110
E. Petunjuk Pelaksanaan Program Katekese Shared Christian Praxis
Program  pendampingan  yang  diusulkan  dalam  skripsi  ini  dilaksanakan bagi kaum muda di Paroki St. Petrus Sungai Kayan. Program ini akan dilaksanakan
dalam enam kali pertemuan, dua bulan sekali pertemuan dalam jangka waktu selama satu  tahun.  Setiap  pertemuan  dilaksanakan  dalam  waktu  60  menit,  pertemuan  ini
diadakan pada hari Sabtu. Dalam  pelaksanaan  program  ini,  awal  pertemuan  peserta  diajak  untuk
semakin  menyadari  akan  pentingnya  keterlibatan  dalam  kehidupan  menggereja, sehingga  peserta  semakin  aktif  mengikuti  kegiatan  yang  dilaksanakan  di  dalam
gereja.  Selanjutnya  peserta  diajak  untuk  menggali  pengalaman  iman  Kristiani  serta menerapkan  pengalaman  iman  Kristiani  mereka  tersebut  dalam  situasi  konkret
peserta,  dan  terakhir  para  peserta  diajak  untuk  mengusahakan  suatu  aksi  konkret dalam  kehidupan  sehari-hari,  mau  terlibat  dan  lebih  aktif  dalam  kegiatan-kegiatan
kehidupan menggereja dan saling memberi semangat antar kaum muda. Pendamping  berperan  sebagai  fasilitator  untuk  memperlancar  jalannya
pertemuan,  merangkum  pengalaman-pengalaman  yang  telah  diungkapkan  oleh peserta  untuk  direfleksikan  dan  selanjutnya  memberikan  peneguhan.  Pendamping
memberikan  peneguhan  berdasarkan  Kitab  Suci  dan  Ajaran  Gereja.  Pada  akhir pertemuan  para  peserta  diajak  untuk  membuat  aksi  nyata  dalam  kehidupan  sehari-
hari, baik secara pribadi maupun dalam kelompok. Katekese  ini  akan  dipandu  oleh  seorang  katekis  yang  ada  di  Paroki  St.
Petrus Sungai Kayan, dan akan diberikan pengarahan terlebih dahulu  tentang Shared Christian  Praxis
apabila  belum  pernah  memandu  katekese  dengan  model  SCP sehingga pemandu bisa berkatekese dengan model Shared Christian Praxis.
111
F. Contoh Persiapan Katekese Model Shared Christian Praxis 1. Identitas
a. b.
c. d.
e. f.
g. h.
Tema Tujuan
Peserta Tempat
Waktu Metode
Model Sarana
: :
: :
: :
: :
Terlibat dalam kegiatan menggereja Bersama  pendamping  kaum  muda  menyadari  akan
pentingnya  keterlibatan  dalam  kehidupan  menggereja, sehingga  peserta  semakin  aktif  dalam  kegiatan  hidup
menggereja. Kaum muda di Paroki St. Petrus Sungai Kayan
Aula Paroki St. Petrus Sungai Kayan Pukul 19.00-20.00
- Informasi
- Tanya jawab
- Diskusi kelompok
- Sharing kelompok
- Refleksi pribadi
Shared Christian Praxis -
Teks lagu pembuka “Hatiku, hatimu, hati kita satu” -
Teks  lagu  penutup  “Hatiku  senyum  gembira  dan bahagia”
- Teks cerita “Kami bukanlah generasi terakhir”
- Teks AA, art. 12
- Laptop
- Speaker
112
i. Sumber bahan
: -
Salib -
Lilin -
Wardjito, Hadrianus. 2013. Kaum Muda Kami Bersama Anda
. Yogyakarta: Bajawa Press, hal. 55-62. -
Komisi  Kateketik  KWI.  2007.  Persekutuan  Murid- Murid Yesus
. Yogyakarta: Kanisius, hal. 140-141. -
Apostolicam Actuositatem, art. 12 -
Skripsi, hal. 25
2. Pemikiran Dasar
Dalam kenyataan hidup sehari-hari banyak orang yang belum menyadari akan panggilannya sebagai warga katolik, banyak kaum muda tidak menyadari akan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai penerus Gereja masa depan, sehingga diantara kaum muda masih banyak yang tidak aktif terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.
Demikian  pula  yang  terjadi  pada  kaum  muda  yang  ada  di  Paroki  St.  Petrus  Sungai Kayan  masih  ada  diantara  mereka  yang  tidak  mau  melibatkan  diri  dalam  kegiatan
hidup menggereja. Dalam  Dekrit  Konsili  Vatikan  II  Apostolicam  Actuositatem  artikel  12
dikatakan  bahwa  kaum  muda  merupakan  kekuatan  penting  dalam  masyarakat,  dan juga  dalam  Gereja.  Gereja  memandang  kaum  muda  sebagai  pembawa  perubahan
dalam  masyarakat  dan  Gereja.  Oleh  sebab  itu  masa  muda  merupakan  masa  yang paling menentukan bagi kaum muda untuk menentukan arah hidupnya.
Melalui  pertemuan  ini,  diharapkan  agar  kaum  muda  menyadari pentingnya keterlibatan  mereka dalam kegiatan hidup  menggereja,  sehingga dengan
penuh kesadaran untuk terlibat dan lebih aktif dalam kegiatan hidup menggereja.
113
3. Pengembangan Langkah-langkah a. Pembukaan
1 Pengantar Selamat  malam  saudara-saudari  yang  terkasih  kita  berkumpul  disini
untuk mensharingkan pengalaman selama kita mengikuti kegiatan hidup menggereja, sering  kita  tidak  menyadari  akan  tugas  dan  tanggung  jawab  kita  terlebih  sebagai
kaum muda katolik yang dipercayakan untuk menjadi generasi penerus Gereja. Pada Dekrit Konsili  Vatikan  II  Apostolicam Actuositatem artikel 12  Gereja menyebutkan
kaum  muda  sebagai  masa  depan  dan  harapan  masyarakat  dan  Gereja.  Dengan demikian  marilah  kita  sebagai  kaum  muda  untuk  menanggapi  harapan  Gereja
terhadap kita dengan mulai membuka hati untuk mau melibatkan diri sehingga lebih aktif terlibat dalam kegiatan yang laksanakan dalam hidup menggereja.
2 Lagu pembukaan: “Hatiku, hatimu, hati kita satu” [Lampiran 7: 20] 3 Doa pembukaan
Bapa, syukur kami ucapkan kepada-Mu karena Engkau memperkenankan kami untuk  berkumpul disini  untuk  mensharingkan pengalaman hidup  kami.  Sering
kami  lupa  akan  tanggung  jawab  kami  sebagai  penerus  Gereja  dan  tidak  mau  untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.
Hari ini kami akan mendengarkan bacaan dari  Apostolicam Actuositatem artikel 12  harapan masyarakat dan Gereja bagi kaum muda sebagai penerus Gereja.
Bantulah  kami  agar  dapat  menjadi  rasul-Mu  dan  membawa  perubahan  dalam masyarakat  dan Gereja sesuai dengan harapan, serta  mau untuk melibatkan diri dan
semakin  aktif  terlibat  dalam  kegiatan  di  Gereja.  Doa  ini  kami  sampaikan  dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
114
b. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
1 Pendamping membagikan teks cerita “Kami bukanlah Generasi terakhir” kepada
peserta  dan  memberikan  kesempatan  untuk  membaca  secara  pribadi  [Lampiran  8: 21]
2  Pendamping  meminta  salah  seorang  peserta  untuk  menceritakan  kembali  dengan bahasa sendiri isi pokok cerita “Kami bukanlah Generasi terakhir”.
3 Intisari cerita “Kami bukanlah Generasi terakhir” Dalam  cerita  ini  dikisahkan  bahwa  di  India  di  sebuah  desa  Neemi
kehidupan penduduk sangatlah menderita, karena air menjadi barang langka di desa mereka.  Seorang  pemuda  bernama  Raddhu  Ujja  mendapat  solusi  untuk  keluar  dari
penderitaan  kehidupan  penduduk  desa  mereka,    dengan  bekerja  keras  bersama penduduk  desa  Neemi  menggali  tanah  untuk  membuat  dam  atau  bendungan  untuk
menampung  air  hujan,  berkat  usaha  dan  kerja  keras  mereka  maka  tiga  dam  atau bendungan berhasil mereka buat dan tibalah musim hujan. Kehidupan di desa Neemi
mengalir kembali anak-anak mendapat asupan gizi, mereka mendapatkan pendidikan yang  layak  karena  pendapatan  orang  tuanya  meningkat  berkat  menjual  hasil  bumi
dan ternak mereka. 4    Pengungkapan  pengalaman  peserta  diajak  untuk  mendalami  cerita  tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan: 
Ceritakan  kesulitan  yang  dialami  penduduk  desa  Neemi  dalam  melakukan kegiatan di desanya
 Ceritakan  kesulitan  yang  kalian  alami  dalam  mengikuti  kegiatan  hidup
menggereja
115
5 Arah rangkuman Kesulitan
yang dialami
oleh penduduk  desa
Neemi sangat
memprihatinkan, tanah menjadi retak, sapi kelaparan, anak-anak kekurangan air dan kekurangan  gizi,  bahkan kehidupan mereka seakan berhenti seketika itu juga ketika
air menjadi barang langka bagi penduduk desa Neemi. Kekeringan yang dialami tiap tahun oleh warga desa  Neemi menyebabkan mereka tidak bisa bercocok tanam  dan
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan pendidikan anak-anak mereka.
Begitu  pula  dalam  kehidupan  kita  sehari-hari,  banyak  kesulitan  yang sering  kita  hadapi  untuk  melakukan  kegiatan,  terutama  kesulitan  dalam  mengikuti
kegiatan  di  gereja.  Banyak  kesibukan  lain  misalnya  kesibukan  dengan  kegiatan  di sekolah dan kesibukan dalam pekerjaan yang membuat kita lupa akan tugas sebagai
kaum muda penerus Gereja.
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1 Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:
 Mengapa teman-teman sulit untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja?
2  Dari  jawaban  yang  telah  diungkapkan  oleh  peserta,  pendamping  memberikan arahan rangkuman singkat:
Teman-teman  yang  terkasih  dari  sharing  pengalaman  mengapa  teman- teman  sulit  untuk  terlibat  dalam  kegiatan  hidup  menggereja  tadi  bermacam-macam
hal  atau  pengalaman  yang  teman-teman  temukan  atau  alami  mulai  dari  kesulitan
116
dalam  membagi  waktu  untuk  mengikuti  kegiatan  di  gereja,  sibuk  dengan  tugas sekolah,  pekerjaan  dan  sulit  terlibat  dalam  hidup  menggereja  karena  kurang
mendapat  dukungan  atau  dorongan  dari  orang  tua  sehingga  untuk  sekedar  hadir  di gereja  pun  sangat  sulit.  Setiap  kesulitan  yang  kita  alami  pasti  ada  cara  untuk
mengatasinya.  Sebagai  kaum  muda  yang  telah  dipercayakan  oleh  masyarakat  dan Gereja untuk menjadi generasi penerus masa depan, hendaknya kita dapat mengatasi
kesulitan tersebut.
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1  Pendamping  meminta  salah  satu  peserta  untuk  membacakan  Dekrit  Konsili Vatikan II Apostolicam Actuositatem artikel 12 [Lampiran 9: 22]
2  Peserta  diberi  waktu  sebentar  untuk  hening  sejenak  sambil  secara  pribadi merenungkan dan menanggapi bacaan tersebut dengan dibantu pertanyaan:
 Pesan apa yang ingin disampaikan dalam artikel 12 ini tentang keterlibatan?
3 Peserta diajak untuk terlebih dahulu mengungkapkan dalam pleno hasil renungan pribadi sehubungan dengan pertanyaan di atas.
4  Pendamping  memberi  tafsir  dari  Dekrit  Konsili  Vatikan  II  Apostolicam Actuositatem
artikel  12  dan  menghubungkannya  dengan  tanggapan  peserta  dalam hubungan dengan tema dan tujuan.
Pesan  yang  ingin  disampaikan  Dekrit  Konsili  Vatikan  II  Apostolicam Actuositatem
dalam  artikel  12  bahwa  kaum  muda  sebagai  kekuatan  yang  amat penting  dalam  masyarakat.  Kaum  muda  sebagai  pembawa  perubahan  dalam
masyarakat.  Perubahan  mentalitas  dan  pelbagai  struktur  kerap  menimbulkan perbedaan pandangan tentang nilai-nilai yang diwariskan, terutama pada kaum muda,
117
yang  kerap  kurang  sabar,  bahkan  penuh  rasa  memberontak  karena  gelisah  dan  anti kemapanan.  Kerap  Gereja  menyebut  kaum  muda  sebagai  masa  depan  dan  harapan,
namun  harapan  tersebut  diletakkan  dalam  keprihatinan  bahwa  kaum  muda mengalami  krisis.  Mereka  cenderung  tidak  lagi  akrab  dengan  tradisi  dan  hidup
menggereja. Tantangan bagi Gereja adalah bagaimana Gereja bisa ikut menciptakan lingkungan tempat nilai-nilai dasar manusiawi dijunjung, sehingga kaum muda dapat
bercermin  dan  dapat  mengolah  proses  untuk  menemukan  identitas  diri.  Oleh  sebab itu  masa  muda  merupakan  masa  yang  paling  menentukan  bagi  kaum  muda  untuk
menentukan arah hidupnya. Demi  partisipasi  aktif  kaum  awam,  konsili  menyediakan  berbagai
pelayanan oleh kaum  awam  untuk  mendorong keterlibatan aktif kaum  awam  dalam iman  dan  hidup  Gereja  dalam  ibadat  Ilahi,  konseling  pastoral,  dan  kerasulan  sosial,
bahkan  juga  dalam  ranah  studi  teologi.  Beberapa  orang  menyatakan  bahwa  peran yang tepat bagi para klerus adalah dalam urusan internal Gereja. Kaum awam harus
terlibat  dalam  perkara  sekular  sesuai  dengan  kompetensi  mereka.  Konsili  tidak mengizinkan  perbedaan  tugas  yang  begitu  jelas  tersebut.  Banyak  perkembangan
positif  yang  bermunculan  semenjak  Konsili  membeberkan  keterlibatan  kaum  awam dalam  Gereja.  Roh  Kudus  akan  terus  menerus  membuka  cakrawala  baru  untuk
perluasan pelayanan Gereja demi kesetaraan para klerus dan kaum awam. Pesan  terakhir  yang  disampaikan  oleh  Konsili  Vatikan  II  ditujukan
kepada kaum muda, pesan tersebut dengan sangat kuat menyampaikan tantangan dan harapan. Padamulah kaum muda, sangat khusus untuk kalian, bahwa Gereja sekarang
hadir  melalui  Konsili  untuk  menyalakan  cahaya  yang  akan  menerangi  masa  depan, masa  depan  kalian.  Gereja  sangat  mengharapkan  masyarakat  yang  akan  kalian
118
bangun,  nantinya  akan  menghormati  martabat,  kebebasan,  dan  hak-hak  individu. Individu-individu  inilah  kalian.  Gereja  percaya  bahwa  kaum  muda  akan  mengerti
cara  memperkokoh  iman  dan  memberikan  artinya  di  dalam  kehidupan  menemukan kepastian adanya kebaikan dan keadilan Allah.
e. Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret
1 Pengantar
Teman-teman  yang  terkasih,  dalam  pembicaraan  tadi  kita  sudah menemukan  dan  menyadari  akan  peranan  dan  tanggung  jawab  kita  masing-masing
sebagai  kaum  muda  yang  menjadi  harapan  masyarakat  dan  juga  Gereja  sebagai generasi penerus masa depan. Oleh sebab itu sebagai kaum muda yang dipercayakan
untuk  membawa  perubahan  dalam  masyarakat  dan  Gereja,  marilah  kita  bersama- sama  mewujudkan  harapan  mereka  dengan  bertanggung  jawab  terhadap  tugas  yang
telah  diberikan  dan  aktif  terlibat  dalam  kegiatan  hidup  menggereja  di  Paroki  St. Petrus Sungai Kayan.
2 Sebagai  bahan  refleksi  bagi  kita  agar  kita  semakin  menyadari  pentingnya
keterlibatan dalam hidup menggereja, maka kita akan melihat situasi konkrit dengan mencoba merenungkan pertanyaan ini:
 Sikap-sikap mana yang dapat menyemangati kaum muda untuk terlibat dalam
kegiatan hidup menggereja di Paroki St. Petrus Sungai Kayan? 3
Saat  hening  peserta  diberi  kesempatan  untuk  merenungkan  pertanyaan- pertanyaan  diatas  dengan  situasi  konkrit  masing-masing  peserta.  Peserta  diberi
kesempatan secukupnya untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya. Akhirnya,
119
sebagai  bahan  renungan  dalam  langkah  konfrontasi  ini  pendamping  dapat  memberi arahan rangkuman singkat sesuai dengan hasil renungan pribadi mereka, misalnya:
Sikap  membuka  hati  untuk  bekerjasama,  saling  membantu,  rela  berkorban  dapat menyemangati kaum muda untuk lebih terlibat dalam kegiatan hidup menggereja di
Paroki St. Petrus Sungai Kayan, dengan bekerjasama dalam tugas koor, bekerja sama untuk membersihkan gereja di Paroki St. Petrus Sungai Kayan. Saling membantu dan
rela berkorban menjemput teman yang tempat tinggalnya jauh dari Gareja dan tidak memiliki kendaraan.
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret
1 Pengantar
Teman-teman  yang  terkasih  dalam  Kristus,  setelah  kita  bersama-sama menggali  pengalaman  melalui  cerita  “Kami  bukanlah  generasi  terakhir”  tadi,  kita
dapat  melihat  bagaimana  usaha  dan  kerja  keras  penduduk  desa  Neemi mengembalikan harapan mereka untuk bisa hidup normal kembali. Berkat usaha dan
kerja keras mereka bersama maka kehidupan di desa Neemi menjadi layak dan tidak kekurangan  air  lagi.  Begitu  pula  dalam  pengalaman  hidup  kita  sehari-hari,  banyak
kesulitan yang kita hadapi terlebih kesulitan dalam membagi  waktu untuk kegiatan sekolah,  pekerjaan  dan  terlibat  dalam  kegiatan  hidup  menggereja.  Kesulitan  yang
teman-teman  alami  untuk  terlibat  dalam  kegiatan  hidup  menggereja  karena  sibuk dengan  kegiatan  di  sekolah,  sibuk  dengan  pekerjaan  dan  karena  kurang  mendapat
dukungan dari orangtua. Demikian  pula  dalam  Dekrit  Konsili  Vatikan  II  Apostolicam
Actuositatem artikel 12 memandang kaum muda sebagai kekuatan yang penting bagi
120
masyarakat  dan  Gereja.  Mereka  menaruh  harapan  yang  sangat  besar  kepada  kaum muda untuk dapat membawa perubahan yang positif.
Kita  juga  sudah  merefleksikan  atau  melihat  kembali  sikap-sikap  mana yang  menyemangati  kita  kaum  muda  generasi  penerus  Gereja  masa  depan  untuk
mau aktif untuk terlibat  dalam tugas hidup  menggereja di  Paroki St.  Petrus Sungai Kayan.  Marilah  sekarang  kita  memikirkan  niat-niat  dan  tindakan  apa  yang  dapat
kaum  muda  Paroki  St.  Petrus  Sungai  Kayan  perbuat  bagi  masyarakat  dan  Gereja agar  kita  sebagai  kaum  muda  dapat  semakin  terlibat  aktif  dalam  kehidupan
menggereja. 2
Secara  pribadi  dan  bersama  memikirkan  niat-niat  dan  bentuk  keterlibatan  kita yang  baru  pribadi,  kelompok  atau  bersama  untuk  lebih  aktif  dalam  kehidupan
menggereja. Berikut adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat:
 Niat  apa  yang  hendak  kita  bangun  agar  kita  sebagai  kaum  muda  semangat
untuk terlibat atau ambil bagian dalam kegiatan di Gereja di Paroki St. Petrus Sungai Kayan?
3 Selanjutnya peserta diberi kesempatan untuk hening memikirkan sendiri tentang
niat-niat  pribadikelompok  bersama.  Peserta  diajak  mengungkapkan  niat  pribadi mereka. Kemudian dapat didiskusikan bersama untuk menentukan niat bersama agar
semakin aktif terlibat dalam kehidupan menggereja.
g. Penutup
1 Kesempatan hening sejenak untuk  mengendapkan niat  yang telah dibangun ke
dalam  hati  masing-masing  peserta.  Sementara  lilin  dinyalakan  dan  diletakkan  di tengah peserta bersama-sama salib.
121
2 Setelah  selesai  merumuskan  niat  pribadi  dan  bersama,  pendamping  mengajak
peserta untuk membawa segala permohonan mereka ke dalam doa umat yang diawali
oleh pendamping dan ditutup dengan doa Bapa Kami.
3
Doa penutup:
Bapa  yang  Mahabaik,  puji  dan  syukur  kami  haturkan  kepadaMu  atas berkat  dan  rahmat  yang  telah  Engkau  berikan  kepada  kami  dalam  pertemuan
pendalaman  iman  ini.  Bapa  banyak  kesulitan  yang  sering  kami  hadapi  dalam mengikuti  kegiatan di  Gereja, sulit  untuk  membagi  waktu  dengan kegiatan  sekolah,
pekerjaan, serta kurangnya dukungan dan dorongan dari orangtua kami,  namun kami sadar  kesulitan  yang  kami  alami  bukanlah  penghalang  bagi  kami  untuk  terus
mendekatkan  diri  kepada-Mu.  Bacaan  yang  kami  dengar  hari  ini  dari  AA  art  12 menyadarkan  kami  akan  tanggung  jawab  dan  tugas  kami  sebagai  kaum  muda  yang
menjadi  harapan  dan  kekuatan  bagi  masyarakat  dan  Gereja  di  Paroki  St.  Petrus Sungai Kayan.
Mampukanlah kami untuk mengatasi sikap-sikap kurang percaya diri dan menganggap  sepele  tugas  di  Gereja,  karena  kami  sadar  bahwa  sikap  seperti  itu
bukanlah sikap yang baik. Melalui niat kami bersama mampukanlah kami agar dalam kehidupan kami setelah ini mau dan mampu semakin terlibat aktif dalam kehidupan
menggereja  sesuai  dengan  harapan  dan  kehendak-Mu.  Semua  doa  ini  kami  mohon dengan pengantaraan Yesus Tuhan dan Juruselamat kami. Amin
4 Lagu penutup: Senyum Gembira [Lampiran 7:20]
BAB V PENUTUP
Pada  bagian  ini  disampaikan  kesimpulan  dan  saran  yang  berkaitan
dengan  judul  skripsi  mengenai  KETERLIBATAN  KAUM  MUDA  DALAM HIDUP  MENGGEREJA  Di  PAROKI  SANTO  PETRUS  SUNGAI  KAYAN
KEUSKUPAN TANJUNG SELOR KALIMANTAN UTARA.
A. Kesimpulan
Keterlibatan  kaum  muda  khususnya  di  Paroki  ST.  Petrus  Sungai  Kayan sangat  memprihatinkan.  Jumlah  kaum  muda  yang  ada  di  Paroki  ST.  Petrus  Sungai
Kayan  ±  70  orang.  Dari  jumlah  tersebut  ±  20  orang saja  yang  mau  terlibat  aktif
dalam  hidup  menggereja.  Hal  ini  di  sebabkan  karena  waktu  yang  kurang  tepat menjadi  penghambat  untuk  mereka  terlibat,  kesibukan  di  sekolah  atau  pekerjaan
mereka,  bahkan  karena  kurangnya  dukungan  dan  dorongan  dari  orangtua  mereka. Mereka  kurang  memiliki  waktu  untuk    atau  saling  berkomunikasi.  Mereka  hanya
dapat bertemu secara utuh pada saat liburan dan pada saat perayaan hari raya seperti Natal dan Paskah.
Kurangnya  keterlibatan  kaum  muda  dalam  hidup  menggereja  membuat mereka  sedikit  sekali  mengetahui  manfaat  yang  dapat  mereka  peroleh  jika  terlibat
dalam  hidup  menggereja.  Dalam  Katekismus  Gereja  Katolik  no.10  menjelaskan bahwa  keterlibatan  adalah  sebuah  pengabdian  yang  dilakukan  dengan  suka  rela,
keterlibatan  suka  rela  itu  berasal  dari  keinginan  diri  sendiri  tanpa  paksaan.  Kaum muda  menyadari  akan  perannya  dalam  hidup  menggereja  atau  hidup  dalam
123
masyarakat  dan  dengan  sepenuh  hati  mengikuti  dan  melaksanakan  kewajiban  yang seharusnya  dilakukan  sesuai  perannya,  maka  perlu  untuk  membantu  kaum  muda
mengerti  tentang  keterlibatan  kaum  muda  dalam  hidup  menggereja  melalui  studi pustaka,  dengan  membahas  mengenai  kaum  muda  dalam  Gereja,  tentang  hidup
menggereja, dan mengenai kaum muda dalam hidup menggereja. Untuk  meningkatkan  keterlibatan  kaum  muda  dalam  hidup  menggereja
maka  diusulkan  program  katekese  model  Shared  Christian  Praxis.  Tema  umumnya ‘Kaum muda adalah harapan Gereja untuk mewartakan kabar gembira Allah. Gereja
mengharapkan  dengan  diadakannya  kegiatan  dalam  hidup  menggereja  ini  dapat membantu  kaum  muda  untuk  mau  terlibat  secara  aktif  dan  bertanggung  jawab  atas
apa  yang  sudah  dipercayakan  masyarakat  dan  Gereja  kepada  mereka  sebagai generasi penerus Gereja di masa depan.
B. Saran