67
f. Perkembangan Religius
Pada perkembangan religius kaum muda ingin mengetahui bagaimana menjadi orang religius sejati. Mereka dibaptis sejak masih bayi, dan menerima
agamanya sebagai sesuatu yang diberikan tanpa sikap kritis. Kekatolikan dihayati sebagai kumpulan ajaran, aturan, larangan, tradisi, dan upacara ritual ibadat
Tangdilintin, 2008: 75. Pada masa perkembangan religius kaum muda menghadapi masalah-
masalah berat. Kaum muda belum menghayati imannya sebagai nilai dan sikap hidup pribadi. Pola pelajaran agama di sekolah yang terikat dengan kurikulum yang harus
diuji aspek pengetahuannya kurang memberi tempat pada aspek emosional iman. Pemahaman mengenai Gereja dengan pancatugasnya dan kesiapsediaan
memberi hati, pikiran, tenaga dan waktu serta kemampuan berperan aktif dalam tugas-tugas pelayanan dan pengembangan Gereja makin jauh dari harapan. Salah
satu indikasinya adalah makin sulit mencari aktivis dari kalangan muda untuk berbagai fungsi pelayanan gerejawi Mangunharjana, 1986: 15; bdk. Tangdilintin,
2008: 75.77.
B. Hidup Menggereja
Gereja mempunyai asal usul dalam Gereja perdana yang dihimpun di seluruh dunia. Pemahaman tentang Gereja dengan gambaran Umat Kudus Allah,
Gereja sebagai komunitas bela rasa, Gereja sebagai paguyuban, dan Gereja sebagai Sakramen Keselamatan. Allah menghendaki Gereja karena Ia ingin menyelamatkan
bukan sebagai orang per orang, melainkan bersama-sama. Gereja dimengerti sebagai tempat untuk mewujudnyatakan tindakan konkret kehidupan sehari-hari dalam
68
penghayatan iman. Seluruh umat Allah mengambil bagian dalam tugas dasar Gereja dan bertanggung jawab dalam perutusan dan pelayanannya.
1. Pengertian tentang Gereja
Gereja berasal dari kata igreja, kata tersebut adalah ejaan Portugis, dalam bahasa Latin ecclesia, yang berasal dari bahasa Yunani ekklesia. Kata Yunani itu
sebetulnya berarti „kumpulan‟ „ pertemuan‟ atau „rapat‟. Gereja atau ekklesia bukan sembarang kumpulan, melainkan kelompok orang yang sangat khusus kadang-
kadang juga dipakai kata „jemaat‟ atau „umat‟. Perlu diingat bahwa jemaat ini sangat istimewa. Maka lebih baik memakai kata „Gereja‟ yakni ekklesia. Kata Yunani itu
berasal dari kata yang berarti „memanggil‟. Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan. Itulah arti sesungguhnya kata „Gereja‟ KWI, 1996: 332 .
Gereja secara umum dimengerti sebagai jemaat yang terpanggil untuk mendengarkan dan menghidupi sabda Tuhan. Semua umat beriman memikul
tanggung jawab dalam hal pelayanan sabda Tuhan Telaumbanua, 1999: 64. Dalam pemakaian Kristiani „Gereja‟ berarti „jemaat setempat‟,
„pertemuan liturgis‟, atau „seluruh persekutuan kaum beriman‟. Ketiga pengertian ini tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain. „Gereja‟ adalah umat yang dihimpun
oleh Allah di seluruh dunia terdiri dari jemaat-jemaat setempat dan menjadi nyata sebagai pertemuan liturgis, terutama sebagai pertemuan Ekaristi. Mereka hidup dari
Sabda dan Tubuh Kristus karena beriman kepada Kristus KGK, no. 226-227. Konsili Vatikan II secara terbuka mengakui, „Gereja merangkum
pendosa-pendosa dalam pengakuannya sendiri. Gereja itu suci, dan sekaligus harus selalu dibersihkan, serta terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan‟
69
LG, art. 8. Sebagai Sakramen, Gereja adalah alat Kristus. Gereja di dalam tangan Tuhan adalah „alat penyalamatan semua orang‟ LG, art. 9.
Konsili Vatikan II, menekankan pentingnya Gereja Lokal. Sejak Abad Pertengahan, ciri khas kekatolikan yang pokok adalah Gereja Semesta, banyak
artikel dalam Konsili Vatikan II menunjukkan gambaran Gereja Semesta sebagai paguyuban, persekutuan kolegial Gereja Lokal. Gereja Katolik yang satu dan tunggal
berada dalam Gereja-gereja khusus dan terhimpun daripadanya LG, art. 23. Yohanes XXIII, dalam pidato pembukaan Konsili Vatikan II,
menggambarkan Gereja sebagai komunitas bela rasa yang ingin menunjukkan dirinya sebagai ibu yang mencintai, lemah lembut, sabar, penuh kasih, dan kebaikan
kepada semua orang LG, art. 40.
2. Pengertian tentang Hidup Menggereja
Hidup menggereja merupakan pengungkapan iman dalam hidup dengan Tuhan dan sesama, ungkapan iman dalam relasi antara manusia dengan Tuhan dan
relasi antara manusia dengan manusia, manusia mengungkapkan imannya kepada Tuhan melalui berbagai sarana atau simbol baik dalam doa, ibadat maupun perayaan-
perayaan keagamaan. Ungkapan iman bisa berbentuk pujian, permohonan, ataupun pernyataan. Manusia mengungkapan imannya dalam hidup dengan sesama dapat
menggunakan cara atau tindakan dengan perwujudan dalam hidup sehari-hari, lewat perbuatan moral.
Relasi manusia dengan Tuhan akan lebih nyata jika manusia tidak hanya menggunakan sapaan Allah melalui ungkapan iman tetapi memberika jawaban yang
berasal dari penghayatan diri dalam relasinya berupa tindakan yang nyata dalam
70
hidup menggereja. Semangat kristiani yang bersumber pada Yesus Kristus adalah mendasari seluruh perbuatan manusia. Ajaran Yesus dalam mewujudkan iman
dengan melakukan perbuatan baik yang berkenan kepada Allah bukan hanya didasarkan pada perkataan saja, manusia harus mau mencintai musuh-musuhnya,
tindakan baik itu perlu diwujudkan bagi sesama yang lemah, hina, miskin dan tak berdaya Andita, 2014: 4.
Arti hidup menggereja juga merupakan hidup bermasyarakat, perwujudan iman, dalam bentuk kegiatan sosial Gereja, berarti partisipasi kelompok-
kelompok atau organisasi Katolik dalam usaha pembangunan dan perkembangan masyarakat, misalnya dalam sekolah-sekolah serta karya kesehatan. Dalam segala
macam perkumpulan yang mempunyai tujuan kebudayaan atau sosial ekonomis dan politik, yang bersifat umum. Pelayanan Gereja di sana berarti bahwa sikap pelayanan
Kristus dipraktikkan dan ditanamkan dalam kehidupan masyarakat yang umum. Kegiatan-kegiatan itu, kendatipun kadang-
kadang dinilai sebagai usaha „kristenisasi‟ sebenarnya tidak mempunyai apa-apa yang khas Kristiani, selain semangat
pengabdiannya KWI, 1996: 452. Banyak orang dan organisasi lain sering memperlihatkan sikap pelayanan
yang mungkin lebih meyakinkan. Tetapi, kalau organisasi dan kegiatan Katolik itu benar-benar digerakkan oleh semangat Kristus, mau tidak mau di situ akan ada sikap
pelayanan yang ingin membantu dan menemani sesama dalam usaha bersama membangun masyarakat. Pada dasarnya kegiatan sosial itu tidak berbeda dengan
usaha individu dalam mewujudnyatakan sikap pelayanan Kristus, maka tolok ukurnya bukanlah simbol atau rumus yang khas Katolik atau Kristiani, melainkan
semangat Kristus dengan ciri khasnya yang telah disebut di atas KWI, 1996: 453.
71
Dalam Konsili Vatikan II, kaum muda menunaikan kerasulan mereka yang bermacam-macam dalam Gereja maupun masyarakat. Dalam kedua tata hidup
itu terbukalah pelbagai bidang kegiatan merasul. Kerasulan di lingkungan sosial merupakan usaha menjiwai mentalitas dan adat kebiasaan, hukum-hukum serta tata-
susunan masyarakat disekitar, dengan semangat kristiani. Kerasulan itu merupakan tugas dan beban kaum awam sedemikian rupa, sehingga tak pernah dapat dijalankan
oleh orang-orang lain sebagaimana mestinya. Disitulah mereka melengkapi kesaksian hidup dengan kesaksian lisan.
Dekrit Kerasulan awam Konsili Vatikan II mengungkapkan bahwa kaum awam menunaikan perutusan Gereja di dunia itu terutama dengan kesesuaian hidup
dengan iman, yang menjadikan mereka terang dunia, dengan ketangguhan mereka dalam urusan manapun juga, sehingga mereka menarik semua orang kepada cinta
akan kebenaran dan kebaikan, dan akhirnya kepada Kristus dan Gereja, dengan kasih persaudaraan mereka, sehingga mereka ikut menanggung kondisi-kondisi kehidupan,
jerih-payah, duka-derita serta aspirasi-aspirasi sesama saudara, dan dengan demikian lambat laun menyiapkan hati semua orang bagi karya rahmat yang menyalamatkan,
dengan penuhnya kesadaran akan peran serta mereka dalam membangun masyarakat, sehingga mereka berusaha menjalankan kewajiban-kewajiban mereka dalam hidup
berkeluarga, dalam masyarakat dan dibidang kejuruan mereka dengan kebesaran jiwa kristiani. Demikianlah cara bertindak mereka lambat laun merasuki lingkungan hidup
dan kerja. Kerasulan itu harus ditujukan kepada semua orang, siapa pun yang berada di lingkungan itu, dan tidak boleh mengecualikan jasa rohani maupun jasmani
manapun juga, yang dapat diberikan kepada mereka. tetapi rasul-rasul yang sejati tidak puas dengan kegiatan itu saja. Mereka sungguh bermaksud juga untuk
72
mewartakan Kristus secara lisan kepada sesama. Sebab banyak orang hanya dapat mendengarkan Injil dan mengenal Kristus melalui para awam tetangga mereka.
Hidup menggereja adalah hidup dalam persekutuan iman, hidup dalam iman yang utuh, satu dan bersekutu. Persekutuan iman ini melibatkan umat manusia
pada umumnya yang bersatu dalam persekutuan Gereja. Kaum muda yang menjadi tiang tengah Gereja harus mampu mengemban misi Gereja sebagai pewarta kabar
gembira dan pembawa damai. Dalam komunitas umat basis, kaum muda harus mengambil sikap yang
tepat, siap untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan rohani, seperti menjadi anggota mudika, aktif dalam tanggungan liturgi. Lingkungan komunitas umat basis
merupakan lingkungan dasar dimana kepribadian umat katolik terlahir. Dari situlah manusia dididik, dibina, diarahkan dengan cara-cara hidup sebagai seorang katolik
sejati. Kaum muda di tengah lingkungan komunitas umat basis merupakan tulang punggung lingkungan sehingga kaum muda harus mengambil sikap yang tepat.
Kaum muda harus siap untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan rohani Liskar, 2014: 6.
Kaum muda mempunyai tempat dalam Gereja berkat sakramen inisiasi yang telah diterima dan berkat rahmat Roh Kudus, bahkan mereka pun menjadi
subyek dan pelaksana karya pastoral dalam Gereja Telaumbanua, 1999: 203. Kaum muda perlu dihantar ke dalam hidup menggereja khususnya dalam
kebaktian, partisipasi dalam liturgi, dalam sakramen tobat dan dalam misteri Ekaristi Kudus. Keikutsertaan dalam liturgi dan bertumbuhnya semangat berdoa secara
pribadi menjadi unsur pembentuk mentalitas iman dan kehidupan moral seorang Kristen Telaumbanua, 1999: 204.
73
3. Dasar-dasar Hidup Menggereja
Gereja melanjutkan dan mengambil bagian dalam tritugas Yesus Kristus. Tugas Gereja adalah menghadirkan Kerajaan Allah, yang telah dimulai oleh Yesus,
supaya bertumbuh dan berakar ke segala bangsa. Tugas dasar Gereja dapat disimpulkan dalam tiga tugas Kristus yaitu, Kristus Nabi, Kristus Imam, dan Kristus
Raja. Ketiga tugas ini dipenuhi dengan pelayanan pastoral Gereja dalam tiga bentuk: ‘Kerygma’ pelayanan sabda dengan mewartakan, ‘Leiturgia’ pelayanan ibadat
dengan merayakan, ‘Koinonia’ pelayanan pengarahan dengan mengorganisir dan
mendidik umat Kristus.
a. Kristus Nabi
Tugas kenabian Gereja adalah mewartakan misteri keselamatan kepada seluruh dunia dan mengajak orang menjawab panggilan Allah dan menyambut
keselamatan yang ditawarkan itu. Ia memenuhi tugas itu dengan pelayanan sabda. Pelayanan sabda adalah tindakan gerejani, suatu fungsi pastoral dan pernyataan
istimewa tradisi yang hidup. Melalui itulah sabda Allah disampaikan dengan berbagai cara dan bentuk, dengan tujuan membina, menggairahkan dan memupuk
iman. Pelayanan mengakibatkan Sabda Allah menjadi aktual dan relevan bagi waktu dan tempat serta kategori pendengar dengan kata-kata yang betul-betul manusiawi
Amalorpavadass, 1972: 5. Dalam tugas pelayanan bidang ini diusahakan agar sabda Allah
diwartakan utuh agar kaum beriman kristiani awam mendapat pengajaran dalam kebenaran-kebenaran iman. Mengembangkan semangat Injil, yang menyangkut
keadilan sosial, mengusahakan agar warta Injil menjangkau mereka juga yang
74
meninggalkan praktek keagamaannya atau tidak memeluk iman yang benar KHK, kanon 528 §1.
Kristus disebut Nabi tidak hanya karena rakyat mengakui-Nya sebagai Nabi, tetapi terutama karena pusat karya-Nya adalah pewartaan kerajaan Allah.
Kenabian adalah tanda dari Roh, maka kenabian kiranya tidak boleh dilihat sebagai suatu tugas tertentu
, melainkan lebih sebagai semacam „gejala kehidupan‟ Gereja. Dalam Gereja kenabian secara hakiki bersifat karismatis, sebagaimana nampak
dengan jelas dari Lumen Gentium artikel 12 „Roh Kudus tidak hanya menguduskan
dan memimpin umat Allah melalui sakramen-sakramen dan tindakan para pejabat serta menghiasinya dengan keutamaan-keutamaan saja, tetapi Ia membagikan
anugerah-anugerah-Nya kepada tiap-tiap orang menurut kehendak- Nya sendiri‟
Jacobs, 1979: 95.
b. Kristus Imam
Kristus sebagai Imam adalah menguduskan, dalam tugas pelayanan bidang ini mengusahakan agar Ekaristi mahakudus menjadi pusat jemaat kaum
beriman. Menggembalakan kaum beriman kristiani dengan perayaan khidmat dan secara khusus agar mereka sering menerima sakramen Ekaristi mahakudus dan tobat.
Kristus disebut imam baru, bukan imam dalam arti yang biasa. Imam biasa adalah orang yang harus mempersembahkan kurban-kurban di dalam kenisah.
Tetapi Kristus datang sebagai Imam agung untuk mengurus harta-harta keselamatan kita. Imamat Kristus disini harus diterangkan seperti kurban-Nya, sebagaimana wafat
Kristus disebut „kurban‟ karena dibawa sampai ke dalam tempat kediaman Allah. Kristus disebut imam, Imam agung yang mulia sehingga Ia duduk di sebelah kanan
75
Tahta Yang Maha berdaulat di surga, sebagai pelaksana ibadat di dalam ruangan Kudus dan kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh seorang manusia
Jacobs, 1979: 89. Membimbing jemaat untuk mengadakan doa dalam keluarga dan dengan
sadar serta aktif mengambil bagian dalam liturgi suci KHK, kanon 528 § 2. Konsili Vatikan II Lumen Gentium artikel 8 mengajarkan bahwa Gereja
dibentuk karena perpaduan unsur manusiawi dan ilahi. Kesatuan Gereja bukan hanya karya Roh Kudus, tetapi juga hasil komunikasi antarmanusia, khususnya perwujudan
komunikasi iman di antara para anggota Gereja. Komunikasi ini terjadi terutama dalam perayaan iman. Maka dikatakan bahwa penampilan Gereja yang istimewa
terdapat dalam keikutsertaan penuh dan aktif seluruh umat kudus Allah dalam perayaan liturgis, dan Gereja sendiri disebut persekutuan keimaman khususnya
persekutuan di sekitar altar KWI, 1996: 392.
c. Kristus Raja
Kristus sebagai Raja adalah memimpin, dalam tugas pelayanan ini gembala berusaha mengenal kaum beriman yang dipercayakan kepada-Nya. Tugas
rajawi Kristus lebih sulit lagi, dan sebetulnya tidak pernah disebut dengan jelas hanya dikatakan bahwa dengan perantaraan orang beriman awam Tuhan ingin
meluaskan kerajaan-Nya yaitu kerajaan kebenaran dan kehidupan, kerajaan kekudusan dan rahmat, kerajaan keadilan, cinta kasih dan damai Jacobs, 1979: 92.
Kristus mengambil bagian dalam keprihatinan, kecemasan dan kedukaan kaum beriman dan menyerahkan mereka kepada Allah dengan bijaksana
memperbaiki mereka, jika mereka bersalah dalam satu hal, mencari orang-orang
76
yang miskin, putus asa, kesepian, dibuang dari tanah airnya dan tertekan kesulitan khusus, berusaha membantu orang tua memenuhi tugas-tugasnya, membina
perkembangan hidup kristiani dalam keluarga KHK, kanon 529 § 1. Kristus menjalankan fungsi raja-Nya dengan menarik semua orang
kepada diri-Nya oleh kematian dan kebangkitan-Nya. Kristus, Raja dan Tuhan semesta alam, telah menjadikan diri pelayan semua orang, karena Ia tidak datang
untuk dilayani tetapi untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang.
Untuk seorang Kristen, mengabdi Kristus berarti meraja. Umat Allah mempertahankan martabat-Nya sebagai raja, apabila ia setia kepada panggilannya
untuk melayani bersama Kristus KGK, no. 786.
d. Hubungan Tiga Tugas Kristus
Ketiga fungsi ini hanyalah unsur tugas Gereja yang satu saja yaitu tugas penyelamatan. Oleh sebab itu masing-masing pembagian saling memerlukan dan
memenuhi satu sama lain. Pelayanan Sabda dengan pelayanan liturgi dan pengarahan saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Tanpa pelayanan Sabda semuanya
merosot, liturgi menjadi magis dan ritual kosong. Tugas kenabian Gereja sering kali disalah mengerti dan diremehkan dan selalu ada kecenderugan untuk melekatkan diri
kepada hukum dan negara. Peranan imam di dalam Perjanjian Lama dan agama- agama kafir terutama bersifat ibadat, tetapi di dalam Perjanjian Baru, tekanan
diletakkan pada segi kenabian, sebagaimana dinyatakan oleh Santo Paulus. Segi imamat di dalam agama kristiani dibawahkan kepada kenabian Rm 15:16. Kegiatan
ibadat atau upacara pertama-tama timbul karena ada Kabar Gembira yang harus
77
diwartakan. Liturgi Ekaristi dapat timbul justru karena ada Liturgi Sabda. Pelayanan Sabda mempersiapkan dan membimbing kepada liturgi, liturgi sendiri memuat ibadat
sabda dan sebuah pewartaan. Pelayanan Sabda dan pelayanan kebaktian kedua- duanya membutuhkan dan menuju kepada pelayanan pengarahan, demi tercapainya
kesaksian nyata dan pengabdian cinta kasih. Pelayanan sabda mencakup dua tahap yang terpisah dengan bentuk, isi dan tujuan yang spesifik yaitu tahap pewartaan Injil
dan katekese Sumarno Ds, 2013b: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7.
4. Bidang-bidang Tugas dalam Hidup Menggereja
Katekismus Gereja Katolik no. 752 merumuskan Gereja sebagai
“himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah yakni, berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah
”. Himpunan Umat Allah ini diwujudkan dalam hidup berparoki. Di dalam paroki inilah himpunan Umat Allah
mengambil bagian dan terlibat dalam menghidupkan peribadatan yang menguduskan leiturgia,
mengembangkan pewartaan Kabar Gembira kerygma, menghadirkan dan membangun persekutuan koinonia, memajukan karya cinta kasihpelayanan
diakonia dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan Yesus Kristus
martyria.
a. Bidang Ibadat leiturgia
Liturgi leiturgia berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang
dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Ini berarti
mengamalkan tugas pokok Kristus sebagai Imam. Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan dengan cara khasnya masing-masing mengambil bagian dalam
78
satu imamat Kristus. Allah adalah kudus dan senantiasa memanggil semua orang menuju kekudusan. Dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan
pusat hidup beriman. Melalui bidang karya ini, setiap anggota menemukan, mengakui dan menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal ini
dinyatakan dengan doa, simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam memimpin perayaan
liturgis tertentu seperti: memimpin Ibadat SabdaDoa Bersama, membagi komuni, menjadi lektor, pemazmur, organis, misdinar, paduan suara, penghias Altar dan
Sakristi, dan mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.
Dalam tugas pelayanan bidang ibadat, mengusahakan agar Ekaristi mahakudus menjadi pusat jemaat parokial kaum beriman, mengusahakan agar kaum
beriman kristiani dibantu, didampingi, diarahkan untuk dapat menghayati perayaan- perayaan sakramen-sakramen dan sakramentali dengan hikmat dan secara khusus
dengan sering menerima sakramen Ekaristi mahakudus dan Tobat membimbing umat agar mengadakan ibadat atau doa bersama dalam lingkungan, bahkan juga mengajak
berdoa bersama dalam keluarga dan dengan sadar serta aktif mengambil bagian dalam hidup liturgi suci Sumarno Ds, 2013b: 1.
b.
Bidang Pewartaan kerygma
Pewartaan kerygma berarti ikut serta membawa Kabar Gembira bahwa Allah telah menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus,
Putera-Nya. Melalui bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati
79
hidup berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak mudah goyah dan tetap setia.
Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya: pendalaman iman, katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainnya.
Termasuk dalam kerygma ini adalah pendalaman iman lebih lanjut bagi orang yang
sudah Katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese.
Dalam tugas pelayanan bidang pewartaan, meliputi tugas untuk mengusahakan agar sabda Allah diwartakan utuh kepada orang-orang yang tinggal di
Paroki, mengusahakan agar kaum beriman kristiani awam mendapat pengajaran dalam kebenaran-kebenaran iman, terutama dengan homili yang mungkin diadakan
pada hari-hari Minggu dan hari-hari wajib, di tingkat Paroki, Wilayah, atau Lingkungan. Pastoral Paroki juga mengusahakan agar katekese diberikan kepada
umat, membina karya-karya untuk mengembangkan semangat injil, juga yang menyangkut keadilan sosial, mencurahkan perhatian khusus untuk pendidikan katolik
anak-anak dan kaum muda, dengan segala upaya melibatkan bantuan kaum beriman kristiani, mengusahakan agar warta Injil menjangkau mereka juga yang
meninggalkan praktek keagamaannya atau tidak memeluk iman yang benar dan mendewasakan imannya dalam hidup menggereja atau memasyarakat KHK, kanon
529 §1; bdk. Sumarno Ds, 2013b: 1.
c. Bidang Penggembalaan koinonia
Persekutuan koinonia berarti ikut serta dalam persekutuan atau persaudaraan sebagai anak-anak Bapa dengan pengantaraan Kristus dalam kuasa Roh
Kudus-Nya. Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan
80
Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya, dalam kuasa Roh Kudus.
Melalui bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Hal ini berhubungan dengan
„cura animarum’ pemeliharaan jiwa-jiwa dan menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat,
umat dengan ParokiKeuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara territorial Keuskupan,
Paroki, Stasi, atau Lingkungan, keluarga maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.
Dalam tugas pelayanan bidang penggembalaan, pastoral Paroki mengusahakan pengenalan umat dalam Paroki dengan mengadakan kunjungan
keluarga, mengambil bagian dalam keprihatinan, memperbaiki umat beriman jika mereka bersalah dalam satu hal, dengan penuh kasih sayang membantu orang-orang
sakit, terutama yang mendekati kematian agar mereka dapat dilayani dengan menerima sakramen-sakramen dan mendoakan mereka dengan penuh perhatian,
mencari orang-orang yang miskin, putus asa, kesepian, dibuang dari tanah airnya dan tertekan kesulitan-kesulitan khusus, mengusahakan agar suami isteri dan orang tua
dibantu memenuhi tugas-tugas untuk membina perkembangan hidup kristiani dalam keluarga Sumarno Ds, 2013b: 2.
d. Bidang Pelayanan diakonia
Pelayanan diakonia berarti ikut serta dalam melaksanakan karya karitatifcinta kasih melalui aneka kegiatan amal kasih Kristiani, khususnya kepada
81
mereka yang miskin, terlantar dan tersingkir. Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggung jawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh
karena itu dibutuhkan adanya kerja sama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keiklasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan
seluruh jemaat Kis 4:32-35. Gereja tidak pernah ada untuk dirinya sendiri, tetapi sebaliknya menjadi
tanda dan sarana bagi dunia dan masyarakat. Gereja dipanggil untuk melayani sebagaimana Yesus sendiri datang untuk melayani, dasar pelayanan dalam Gereja
bertumpu pada semangat pelayanan Kristus sendiri. Dalam tugas pelayanan kerja sama, hendaknya dikembangkan peranan
khas yang dimiliki oleh kaum beriman kristiani awam dalam pengutusan Gereja bekerja sama dengan seluruh pejabat dan petugas seksi-seksi yang ada dalam Paroki,
mengusahakan agar kaum beriman membina kesatuan dalam lingkup Lingkungan, Wilayah, dan Paroki agar umat beriman sadar akan keanggotaanya dan mengambil
bagian dalam atau mendukung karya-karya untuk mengembangkan kesatuan antara umat sendiri dan dengan para penanggung jawab umat di tempatnya masing-masing
Sumarno Ds, 2013b: 1.
e. Bidang Kesaksian martyria
Kesaksian martyria berarti ikut serta dalam menjadi saksi Kristus bagi
dunia. Menyadari kesaksian melalui kehadiran mereka dalam hidup sehari-hari dan
menghayati diri sebagai orang beriman di tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup
bermasyarakat.
82
Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau menunjukkan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain. Penyampaian, penghayatan
atau pengalamannya itu dapat dilaksanakan melalui kata-kata, sikap, atau tindakan nyata. Menjadi saksi Kristus selalu mengandung resiko. Meskipun demikian, banyak
orang yang terinspirasi dari pengorbanan Yesus sendiri dan mengorbankan nyawanya sebagai saksi Kristus. Melalui bidang karya ini, umat beriman diharapkan dapat
menjadi ragi, garam dan terang di tengah masyarakat sekitarnya Suliangto, 2014: 94.
5. Penghayatan Iman Umat dalam Kehidupan Menggereja
Penghayatan iman umat Katolik khususnya dalam hidup menggereja berhubungan dengan keseluruhan. Gereja adalah Katolik karena Kristus memanggil
Gereja untuk mengakui keseluruhan iman, untuk menjaga semua sakramen, untuk menyampaikan ajaran iman dan sakramen-sakramen dan mewartakan Kabar
Gembira Allah kepada semua orang, dan diutus kepada seluruh bangsa. Umat diutus untuk terlibat dalam masyarakat supaya Kerajaan Allah dapat bertumbuh dan
berkembang di antara masyarakat manusia. Siapapun disatukan dalam Kristus melalui pengakuan iman katolik dan menerima sakramen-sakramen, yang bersatu
dengan paus serta para uskup, berada dalam persekutuan yang penuh dalam Gereja katolik Youcat, no. 133-134. Iman pribadi dihidupi dan dikembangkan dalam
kebersamaan komunitas serta diwujudkan dalam relasi sosial-kemasyarakatan. Penghayatan dimensi personal dari iman harus sampai pada perwujudan iman dalam
dimensi sosial. Semakin dekat pada Tuhan, semakin dekat pula pada sesama, baik dalam komunitas Gerejawi maupun dalam komunitas insani Tangdilintin, 2008: 65.
83
Hidup menggereja itu merupakan suatu bentuk penghayatan iman umat Allah. Di dalam kehidupan menggereja umat dapat mewujudkan tindakan-tindakan
konkret mereka sebagai hasil dari penghayatan serta refleksi terhadap iman mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hidup menggereja itu selalu tumbuh bersama
dengan Gereja itu sendiri. Hidup menggereja terwujud apabila terjadi dialog dan hubungan yang baik antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Hidup menggereja
lebih pada mengaktualisasikan penghayatan iman terhadap Allah melalui tindakan- tindakan, sikap-sikap yang diwujudkan dalam hidup sehari-hari Banawiratma, 1992:
9. Penting untuk disadari bahwa orang-orang Katolik adalah orang-orang
yang dimasukkan sepenuhnya ke dalam lembaga Gereja, dan masuk pula ke dalam Komunio. Seluruh umat terlibat dalam membangun dan menggembangkan Gereja
umat Allah. Seluruh umat dipanggil untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja di tempat-tempat dan keadaan-keadaan manapun yang menuntut keterlibatan seluruh
umat. Setelah menyadari bahwa telah menjadi anggota Gereja, maka akan adanya pengakuan iman, yang artinya pribadi yang beriman itu akan mengakui imannya, dan
pengakuan iman itu akan diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. Aspek yang ingin ditekankan dari hidup menggereja ialah ambil bagian
di dalam tugas-tugas Kristus yaitu sebagai Imam bertugas menguduskan, Nabi bertugas mengajar dan Raja bertugas memimpin Suhardiyanto, 2005: 4-5.
C. Kaum Muda dalam Hidup Menggereja