati melalui penampilan siswa yang baik dalam melaksanakan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Tes keterampilan berbicara diukur dengan kegiatan diskusi yang meliputi: (a)


(45)

memberikan pendapat, (b) menerima pendapat orang lain, (c) menanggapi pendapat orang lain, (d) kemampuan mempertahankan pendapatnya, (e) kelancaran berbicara, (f) kenyaringan suara, (g) keberanian berbicara, (h) ketepatan struktur dan kosakata, (i) pandangan mata, dan (j) penguasaan topik. Tes berbicara akan dilaksanakan pada setiap siklus pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Tiap guru dapat membuat dan memilih setiap model penilaian yang dianggap paling sesuai, menyangkut pengkategorian unsur dan bobot nilai pada masing-masing unsur. Oleh karena itu, format penilaian merupakan gabungan dari pedoman penskoran beberapa ahli yang disesuaikan dengan aspek-aspek dalam penelitian (Nurgiyantoro, 1995: 307).

Skala penskoran untuk mengukur keterampilan diskusi masing-masing siswa diberi rentangan nilai dari tertinggi sampai terendah. Skor maksimal yang dicapai adalah 4 dan nilai terendah siswa adalah 1, apabila ada siswa yang tidak memberikan pendapat, sanggahan, atau pernyataan diberi skor 0. Skor 3-4 dinyatakan baik sekali, skor 2-3 dinyatakan baik, skor 1-2 dinyatakan cukup, dan skor 0-1 dinyatakan kurang.

Lembar penilaian menggunakan pedoman penilaian dari Arsjad (1993: 17-22) yang telah dimodifikasi. Rincian penilaian tersebut adalah sebagai berikut.


(46)

Tabel 2: Pedoman Penilaian Keterampilan Berdiskusi Siswa

No Aspek Skala Skor Jumlah

4 3 2 1

1 Memberikan pendapat

2 Menanggapi pendapat orang lain 3 Kemampuan mempertahankan pendapat 4 Menerima pendapat orang lain

5 Penguasaan topik 6 Keberanian berbicara 7 Kelancaran berbicara 8 Pandangan mata 9 Kenyaringan suara

10 Ketepatan struktur dan kosakata Keterangan:

1. Nilai 4 dikategorikan Sangat Baik (SB) 2. Nilai 3 dikategorikan Baik (B)

3. Nilai 2 dikategorikan Cukup (C)

4. Nilai 1 dikategorikan Kurang (K)

Lembar penilaian pada tabel 2 digunakan untuk mengetahui keterampilan berdiskusi baik sebelum atau sesudah dikenai tindakan. Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan model pembelajaran Group Investigation (GI) dalam meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa.

Jumlah skor maksimal yang didapatkan siswa adalah 40. Untuk mendapatkan skor rata-rata kelas dihitung dari jumlah seluruh skor yang diperoleh siswa dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti diskusi. Jika jumlah siswa kelas VIIIA berjumalah 32 siswa maka rata-rata kelas dapat dikelompokkan sesuai dengan kategori diatas, yaitu sangat baik, baik, cukup atau kurang.

Lalu dalam pengamatan dalam diskusi kelompok dapat menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan oleh Solihatin ( 2007: 84), yang telah dimodifikasi. Komponen pengamatan terhadap diskusi kelompok tersebut adalah sebagai berikut.


(47)

Tabel 3: Pengamatan Diskusi Kelompok

No Aspek yang diamati Skala tindakan

4 3 2 1

1 Kekompakan

2 Memotivasi Anggota Lain

3 Pengorganisasian Kerja Kelompok 4 Inisiatif Kerja dalam Kelompok 5 Keaktifan

Keterangan:

1. Nilai 4 dikategorikan Sangat Baik (SB) 2. Nilai 3 dikategorikan Baik (B)

3. Nilai 2 dikategorikan Cukup (C)

4. Nilai 1 dikategorikan Kurang (K)

F. Validitas dan Reliabilitas Data 1. Validitas

Terdapat lima kriteria validitas yang dipandang paling tepat untuk diterapkan dalam penelitian tindakan kelas yang bersifat transformatif. Kelima kriteria validitas tersebut adalah validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalik, dan validitas dialogis (Burn dalam Sanjaya, 2009: 41). Dalam penelitian tindakan ini hanya akan menggunakan validitas demokratik dan validitas proses.

a. Validitas Demokratik

Validitas demokratik dapat dicapai dengan keterlibatan seluruh subjek penelitian yang meliputi guru, siswa, peneliti dan pembimbing penelitian, serta kebebasan seluruh subjek dalam berpendapat. Jenis validitas ini dipilih karena penelitan ini berkolaborasi dengan teman sejawat, guru, siswa dengan menerima segala masukan pendapat maupun saran dari berbagai pihak untuk mengupayakan


(48)

peningkatan proses pembalajaran bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan berdiskusi siswa.

b. Validitas Proses

Validitas proses digunakan untuk mengukur keterpercayaan proses pelaksanaan penelitian dari semua peserta penelitian. Peneliti menunjukkan bahwa seluruh partisipan yaitu siswa, guru, dan peneliti sendiri selalu melaksanakan kegiatan pembelajaran selama proses penelitian sehingga data yang didapatkan berdasarkan gejala yang timbul dari pembelajaran dan ditangkap dari semua peserta penelitian. Hal ini dikuatkan dengan adanya catatan lapangan dan penilaian yang ada dalam setiap siklus.

c. Validitas Dialogis

Validitas ini berhubungan dengan pernyataan bahwa tindakan membawa hasil yang sukses dalam konteks penelitian. Adanya dialog antara peneliti dengan guru kolaborator secara intensif selama proses penelitian dari awal sampai akhir menunjang agar tercapai tujuan peningkatan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan.

d. Validitas hasil

Validitas hasil menyatakan bahwa suatu tindakan yang bertujuan untuk penelitian membawa hasil yang maksimal. Hasil yang maksimal dicapai dengan refleksi yang dilakukan oleh guru dan peneliti setiap akhir pembelajaran. Hasil refleksi tersebut memunculkan permasalahan, lalu diterapkan pemecahan masalah pada pemberian tindakan berikutnya sebagai upaya perbaikan agar hasil pembelajaran tersebut maksimal.


(49)

2. Reliabilitas

Reliabilitas dalam penelitian ini diwujudkan dengan penyajian data asli penelitian yang meliputi transkrip wawancara, catatan lapangan, angket, rekaman foto penelitian, dan lembar penelitian keterampilan berdiskusi.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data dapat dilihat dari analisis data proses dan analisis data produk atau hasil. Analisis data proses dapat diperoleh saat pembelajaran diskusi dengan model Group Investigation (GI). Analisis data produk (hasil) didapatkan dari hasil penilaian diskusi masing-masing siswa saat pembelajaran berdiskusi di kelas.

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Indikator keberhasilan dapat dilihat dari proses serta hasil dalam penelitian. Secara proses dapat dilihat jika siswa aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa memiliki inisiatif yang baik dalam kelompok, pengorganisasian kerja dalam kelompok berjalan dengan baik sehingga siswa dapat menyampaikan persetujuan, sanggahan, maupun penolakan, dan mampu mempertahankan pendapatnya. Siswa dapat saling memotivasi antaranggota dan siswa kompak dalam menyelesaikan permsalahan dalam diskusi. Keberhasilan secara produk (hasil) adalah apabila lebih dari 75% siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan mendapatkan skor minimal 30 dari skor maksimal 40 setelah dikenai tindakan.


(50)

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) dalam pembelajaran berdiskusi untuk kelas VIII. Pada subbab ini akan menyajikan hasil penelitian sesuai dengan penelitian tindakan yang dilakukan di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas meliputi empat tahap kegiatan inti, yaitu: tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subbab ini juga akan membahas mengenai deskripsi awal keterampilan diskusi siswa, pelaksanaan pembelajaran diskusi menggunakan model Group Investigation (GI) dengan dua siklus pelaksanaan pembelajaran.

1. Deskripsi Awal Keterampilan Diskusi Siswa

Langkah awal pada penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan pada kegiatan diskusi sebelum dikenai tindakan pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan. Pengamatan meliputi aktifitas fisik siswa saat dilaksanakan diskusi beserta respon siswa saat pembelajaran diskusi berlangsung. Pengamatan pada produk dapat dilihat dari skor saat pembelajaran diskusi di kelas. Pengamatan awal ini menjadi acuan dalam menentukan langkah selanjutnya yang akan dilaksanakan dalam siklus tindakan. Kegiatan pratindakan dilaksanakan pada Selasa, 12 April 2016 pada pukul 13.20 WIB.


(51)

a. Pengamatan Proses

Berikut ini merupakan hasil pengamatan keterlaksanaan proses pembelajaran berdiskusi menggunakan model Group Investigation (GI) yang dilakukan oleh peneliti bersama guru kolabolator.

Tabel 4: Pencapaian Proses Tahap Pratindakan

No. Langkah Model

Group Investigation

Aspek yang Harus Dilakukan oleh Guru dan Siswa

Guru Ket Siswa Ket

1. Diskusi Kelas Terpusat pada Siswa

Guru mengarahkan siswa memilih topik, guru memberikan pengetahuan atau pengalaman

V

Siswa memilih topik yang disepakati bersama guru

V

2. Pembagian Kelompok Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok

V

Siswa berkelompok sesuai yang

telah ditentukan guru V

3. Pembagian Topik pada Kelompok

Guru membagikan topik

diskusi V

Siswa mencermati topik yang

dibagikan oleh guru -

4. Pembagian Tugas dalam Kelompok Diskusi

Guru meminta siswa untuk menentukan ketua kelompok untuk membagi tugas pada setiap anggota

V

Ketua kelompok membagi tugas kepada anggota, setiap anggota kelompok diharapkan

memberikan kontribusi berupa referensi dan pengetahuan

-

5. Persiapan Topik Kecil Guru memantau jalannya diskusi

V

Setiap anggota mengerjakan bagian yang diterima melalui pembagian tugas oleh ketua kelompok yaitu berupa pertanyaan yang ada pada lembar kerja. Setiap anggota bekerja secara individu. Siswa memliki tanggung jawab pada bagian yang ia terima terhadap kelompoknya

-

6. Presentasi dalam Kelompok

Guru memantau jalannya diskusi

Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi.

V

Setiap anggota menyampaikan hasil pekerjaan masing-masing dalam presentasi kecil dalam kelompok.

-

7. Persiapan Presentasi Kelompok

Guru memantau jalannya diskusi

V

Setiap kelompok memadukan hasil diskusi kelompok kecil dalam hasil diskusi yang disepakati bersama. Antarsiswa dapat saling memberikan referensi lain dan pengetahuan


(52)

No. Langkah Model Group Investigation

Aspek yang Harus Dilakukan oleh Guru dan Siswa

Guru Ket Siswa Ket

8. Presentasi Kelompok Guru memantau jalannya diskusi dan meminta siswa dari kelompok yang tidak diskusi untuk menjadi moderator.

Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi.

V

Siswa mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok di depan kelas

V

9. Evaluasi Guru memantau

jalannya diskusi dan mengarahkan siswa untuk aktif berbicara

V Siswa dari kelompok lain menyampaikan sanggahan, ide, ataupun kritik dan saran.

-

Keterangan:

√ = Aspek sudah sesuai dengan indikator keberhasilan - = Aspek belum sesuai dengan indikator keberhasilan

Pada tahap pratindakan, siswa belum dikenai tindakan berupa penggunaan model pembelajaran, sehingga pada tabel 4 siswa melaksanakan diskusi seperti pada pembelajaran biasanya. Diskusi masih didominasi oleh siswa yang dianggap pandai dan siswa yang aktif dalam kelompok, sehingga siswa yang pasif menjadi semakin tidak aktif. Di dalam kelompok, tidak terjadi pembagian tugas dalam menyelesaikan permasalahan. Secara terperinci berikut ini merupakan tabel 4 berupa pengamatan proses diskusi pada masing-masing kelompok.

Tabel 5: Pengamatan Diskusi Kelompok Pratindakan

No Aspek yang Diamati Kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Kekompakan 1 1 2 2 1 1 2 1

2. Memotivasi Anggota Lain 1 1 1 1 1 2 2 1 3. Pengorganisasian Kerja Kelompok 2 1 2 1 1 1 2 1 4. Inisiatif Kerja dalam Kelompok 1 1 1 2 1 1 1 1

5. Keaktifan 1 1 1 2 1 1 1 1

Keterangan :

1. Skor 4 : dikategorikan Sangat Baik (SB) 2. Skor 3 : dikategorikan Baik (B)

3. Skor 2 : dikategorikan Cukup (C)


(53)

b. Pengamatan Produk

Pengamatan produk dilakukan untuk memperoleh skor masing-masing siswa pada setiap aspek dalam pedoman penilaian. Skor hasil keterampilan berdiskusi siswa sebelum dikenai tindakan dapat dilihat dalam tabel 6 berikut ini.

Tabel 6: Skor Keterampilan Diskusi Siswa pada Tahap Pratindakan

No Siswa Skor Ket

1 S01 30 L

2 S02 10 TL

3 S03 10 TL

4 S04 23 TL

5 S05 12 TL

6 S06 17 TL

7 S07 22 TL

8 S08 10 TL

9 S09 13 TL

10 S10 15 TL

11 S11 26 TL

12 S12 14 TL

13 S13 12 TL

14 S14 12 TL

15 S15 30 L

16 S16 10 TL

17 S17 10 TL

18 S18 10 TL

19 S19 30 L

20 S20 14 TL

21 S21 28 TL

22 S22 13 TL

23 S23 10 TL

24 S24 10 TL

25 S25 10 TL

26 S26 30 L

27 S27 10 TL

28 S28 12 TL

29 S29 23 TL

30 S30 10 TL

31 S31 10 TL

32 S32 12 TL

Jumlah 508

Skor Ideal 40


(54)

Menurut skor keterampilan berdiskusi pada tabel 6, data awal yang diperoleh tahap pratindakan merupakan skor sebelum menggunakan model pembelajaran Group Investigations (GI). Skor minimal yang dikehendaki dalam 10 aspek keterampilan berdiskusi tiap siswa adalah 30. Setiap aspek siswa harus mencapai skor minimal 3. Rata-rata skor kelas pada tahap pratindakan sebesar 15,87. Pada skor individu, hanya terdapat 4 siswa atau sekitar 12,5% yang lulus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari target pencapaian sebesar >75%. Jadi masih tersisa 62,5% yang belum mencapai KKM.

Secara terperinci keterampilan siswa dalam berdiskusi pada tahap pratindakan dapat dideskripsikan secara rinci dalam setiap aspek berikut ini. 1) Aspek Kemampuan Menyampaikan Ide/ Pendapat

Aspek kemampuan memberikan pendapat didasarkan pada skala penilaian, yaitu skor 4 untuk pendapat yang rasional dan tepat. Skor 3 untuk pendapat siswa yang rasional namun kurang tepat. Skor 2 untuk pendapat siswa yang tidak rasional. Skor 1 untuk siswa yang hanya bertanya.

2) Aspek Menanggapi Pendapat

Pada aspek menganggapi pendapat skala skor penilaiannya yaitu, skor 4 untuk siswa yang dapat menanggapi pendapat orang lain dengan menyertakan alasan yang tepat dan rasioanal. Skor 3 untuk siswa yang menanggapi pendapat orang lain namun alasan yang dikemukakan kurang tepat dan rasional. Skor 2 untuk siswa yang menggapi tanpa memberikan alasan. Skor 1 untuk siswa yang tidak menanggapi pendapat orang lain.


(55)

3) Aspek Mempertahankan Pendapat

Aspek kemampuan mempertahankan pendapat ini terkait dengan aspek kemapuan menanggapi pendapat orang lain. Jika siswa dapat menanggapi pendapat orang lain, tentu siswa tersebut dapat mempertahankan pendapatnya sendiri. Skala penilaian pada aspek ini yaitu, skor 4 untuk siswa yang mampu mempertahankan pendapatnya dengan memberikan alasan yang rasional dan dapat meyakinkan orang lain. Skor 3 untuk siswa yang mempu mempertahankan pendapatnya dengan alasan yang rasional. Skor 2 untuk siswa yang dapat mempertahankan pendapatnya namun alasan yang diberikan kurang rasional. Skor 1 untuk siswa yang tidak dapat mempertahankan pendapatnya.

4) Aspek Kemampuan Menerima Pendapat Orang Lain

Skala skor pada aspek kemampuan menerima pendapat orang lain, yaitu skor 4 untuk siswa yang dapat menerima pendapat orang lain dengan meberikan alasan yang tepat. Skor 3 untuk siswa yang menerima pendapat orang lain dengan alasan yang kurang tepat. Skor 2 untuk siswa yang tidak menerima pendapat orang lain dengan memberi alasan. Skor 1 untuk siswa yang tidak menerima pendapat orang lain tanpa memberikan alasan.

5) Aspek Penguasaan Topik

Aspek penguasaan topik berkaitan dengan keberanian dan kelancaran siswa dala berbicara. Skala kor yang diberikan dalam aspek penguasaan topik, yaitu skor 4 untuk siswa yang menguasai topik. Skor 3 untuk siswa yang cukup menguasai topik dan terkadang masih membaca. Skor 2 untuk siswa yang kurang menguasai topik. Skor 1 untuk siswa yang tidak menguasai topik.


(56)

6) Aspek Keberanian Berbicara

Aspek keberanian dalam berbicara dapat dipengaruhi oleh perasaan takut, malu, ataupun gugup saat mengemukakan pendapatnya. Skala skor dalam aspek ini yaitu, skor 4 untuk siswa yang berani berbicara tanpa malu, gugup, dan takut salah. Skor 3 untuk siswa yang siswa yang berani berbicara namun terkadang masih malu, gugup, dan takut salah. Skor 2 untuk siswa yang kurang berani berbicara karena masih malu, gugup, dan takut salah. Skor 1 untuk siswa yang tidak berani berbicara.

7) Aspek Kelancaran Berbicara

Aspek kelancaran berbicara sangat dipengaruhi oleh keberanian dalam berbicara. Dalam aspek ini masih banyak siswa yang kurang lancar dalam berbicara. Skala untuk skor aspek kelancaran berbicara adalah sebagai berikut, skor 4 untuk siswa yang berbicara lancar dari awal sampai akhir. Skor 3 untuk siswa yang cukup lancar dalam berbicara, terkadang masih tersendat-sendat dalam berbicara. Skor 2 untuk siswa yang kurang lancar dalam berbicara. Skor 1 untuk siswa yang tidak lancar berbicara.

8) Aspek Pandangan Mata

Aspek pandangan mata siswa berhubungan dengan arah pandangan mata siswa saat berbicara dengan lawan bicara ataupun peserta diskusi di depannya. Skala skor untuk aspek pandangan mata siswa adalah skor 4 untuk siswa yang pandangan matanya tertuju ke lawan bicara dan peserta lain. Skor 3 untuk siswa yang pandangan mata sudahcukup terarah namun terkadang tidak terarah. Skor 2


(57)

untuk siswa yang pandangan matanya kurang terarah. Skor 1 untuk siswa yang tidak mengarahkan mata ke lawan bicaranya (menunduk).

9) Aspek Kenyaringan Suara

Aspek kenyaringan suara berhubungan dengan volume suara yang dihasilkan oleh siswa saat berbicara. Skala skor untuk aspek ini adalah skor 4 untuk siswa dengan suara nyaring. Skor 3 untuk siswa dengan suara cukup nyaring. Skor 2 untuk siswa dengan suara kurang nyaring. Skor 1 untuk siswa dengan suara pelan (tidak terdengar).

10) Aspek Ketepatan Struktur dan Kosakata

Aspek ketepatan struktur dan kosakata berhubungan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baku, penggunaan struktur kalimat, dan pemilihan kata atau diksi. Skala skor untuk aspek ini adalah, skor 4 untuk siswa yang memperhatikan penggunaan bahasa, struktur kalimat, dan diksi. Skor 3 untuk siswa yang cukup memperhatikan penggunaan bahasa, struktur kalimat, dan diksi. Skor 2 untuk siswa yang kurang memperhatikan penggunaan bahasa, struktur kalimat, dan diksi. Skor 1 untuk siswa yang tidak memperhatikan penggunaan bahasa, struktur kalimat, dan diksi.


(58)

Tabel 7: Hasil Pengisian Angket Pratindakan Siswa VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan

No Pertanyaan

Akumulasi Jawaban dalam Presentase (%)

Ya Tidak

1. Apakah Anda sering melakukan diskusi? 93,7% 6,3% 2. Apakah guru sering mengadakan proses

pembelajaran dengan berdiskusi saat di kelas? 100% - 3. Apakah Anda senang jika mendapat perintah dari

guru untuk melaksanakan berdiskusi? 93,7% 6,3% 4.

Apakah Anda aktif dengan menyampaikan ide, gagasan, persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat saat proses pembelajaran diskusi?

90,7% 9,3%

5.

Apakah Anda masih merasa malu, takut, atau minder dalam menyampaikan ide, gagasan, persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat pada saat proses pembelajaran diskusi?

9,3% 90,7%

6.

Ketika diskusi berlangsung, apakah ada seorang atau beberapa siswa yang mendominasi pembicaran?

62,5% 37,5%

7.

Ketika diskus berlangsung, sudahkah seluruh peserta menyampaikan ide, gagasan, bantahan, persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat?

50% 50%

8.

Menurut Anda perlukah suatu model atau teknik pembelajaran yang digunakan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran diskusi?

96,8% 3,2%

Berdasarkan angket pratindakan yang dibagikan pada siswa diketahui bahwa sebanyak 30 dari 32 siswa yang hadir atau sekitar 93,7% sering melakukan diskusi dan 2 siswa atau sekitar 6,3% menyatakan tidak. Selain itu, sebanyak siswa atau 100% siswa menyatakan bahwa guru sering melaksanakan proses diskusi. Sebanyak 30 siswa atau sekitar 93,7% menyatakan senang jika mendapatkan perintah untuk melaksanakan diskusi, sisanya sebanyak 2 siswa atau sekitar 6,3% menyatakan tidak. Setelah itu sebanyak 29 siswa atau sekitar 90,7% mengaku aktif dalam menyampaikan ide, gagasan, persetujuan, gagasan, dan penolakan dalam diskusi sedangkan sebanyak 3 siswa menyatakan belum aktif dalam diskusi.


(59)

Hasil angket menunjukkan 3 siswa atau sekitar 9,3% menyatakan masih merasa malu, takut, atau minder dalam menyampaikan pendapat dalam diskusi, sedangkan sebanyak 29 siswa atau sekitar 90,3% menyatakan sudah berani dalam menyampaikan ide atau pendapatnya. Dalam diskusi sebanyak 20 atau sekitar 62,5% menyatakan bahwa diskusi masih didominasi oleh siswa tertentu dan sebanyak 12 siswa atau sekitar 37,5% menyatakan tidak. Selanjutnya,saat diskusi berlangsung sebanyak 16 siswa atau 50% siswa menyatakan seluruh peserta diskusi telah menyampaikan ide dan pendapat dalam diskusi dan sebanyak 16 siswa lainnya atau 50% siswa menyatakan tidak. Pada soal angket yang terakhir sebanyak 31 siswa atau sekitar 96,8% menyatakan diperlukan model pembelajaran yang baru untuk lebih meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara dan 1 siswa atau sekitar 3,2% menyatakan tidak perlu.

Berdasarkan analisis dari penskoran aspek-aspek dalam diskusi dan analisis angket pratindakan, serta pengamatan di kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan menunjukkan bahwa baik secara proses maupun produk keterampilan berdiskusi siswa masih rendah. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah model yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada. Model yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa baik secara proses maupun secara produk.

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Berdiskusi Melalui Model Pemebelajaran Group Investigation (GI)

Penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Meningkatkan Keterampilan Berdiskusi Melalui Model Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan dilaksakan dalam 2 siklus penelitian.


(60)

Perbedaan pada siklus I dengan siklus II adalah upaya meningkatkan aspek penilaian yang belum maksimal untuk mendapatkan hasil yang sebaik mungkin dalam penelitian. Aspek yang belum meningkat akan lebih difokuskan dalam pertemuan siklus berikutnya untuk diperbaiki. Dalam penelitian peneliti bekerjasama dengan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Ibu Siti Setyawati, S.Pd. sebagai guru kolaborator. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran, sedangkan peneliti mengamati jalannya pembelajaran.

a. Hasil Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I 1) Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Setelah pelaksanaan tes pratindakan guru bersama peneliti berdiskusi mengenai tindakan yang akan dilakukan selanjutnya terkait dengan permasalahan yang ditemukan pada tes pratindakan. Hal tersebut dilakukan untuk merencanakan penelitian untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam berdiskusi dan berkomunikasi dengan anggota kelompok lain. Pengamatan pada peningkatan proses diskusi akan dilihat dari respon siswa dalam pembelajaran siklus I di kelas, sedangkan peningkatan hasil atau produk dapat dilihat dari skor hasil penilaian dalam pedoman penilaian keterampilan diskusi siswa. Adapun rencana pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut.

a) Peneliti bersama guru berdiskusi mengenai permasalahan yang muncul pada tes pratindakan.

b) Peneliti dan guru merencanakan pembelajaran diskusi menggunakan model Group Investigation (GI).


(61)

c) Guru bersama siswa menentukan topik diskusi mengenai teknologi. Bahan

diskusi berasala dari artikel online dengan judul “Pengaruh Teknologi Ber

-Smartphone Terhadap Remaja”.

d) Menentukan langkah-langkah berdiskusi menggunakan model Group Investigation (GI).

e) Menyiapkan bahan pembelajaran yang berupa lembar pengamatan, lembar penilaian, dan catatan lapangan.

f) Menyiapkan alat rekam kegiatan dan number tag untuk setiap siswa. g) Menentukan waktu penelitian yaitu dua kali pertemuan.

2) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan model Group Investigation (GI) diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan Magelang. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan selama 2 kali pertemuan adalah sebagai berikut.

a) Guru membuka pelajaran yaitu kegiatan berdoa, apersepsi dan presensi. b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran diskusi dengan menggunakan model

pembelajaran Group Investigation (GI).

c) Guru menjelaskan mengenai model pembelajaran Group Investigation (GI), prosedur pelaksanaan Group Investigation (GI), serta hal yang perlu dilakukan selama proses diskusi.

d) Guru mengarahkan siswa untuk memilih topik diskusi.

e) Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 anggota.


(62)

f) Guru membagikan artikel kepada masing-masing siswa.

g) Peneliti membagikan number tag kepada siswa sesuai nomor absen yang digunakan untuk memudahkan guru dan peneliti dalam melakukan peniaian pada siswa.

h) Siswa melakukan diskusi dengan kelompok masing-masing.

i) Setiap kelompok membagikan tugas pada masing-masing anggota kelompok. j) Setelah tugas dibagikan, setiap anggota kelompok bekerja secara individu. k) Setelah tugas individu selesai, siswa saling mempresentasikan hasil

pekerjaannya dalam presentasi kelompok kecil.

l) Siswa saling memadukan jawaban dalam kelompok kecil.

m) Siswa melakukan diskusi kelas sesuai dengan kesimpulan yang didapatkan dalam presentasi kecil.

n) Setiap kelompok bergantian untuk presentasi di depan kelas. o) Guru dan siswa melakukan refleksi.

3) Pengamatan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Pengamatan tindakan yang dilakukan oleh guru dan peneliti menggunakan instrumen penilaian yang telah digunakan. Selain menggunakan instrumen penilaian juga menggunakan catatan lapangan, rekaman, serta foto selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dibagi menjadi 2 yaitu, pengamatan proses dan pengamatan produk.

a) Pengamatan Proses

Pengamatan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut masih


(63)

terdapat kekurangan dan hasil yang diperlihatkan belum menunjukkan hasil maksimal. Pada proses pembelajaran masih terlihat bahwa masih banyak siswa yang masih belum paham dengan model Group Investigation (GI) yang sedang dilaksanakan. Meskipun demikian, terdapat peningkatan dalam beberapa aspek perilaku yang ditunjukkan oleh siswa. Berikut ini merupakan pengamatan peneliti dan guru kolabolator mengenai keterlaksanaan model Group Investigation (GI).

Tabel 8: Pencapaian Proses Tahap Siklus I No

Langkah Model Group Investigation

Aspek yang Harus Dilakukan oleh Guru dan Siswa

Guru Ket Siswa Pratin

dakan

Siklus I

1. Diskusi Kelas Terpusat pada Siswa

Guru mengarahkan siswa memilih topik, guru memberikan pengetahuan atau pengalaman

V

Siswa memilih topik yang disepakati bersama guru

V V

2. Pembagian Kelompok

Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok

V

Siswa berkelompok sesuai

yang telah ditentukan guru V V

3. Pembagian Topik pada Kelompok

Guru membagikan

topik diskusi V

Siswa mencermati topik yang

dibagikan oleh guru - V

4. Pembagian Tugas dalam Kelompok Diskusi

Guru meminta siswa untuk menentukan ketua kelompok untuk membagi tugas pada setiap anggota

V

Ketua kelompok membagi tugas kepada anggota, setiap anggota kelompok diharapkan memberikan kontribusi berupa referensi dan pengetahuan

- V

5. Persiapan Topik Kecil

Guru memantau jalannya diskusi Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi.

V

Setiap anggota mengerjakan bagian yang diterima melalui pembagian tugas oleh ketua kelompok yaitu berupa pertanyaan yang ada pada lembar kerja. Setiap anggota bekerja secara individu. Siswa memliki tanggung jawab pada bagian yang ia terima

terhadap kelompoknya

- V

6. Presentasi dalam Kelompok

Guru memantau jalannya diskusi

V

Setiap anggota menyampaikan hasil pekerjaan


(64)

No.

Langkah Model Group Investigation

Aspek yang Harus Dilakukan oleh Guru dan Siswa

Guru Ket Siswa Ket

7. Persiapan Presentasi Kelompok

Guru memantau jalannya diskusi dan meminta siswa dari kelompok yang tidak diskusi untuk menjadi moderator.

Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi.

V

Setiap kelompok memadukan hasil diskusi kelompok kecil dalam hasil diskusi yang disepakati bersama. Antarsiswa dapat saling memberikan referensi lain dan pengetahuan

- -

8. Presentasi Kelompok

Guru memantau jalannya diskusi dan mengarahkan siswa untuk aktif berbicara

V

Siswa mempresentasikan hasil diskusi masing-masing

kelompok di depan kelas V V

9. Evaluasi Guru memantau jalannya diskusi Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi.

V Siswa dari kelompok lain menyampaikan sanggahan,

ide, ataupun kritik dan saran. - V

Keterangan:

√ = Aspek sudah berhasil ditingkatkan sesuai dengan indikator keberhasilan - = Aspek belum berhasil ditingkatkan sesuai dengan indikator keberhasilan

Tabel 8 menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan diskusi dengan model Group Investigation (GI). Siswa tampak belum memahami dengan baik langkah-langkah penggunaan model Group Investigation (GI). Siswa telah berbagi tugas dalam kelompok. Siswa juga telah mendapatkan dan mengerjakan tugas masing-masing. Akan tetapi, anggota kelompok masih belum mempresentasikan hasil diskusinya dalam kelompok kecil. Siswa sekedar memberikan jawaban pada panelis tanpa mempresentasikan terlebih dahulu. Anggota kelompok pun cenderung menerima apapun yang dikerjakan oleh anggotanya. Secara terperinci, berikut ini merupakan hasil pengamatan diskusi kelompok pada tahap siklus I.


(65)

Tabel 9: Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus I

No Aspek yang Diamati Kelompok

1 2 3 4 5 6

1. Kekompakan 2 2 3 3 2 2

2. Memotivasi Anggota Lain 2 2 3 3 3 2

3. Pengorganisasian Kerja Kelompok 1 2 3 3 3 2 4. Inisiatif Kerja dalam Kelompok 2 1 2 3 2 2

5. Keaktifan 2 2 2 2 3 1

Keterangan:

1. Nilai 4 dikategorikan Sangat Baik (SB) 2. Nilai 3 dikategorikan Baik (B)

3. Nilai 2 dikategorikan Cukup (C) 4. Nilai 1 dikategorikan Kurang (K)

Pada siklus I, terjadi peningkatan skor pada proses pembelajaran diskusi. Pada aspek kekompakan, kelompok 3 dan 4 telah berhasil menyelesaikan diskusi dan mendapatkan kesimpulan dalam waktu 1 menit, sedangkan kelompok 1, 2, 5, dan 6 menyelesaikan diskusi pada menit ke 13. Pada aspek memotivasi anggota lain, kelompok 3 dan 4 saling memotivasi tetapi masih kurang kompak sehingga kesimpulan yang dihasilkan masih dalam waktu 10 menit, sedangkan kelompok 1, 2, 5 dan 6 kurang memiliki semangat dalam kelompok dan tidak saling menyemangati sehingga waktu diskusi sedikit lebih lama yaitu 13 menit.

Pada aspek pengorganisasian anggota kelompok 3, 4, dan 5 sudah terjadi pembagian tugas dan peran masing-masing tetapi masih ada anggota kelompok yang menyimpang, sedangkan kelompok 1, 2, dan 6 kelengkapan organisasi dan peran anggota kelompok tidak berjalan dengan baik, bahkan kelompok 1 kelengkapan organisasi dan peran anggota kelompok tidak tersusun dengan baik. Aspek inisiatif dalam kelompok 4 baik karena anggota kelompok dapat memunculkan ide-ide baru dalam menghasilkan kesimpulan sedangkan kelompok 1, 2, 3, 5, dan 6 kurang memuncukan ide baru untuk mendapatkan kesimpulan,


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII-D SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION (GI)

0 5 30

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

Perbededaan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi antara Siswa yang Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dan Group Investigation (GI)

0 3 435

IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

0 6 183

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII Smp Islamiyah Ciputat : penelitian tindakan kelas di SMP Islamiyah Ciputat

0 8 0

Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf deskripsi melalui Model Group Investigation Berbantuan Media Kartu Kunci pada Siswa Kelas XB SMA N 2 Blora

0 8 198

Perbedaan Sikap Ilmiah Siswa antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Group Investigation (GI) pada Konsep Fungi

0 18 288

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Group Investigation(GI) (PTK Pembelajaran Matematika Kelas XI Tata Busana (TB

0 2 19

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 20112012

0 0 91