27
sore hari metabolit sekunder yang berperan sebagai antioksidan akan berkurang ketika sudah terpapar sinar UV dari matahari.
C. Hasil Preparasi
Preparasi sampel dilakukan untuk mendapat fraksi etil asetat dari ekstrak etanolik daun benalu yang diduga dalam fraksi tersebut mengandung senyawa
fenolik. Setelah pemanenan, dilakukan sortasi basah dan pencucian dengan air mengalir bersih untuk memisahkan daun dari pengotor-pengotor seperti debu atau
batu-batuan kecil yang menempel pada daun. Daun tersebut kemudian dirajang dan dikeringkan pada udara terbuka yang terlindung dari cahaya matahari langsung, agar
komponen senyawa yang dinginkan terdapat didalam daun tidak mengalami kerusakan.
Pengeringan atau penjemuran dilakukan selama dua belas haridan dihentikan ketika daun benalu sudah rapuh. Kemudian daun disortasi kering untuk memisahkan
lagi pengotor yang tercampur setelah pengeringan. Daun yang telah kering diserbukan menggunakan blender dan diayak untuk memperkecil ukuran partikel
sehingga memperbesar luas permukaan serbuk agar mudah terbasahi oleh penyari secara merata.
D. Hasil Ekstraksi
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah ekstraksi menggunakan pelarut etanol yang berfungsi untuk menyari senyawa penting yang terkandung dalam
tumbuhan benalu S. feruguinea Jack Danser. Menurut Laporniket al., 2005, pelarut yang digunakan adalah etanol dikarenakan mampu memisahkan senyawa
28
polifenol dengan lebih banyak dalam proses ekstraksi dibandingkan dengan pelarut air saja dan juga lebih efektif menembus dinding sel untuk menarik keluar senyawa
polifenol dari dalam sel. Pada penelitian ini menggunakan etanol 70 yang bersifat polar karena
antioksidan alami atau senyawa fenolik pada umumnya bersifat polar sehingga sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, danjuga bahan pengotor
hanya dalam skala kecil turut dalam cairan pengekstraski. menurut Suryanto et al 2011, ekstrak dengan menggunakan pelarut etanol memiliki kandungan flavonoid
lebih tinggi dibandingkan ekstrak metanol dan aseton. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode maserasi yaitu sampel
direndam dalam etanol 70 dan aquadest 9:1 selama 3 hari pada temperature kamar. Maserasi dilakukan dengan bantuan shaker sebagai alat penggojokan untuk
mengoptimalkan kontak antara pelarut dengan serbuk sampel agar tidak terjadi pengendapan. Setelah maserasi dilakukan remaserasi menggunakan pelarut atau
larutan penyari yang sama untuk memaksimalkan proses penyarian supaya memperoleh lebih banyak senyawa fenolik. Selama proses maserasi dan remaserasi
menggunakan labu erlenmeyer yang dibungkus menggunakan alumunium foil yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan senyawa.
Pada proses penyaringanmenggunakan bantuan pompa vaccum dan corong buchner untuk mempercepat proses dan mendapat hasil yang lebih banyak
dibandingkan penyaringan secara biasa. Hasil penyaringan tersebutdiuapkan pelarut etanolnya dengan menggunakan alat vaccum rotary evaporator sehingga diperoleh
29
ekstrak etanolik pekat. Penguapan menggunakan rotary evaporator itu dikarenakan alat ini mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih agar senyawa yang
terkandung dalam ekstrak tidak mengalami kerusakan oleh suhu yang tinggi. Ekstrak pekat tersebut di tampung dalam cawan kosong yang sudah
ditimbangsebelumnya agar dapat dihitung bobot ekstrak. Kemudian ekstrak yang terdapat dalam cawan tersebut dipanaskan menggunakan waterbath untuk diuapkan
lagi agar memperoleh ekstrak etanolik kering hingga mencapai bobot tetap. Bobot ekstrak kering yang diperoleh 14,33 gram dan rendemen yang didapat dari ekstrak
daun benalu 9,5557.
E. Hasil Fraksinasi Ekstrak