110
E. Petunjuk Pelaksanaan Program Katekese Shared Christian Praxis
Program pendampingan yang diusulkan dalam skripsi ini dilaksanakan bagi kaum muda di Paroki St. Petrus Sungai Kayan. Program ini akan dilaksanakan
dalam enam kali pertemuan, dua bulan sekali pertemuan dalam jangka waktu selama satu tahun. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu 60 menit, pertemuan ini
diadakan pada hari Sabtu. Dalam pelaksanaan program ini, awal pertemuan peserta diajak untuk
semakin menyadari akan pentingnya keterlibatan dalam kehidupan menggereja, sehingga peserta semakin aktif mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di dalam
gereja. Selanjutnya peserta diajak untuk menggali pengalaman iman Kristiani serta menerapkan pengalaman iman Kristiani mereka tersebut dalam situasi konkret
peserta, dan terakhir para peserta diajak untuk mengusahakan suatu aksi konkret dalam kehidupan sehari-hari, mau terlibat dan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan
kehidupan menggereja dan saling memberi semangat antar kaum muda. Pendamping berperan sebagai fasilitator untuk memperlancar jalannya
pertemuan, merangkum pengalaman-pengalaman yang telah diungkapkan oleh peserta untuk direfleksikan dan selanjutnya memberikan peneguhan. Pendamping
memberikan peneguhan berdasarkan Kitab Suci dan Ajaran Gereja. Pada akhir pertemuan para peserta diajak untuk membuat aksi nyata dalam kehidupan sehari-
hari, baik secara pribadi maupun dalam kelompok. Katekese ini akan dipandu oleh seorang katekis yang ada di Paroki St.
Petrus Sungai Kayan, dan akan diberikan pengarahan terlebih dahulu tentang Shared Christian Praxis
apabila belum pernah memandu katekese dengan model SCP sehingga pemandu bisa berkatekese dengan model Shared Christian Praxis.
111
F. Contoh Persiapan Katekese Model Shared Christian Praxis 1. Identitas
a. b.
c. d.
e. f.
g. h.
Tema Tujuan
Peserta Tempat
Waktu Metode
Model Sarana
: :
: :
: :
: :
Terlibat dalam kegiatan menggereja Bersama pendamping kaum muda menyadari akan
pentingnya keterlibatan dalam kehidupan menggereja, sehingga peserta semakin aktif dalam kegiatan hidup
menggereja. Kaum muda di Paroki St. Petrus Sungai Kayan
Aula Paroki St. Petrus Sungai Kayan Pukul 19.00-20.00
- Informasi
- Tanya jawab
- Diskusi kelompok
- Sharing kelompok
- Refleksi pribadi
Shared Christian Praxis -
Teks lagu pembuka “Hatiku, hatimu, hati kita satu” -
Teks lagu penutup “Hatiku senyum gembira dan bahagia”
- Teks cerita “Kami bukanlah generasi terakhir”
- Teks AA, art. 12
- Laptop
- Speaker
112
i. Sumber bahan
: -
Salib -
Lilin -
Wardjito, Hadrianus. 2013. Kaum Muda Kami Bersama Anda
. Yogyakarta: Bajawa Press, hal. 55-62. -
Komisi Kateketik KWI. 2007. Persekutuan Murid- Murid Yesus
. Yogyakarta: Kanisius, hal. 140-141. -
Apostolicam Actuositatem, art. 12 -
Skripsi, hal. 25
2. Pemikiran Dasar
Dalam kenyataan hidup sehari-hari banyak orang yang belum menyadari akan panggilannya sebagai warga katolik, banyak kaum muda tidak menyadari akan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai penerus Gereja masa depan, sehingga diantara kaum muda masih banyak yang tidak aktif terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.
Demikian pula yang terjadi pada kaum muda yang ada di Paroki St. Petrus Sungai Kayan masih ada diantara mereka yang tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan
hidup menggereja. Dalam Dekrit Konsili Vatikan II Apostolicam Actuositatem artikel 12
dikatakan bahwa kaum muda merupakan kekuatan penting dalam masyarakat, dan juga dalam Gereja. Gereja memandang kaum muda sebagai pembawa perubahan
dalam masyarakat dan Gereja. Oleh sebab itu masa muda merupakan masa yang paling menentukan bagi kaum muda untuk menentukan arah hidupnya.
Melalui pertemuan ini, diharapkan agar kaum muda menyadari pentingnya keterlibatan mereka dalam kegiatan hidup menggereja, sehingga dengan
penuh kesadaran untuk terlibat dan lebih aktif dalam kegiatan hidup menggereja.
113
3. Pengembangan Langkah-langkah a. Pembukaan
1 Pengantar Selamat malam saudara-saudari yang terkasih kita berkumpul disini
untuk mensharingkan pengalaman selama kita mengikuti kegiatan hidup menggereja, sering kita tidak menyadari akan tugas dan tanggung jawab kita terlebih sebagai
kaum muda katolik yang dipercayakan untuk menjadi generasi penerus Gereja. Pada Dekrit Konsili Vatikan II Apostolicam Actuositatem artikel 12 Gereja menyebutkan
kaum muda sebagai masa depan dan harapan masyarakat dan Gereja. Dengan demikian marilah kita sebagai kaum muda untuk menanggapi harapan Gereja
terhadap kita dengan mulai membuka hati untuk mau melibatkan diri sehingga lebih aktif terlibat dalam kegiatan yang laksanakan dalam hidup menggereja.
2 Lagu pembukaan: “Hatiku, hatimu, hati kita satu” [Lampiran 7: 20] 3 Doa pembukaan
Bapa, syukur kami ucapkan kepada-Mu karena Engkau memperkenankan kami untuk berkumpul disini untuk mensharingkan pengalaman hidup kami. Sering
kami lupa akan tanggung jawab kami sebagai penerus Gereja dan tidak mau untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.
Hari ini kami akan mendengarkan bacaan dari Apostolicam Actuositatem artikel 12 harapan masyarakat dan Gereja bagi kaum muda sebagai penerus Gereja.
Bantulah kami agar dapat menjadi rasul-Mu dan membawa perubahan dalam masyarakat dan Gereja sesuai dengan harapan, serta mau untuk melibatkan diri dan
semakin aktif terlibat dalam kegiatan di Gereja. Doa ini kami sampaikan dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
114
b. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
1 Pendamping membagikan teks cerita “Kami bukanlah Generasi terakhir” kepada
peserta dan memberikan kesempatan untuk membaca secara pribadi [Lampiran 8: 21]
2 Pendamping meminta salah seorang peserta untuk menceritakan kembali dengan bahasa sendiri isi pokok cerita “Kami bukanlah Generasi terakhir”.
3 Intisari cerita “Kami bukanlah Generasi terakhir” Dalam cerita ini dikisahkan bahwa di India di sebuah desa Neemi
kehidupan penduduk sangatlah menderita, karena air menjadi barang langka di desa mereka. Seorang pemuda bernama Raddhu Ujja mendapat solusi untuk keluar dari
penderitaan kehidupan penduduk desa mereka, dengan bekerja keras bersama penduduk desa Neemi menggali tanah untuk membuat dam atau bendungan untuk
menampung air hujan, berkat usaha dan kerja keras mereka maka tiga dam atau bendungan berhasil mereka buat dan tibalah musim hujan. Kehidupan di desa Neemi
mengalir kembali anak-anak mendapat asupan gizi, mereka mendapatkan pendidikan yang layak karena pendapatan orang tuanya meningkat berkat menjual hasil bumi
dan ternak mereka. 4 Pengungkapan pengalaman peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan:
Ceritakan kesulitan yang dialami penduduk desa Neemi dalam melakukan kegiatan di desanya
Ceritakan kesulitan yang kalian alami dalam mengikuti kegiatan hidup
menggereja
115
5 Arah rangkuman Kesulitan
yang dialami
oleh penduduk desa
Neemi sangat
memprihatinkan, tanah menjadi retak, sapi kelaparan, anak-anak kekurangan air dan kekurangan gizi, bahkan kehidupan mereka seakan berhenti seketika itu juga ketika
air menjadi barang langka bagi penduduk desa Neemi. Kekeringan yang dialami tiap tahun oleh warga desa Neemi menyebabkan mereka tidak bisa bercocok tanam dan
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan pendidikan anak-anak mereka.
Begitu pula dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak kesulitan yang sering kita hadapi untuk melakukan kegiatan, terutama kesulitan dalam mengikuti
kegiatan di gereja. Banyak kesibukan lain misalnya kesibukan dengan kegiatan di sekolah dan kesibukan dalam pekerjaan yang membuat kita lupa akan tugas sebagai
kaum muda penerus Gereja.
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1 Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:
Mengapa teman-teman sulit untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja?
2 Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan arahan rangkuman singkat:
Teman-teman yang terkasih dari sharing pengalaman mengapa teman- teman sulit untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja tadi bermacam-macam
hal atau pengalaman yang teman-teman temukan atau alami mulai dari kesulitan
116
dalam membagi waktu untuk mengikuti kegiatan di gereja, sibuk dengan tugas sekolah, pekerjaan dan sulit terlibat dalam hidup menggereja karena kurang
mendapat dukungan atau dorongan dari orang tua sehingga untuk sekedar hadir di gereja pun sangat sulit. Setiap kesulitan yang kita alami pasti ada cara untuk
mengatasinya. Sebagai kaum muda yang telah dipercayakan oleh masyarakat dan Gereja untuk menjadi generasi penerus masa depan, hendaknya kita dapat mengatasi
kesulitan tersebut.
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1 Pendamping meminta salah satu peserta untuk membacakan Dekrit Konsili Vatikan II Apostolicam Actuositatem artikel 12 [Lampiran 9: 22]
2 Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi bacaan tersebut dengan dibantu pertanyaan:
Pesan apa yang ingin disampaikan dalam artikel 12 ini tentang keterlibatan?
3 Peserta diajak untuk terlebih dahulu mengungkapkan dalam pleno hasil renungan pribadi sehubungan dengan pertanyaan di atas.
4 Pendamping memberi tafsir dari Dekrit Konsili Vatikan II Apostolicam Actuositatem
artikel 12 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan.
Pesan yang ingin disampaikan Dekrit Konsili Vatikan II Apostolicam Actuositatem
dalam artikel 12 bahwa kaum muda sebagai kekuatan yang amat penting dalam masyarakat. Kaum muda sebagai pembawa perubahan dalam
masyarakat. Perubahan mentalitas dan pelbagai struktur kerap menimbulkan perbedaan pandangan tentang nilai-nilai yang diwariskan, terutama pada kaum muda,
117
yang kerap kurang sabar, bahkan penuh rasa memberontak karena gelisah dan anti kemapanan. Kerap Gereja menyebut kaum muda sebagai masa depan dan harapan,
namun harapan tersebut diletakkan dalam keprihatinan bahwa kaum muda mengalami krisis. Mereka cenderung tidak lagi akrab dengan tradisi dan hidup
menggereja. Tantangan bagi Gereja adalah bagaimana Gereja bisa ikut menciptakan lingkungan tempat nilai-nilai dasar manusiawi dijunjung, sehingga kaum muda dapat
bercermin dan dapat mengolah proses untuk menemukan identitas diri. Oleh sebab itu masa muda merupakan masa yang paling menentukan bagi kaum muda untuk
menentukan arah hidupnya. Demi partisipasi aktif kaum awam, konsili menyediakan berbagai
pelayanan oleh kaum awam untuk mendorong keterlibatan aktif kaum awam dalam iman dan hidup Gereja dalam ibadat Ilahi, konseling pastoral, dan kerasulan sosial,
bahkan juga dalam ranah studi teologi. Beberapa orang menyatakan bahwa peran yang tepat bagi para klerus adalah dalam urusan internal Gereja. Kaum awam harus
terlibat dalam perkara sekular sesuai dengan kompetensi mereka. Konsili tidak mengizinkan perbedaan tugas yang begitu jelas tersebut. Banyak perkembangan
positif yang bermunculan semenjak Konsili membeberkan keterlibatan kaum awam dalam Gereja. Roh Kudus akan terus menerus membuka cakrawala baru untuk
perluasan pelayanan Gereja demi kesetaraan para klerus dan kaum awam. Pesan terakhir yang disampaikan oleh Konsili Vatikan II ditujukan
kepada kaum muda, pesan tersebut dengan sangat kuat menyampaikan tantangan dan harapan. Padamulah kaum muda, sangat khusus untuk kalian, bahwa Gereja sekarang
hadir melalui Konsili untuk menyalakan cahaya yang akan menerangi masa depan, masa depan kalian. Gereja sangat mengharapkan masyarakat yang akan kalian
118
bangun, nantinya akan menghormati martabat, kebebasan, dan hak-hak individu. Individu-individu inilah kalian. Gereja percaya bahwa kaum muda akan mengerti
cara memperkokoh iman dan memberikan artinya di dalam kehidupan menemukan kepastian adanya kebaikan dan keadilan Allah.
e. Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret
1 Pengantar
Teman-teman yang terkasih, dalam pembicaraan tadi kita sudah menemukan dan menyadari akan peranan dan tanggung jawab kita masing-masing
sebagai kaum muda yang menjadi harapan masyarakat dan juga Gereja sebagai generasi penerus masa depan. Oleh sebab itu sebagai kaum muda yang dipercayakan
untuk membawa perubahan dalam masyarakat dan Gereja, marilah kita bersama- sama mewujudkan harapan mereka dengan bertanggung jawab terhadap tugas yang
telah diberikan dan aktif terlibat dalam kegiatan hidup menggereja di Paroki St. Petrus Sungai Kayan.
2 Sebagai bahan refleksi bagi kita agar kita semakin menyadari pentingnya
keterlibatan dalam hidup menggereja, maka kita akan melihat situasi konkrit dengan mencoba merenungkan pertanyaan ini:
Sikap-sikap mana yang dapat menyemangati kaum muda untuk terlibat dalam
kegiatan hidup menggereja di Paroki St. Petrus Sungai Kayan? 3
Saat hening peserta diberi kesempatan untuk merenungkan pertanyaan- pertanyaan diatas dengan situasi konkrit masing-masing peserta. Peserta diberi
kesempatan secukupnya untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya. Akhirnya,
119
sebagai bahan renungan dalam langkah konfrontasi ini pendamping dapat memberi arahan rangkuman singkat sesuai dengan hasil renungan pribadi mereka, misalnya:
Sikap membuka hati untuk bekerjasama, saling membantu, rela berkorban dapat menyemangati kaum muda untuk lebih terlibat dalam kegiatan hidup menggereja di
Paroki St. Petrus Sungai Kayan, dengan bekerjasama dalam tugas koor, bekerja sama untuk membersihkan gereja di Paroki St. Petrus Sungai Kayan. Saling membantu dan
rela berkorban menjemput teman yang tempat tinggalnya jauh dari Gareja dan tidak memiliki kendaraan.
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret
1 Pengantar
Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, setelah kita bersama-sama menggali pengalaman melalui cerita “Kami bukanlah generasi terakhir” tadi, kita
dapat melihat bagaimana usaha dan kerja keras penduduk desa Neemi mengembalikan harapan mereka untuk bisa hidup normal kembali. Berkat usaha dan
kerja keras mereka bersama maka kehidupan di desa Neemi menjadi layak dan tidak kekurangan air lagi. Begitu pula dalam pengalaman hidup kita sehari-hari, banyak
kesulitan yang kita hadapi terlebih kesulitan dalam membagi waktu untuk kegiatan sekolah, pekerjaan dan terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Kesulitan yang
teman-teman alami untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja karena sibuk dengan kegiatan di sekolah, sibuk dengan pekerjaan dan karena kurang mendapat
dukungan dari orangtua. Demikian pula dalam Dekrit Konsili Vatikan II Apostolicam
Actuositatem artikel 12 memandang kaum muda sebagai kekuatan yang penting bagi
120
masyarakat dan Gereja. Mereka menaruh harapan yang sangat besar kepada kaum muda untuk dapat membawa perubahan yang positif.
Kita juga sudah merefleksikan atau melihat kembali sikap-sikap mana yang menyemangati kita kaum muda generasi penerus Gereja masa depan untuk
mau aktif untuk terlibat dalam tugas hidup menggereja di Paroki St. Petrus Sungai Kayan. Marilah sekarang kita memikirkan niat-niat dan tindakan apa yang dapat
kaum muda Paroki St. Petrus Sungai Kayan perbuat bagi masyarakat dan Gereja agar kita sebagai kaum muda dapat semakin terlibat aktif dalam kehidupan
menggereja. 2
Secara pribadi dan bersama memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru pribadi, kelompok atau bersama untuk lebih aktif dalam kehidupan
menggereja. Berikut adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat:
Niat apa yang hendak kita bangun agar kita sebagai kaum muda semangat
untuk terlibat atau ambil bagian dalam kegiatan di Gereja di Paroki St. Petrus Sungai Kayan?
3 Selanjutnya peserta diberi kesempatan untuk hening memikirkan sendiri tentang
niat-niat pribadikelompok bersama. Peserta diajak mengungkapkan niat pribadi mereka. Kemudian dapat didiskusikan bersama untuk menentukan niat bersama agar
semakin aktif terlibat dalam kehidupan menggereja.
g. Penutup
1 Kesempatan hening sejenak untuk mengendapkan niat yang telah dibangun ke
dalam hati masing-masing peserta. Sementara lilin dinyalakan dan diletakkan di tengah peserta bersama-sama salib.
121
2 Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, pendamping mengajak
peserta untuk membawa segala permohonan mereka ke dalam doa umat yang diawali
oleh pendamping dan ditutup dengan doa Bapa Kami.
3
Doa penutup:
Bapa yang Mahabaik, puji dan syukur kami haturkan kepadaMu atas berkat dan rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami dalam pertemuan
pendalaman iman ini. Bapa banyak kesulitan yang sering kami hadapi dalam mengikuti kegiatan di Gereja, sulit untuk membagi waktu dengan kegiatan sekolah,
pekerjaan, serta kurangnya dukungan dan dorongan dari orangtua kami, namun kami sadar kesulitan yang kami alami bukanlah penghalang bagi kami untuk terus
mendekatkan diri kepada-Mu. Bacaan yang kami dengar hari ini dari AA art 12 menyadarkan kami akan tanggung jawab dan tugas kami sebagai kaum muda yang
menjadi harapan dan kekuatan bagi masyarakat dan Gereja di Paroki St. Petrus Sungai Kayan.
Mampukanlah kami untuk mengatasi sikap-sikap kurang percaya diri dan menganggap sepele tugas di Gereja, karena kami sadar bahwa sikap seperti itu
bukanlah sikap yang baik. Melalui niat kami bersama mampukanlah kami agar dalam kehidupan kami setelah ini mau dan mampu semakin terlibat aktif dalam kehidupan
menggereja sesuai dengan harapan dan kehendak-Mu. Semua doa ini kami mohon dengan pengantaraan Yesus Tuhan dan Juruselamat kami. Amin
4 Lagu penutup: Senyum Gembira [Lampiran 7:20]
BAB V PENUTUP
Pada bagian ini disampaikan kesimpulan dan saran yang berkaitan
dengan judul skripsi mengenai KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA Di PAROKI SANTO PETRUS SUNGAI KAYAN
KEUSKUPAN TANJUNG SELOR KALIMANTAN UTARA.
A. Kesimpulan
Keterlibatan kaum muda khususnya di Paroki ST. Petrus Sungai Kayan sangat memprihatinkan. Jumlah kaum muda yang ada di Paroki ST. Petrus Sungai
Kayan ± 70 orang. Dari jumlah tersebut ± 20 orang saja yang mau terlibat aktif
dalam hidup menggereja. Hal ini di sebabkan karena waktu yang kurang tepat menjadi penghambat untuk mereka terlibat, kesibukan di sekolah atau pekerjaan
mereka, bahkan karena kurangnya dukungan dan dorongan dari orangtua mereka. Mereka kurang memiliki waktu untuk atau saling berkomunikasi. Mereka hanya
dapat bertemu secara utuh pada saat liburan dan pada saat perayaan hari raya seperti Natal dan Paskah.
Kurangnya keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja membuat mereka sedikit sekali mengetahui manfaat yang dapat mereka peroleh jika terlibat
dalam hidup menggereja. Dalam Katekismus Gereja Katolik no.10 menjelaskan bahwa keterlibatan adalah sebuah pengabdian yang dilakukan dengan suka rela,
keterlibatan suka rela itu berasal dari keinginan diri sendiri tanpa paksaan. Kaum muda menyadari akan perannya dalam hidup menggereja atau hidup dalam
123
masyarakat dan dengan sepenuh hati mengikuti dan melaksanakan kewajiban yang seharusnya dilakukan sesuai perannya, maka perlu untuk membantu kaum muda
mengerti tentang keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja melalui studi pustaka, dengan membahas mengenai kaum muda dalam Gereja, tentang hidup
menggereja, dan mengenai kaum muda dalam hidup menggereja. Untuk meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja
maka diusulkan program katekese model Shared Christian Praxis. Tema umumnya ‘Kaum muda adalah harapan Gereja untuk mewartakan kabar gembira Allah. Gereja
mengharapkan dengan diadakannya kegiatan dalam hidup menggereja ini dapat membantu kaum muda untuk mau terlibat secara aktif dan bertanggung jawab atas
apa yang sudah dipercayakan masyarakat dan Gereja kepada mereka sebagai generasi penerus Gereja di masa depan.
B. Saran