Pengertian Menentukan Jenis Muatan Lokal

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 5 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal, muatan lokal tersebut dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan. Berdasarkan ketentuan diatas maka setiap daerah dan satuan pendidikan berkewajiban mengembangkan dan melaksanakan muatan lokal melalui pembekalan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik tentang potensi daerahnya untuk dikembangkan dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut: 1. Utuh Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup. 2. Kontekstual Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi, dan masalah daerah. 3. Terpadu Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan, termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri. 4. Apresiatif Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan dalam bentuk pertunjukkan, lomba-lomba, pemberian penghargaan di level satuan pendidikan dan daerah. 5. Fleksibel Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan. 6. Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus-menerus. Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 6 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 7. Manfaat Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global. Pengembangan muatan lokal dapat dibangun melalui dua strategi: 1 Satuan pendidikan menentukan jenis muatan lokal berdasarkan hasil analisis potensi daerah dan potensi satuan pendidikan. 2 Pemerintah daerah membuat kebijakan tentang muatan lokal yang diselenggarakan di daerahnya, berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan pada satuan-satuan pendidikan di daerahnya. Berikut digambarkan dua strategi pengembangan muatan lokal:

1. Dari bawah ke atas

bottom up Gambar 1. Alur pengembangan muatan lokal dari bawah ke atas Gambar diatas menjelaskan alur pengembangan muatan lokal yang dibangun secara bertahap dan tumbuh pada satuan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa satuan pendidikan mempunyai kewenangan untuk menentukan sendiri jenis muatan lokal yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis konteks identifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendukung. Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti dengan penyusunan kurikulum yang sesuai.

2. Dari atas ke bawah top down

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 7 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Gambar 2. Alur pengembangan muatan lokal dari atas ke bawah Gambar diatas menjelaskan alur pengembangan muatan lokal dimana pemerintah daerah sudah memiliki bahan kajian muatan lokal yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan oleh satuan-satuan pendidikan di daerahnya. Tim pengembang muatan lokal mengidentifikasi dan menganalisis core and content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and content umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah merumuskan rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan tentang jenis muatan lokal yang akan diselenggarakan di daerahnya. Penetapan muatan lokal didasarkan pada kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi maupun kabupatenkota. 
Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, sedangkan muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah KabupatenKota ditetapkan dengan Peraturan BupatiWalikota. Pasal 77P Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah, sedangkan pemerintah daerah kabupatenkota melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar. Pengelolaan muatan lokal meliputi penyiapan, penyusunan, dan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Satuan pendidikan mengelola: muatan lokal, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan pelaksanaan pembelajaran.

C. Judul Sub Bab

Ruang lingkup muatan lokal adalah:

1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah

Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 8 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk: a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai dengan keadaan perekonomian daerah; c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata; dan d. meningkatkan kemampuan berwirausaha.

2. Lingkup IsiJenis Muatan Lokal

Lingkup isijenis muatan lokal dapat berupa: a. bahasa daerah; b. bahasa Inggris; c. kesenian daerah; d. keterampilan dan kerajinan daerah; e. adat istiadat; f. pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar; g. serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan.

D. Daya Dukung

Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan penting untuk mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah:

1. Kebijakan Muatan Lokal

Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat, provinsi, kabupatenkota, dan satuan pendidikan. Kebijakan diperlukan dalam hal: a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta; Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 9 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah b. pemenuhan kebutuhan sumber daya ahli, peralatan, dana, sarana dan lain- lain; dan c. penentuan jenis muatan lokal pada level ProvinsiKabupatenKota sebagai muatan lokal wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu adalah daerah yang memiliki kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan sosial, rawan bencana, dan lain-lain.

2. Pendidik

Pendidik yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki: a. kemampuan atau keahlian danatau lulusan pada bidang yang relevan; b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu. Pendidik muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain.

3. Sarana dan Prasarana Sekolah

Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain.

4. Manajemen Sekolah

Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah perlu: a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara khusus untuk muatan lokal; b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran; dan c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik satuan pendidikan. Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 10 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Untuk mendukung pengembangan muatan lokal di sekolah, tim pengembang muatan lokal perlu menjalin kerjasama dengan unsur- unsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat ProvinsiKabupatenKota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan LPMP, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah ProvinsiKabupatenKota, InstansiLembaga lain misalnya Dunia UsahaIndustri, dan Dinas lain yang terkait. Peran masing-masing unsur adalah sebagai berikut: 1 Peran Tim Pengembang Kurikulum tingkat ProvinsiKabupatenKota secara umum adalah memberikan bimbingan teknis dalam: a mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah; b mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan; c mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan; d menentukan jenis dan prioritas muatan lokal yang akan dilaksanakan; e menentukan pelaksanaan muatan lokal; f menyusun KD, dan silabus muatan lokal; g menyusun buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru; h memilih alternatif metode pembelajaran muatan lokal; i mengembangkan RPP dan penilaian yang tepat untuk muatan lokal yang dilaksanakan. 2 Peran LPMP dan Perguruan Tinggi secara umum adalah memberikan bimbingan teknis dalam: a Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan lokal; b Menentukan lingkup materi masing-masing bahan kajian yang telah ditetapkan; c Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis bahan kajian. 3 Peran Pemerintah Daerah tingkat ProvinsiKabupatenKota secara umum adalah: a memberi informasi mengenai potensi daerah, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan; Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 11 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah b memberi gambaran mengenai kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu; c memberi sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan bantuan dalam menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat. d Melakukan supervisi keterlaksanaan muatan lokal di daerahnya. 4 Peran InstansiLembaga lain seperti Dunia UsahaIndustri, dan Dinas terkait secara umum adalah: a memberi informasi mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik untuk muatan lokal tertentu; b memberi masukan dan atau contoh kompetensi yang dapat diadaptasi untuk kompetensi muatan lokal; c memberi fasilitas kepada peserta didik untuk berkunjungbelajarpraktik di tempat tersebut guna memantapkan kemampuanketerampilan yang didapat dalam muatan lokal. Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 12 BAB III TAHAP PENENTUAN MUATAN LOKAL Berdasarkan strategi pengembangan muatan lokal yang telah dibahas pada bab II, maka setiap satuan pendidikan harus mempersiapkan berbagai hal dalam rangka menentukan dan melaksanakan muatan lokal di satuan pendidikan masing-masing. Sebelum menetapkan muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan serangkaian kegiatan agar muatan lokal yang dikembangkan benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik terhadap pengembangan potensi di daerah tempat tinggalnya. Langkah awal penentuan muatan lokal, meliputi 1 identifikasi dan analisis muatan lokal, 2 menentukan jenis muatan lokal, dan 3 menentukan bahan kajian muatan lokal. Penentuan dan pelaksanaan muatan lokal dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3. Alur tahap penentuan dan pelaksanaan muatan lokal Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 13 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

A. Melakukan Identifikasi dan Analisis Muatan Lokal

Identifikasi dan analisis muatan lokal dilakukan melalui tahapan mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan kebutuhan daerah serta mengidentifikasi dan menganalisis potensi satuan pendidikan.

1. Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah

Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah meliputi analisis ciri khas, potensi, keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhantuntutan daerah. Metode identifikasi dan analisis disesuaikan dengan kemampuan tim pengembang muatan lokal. Kegiatan identifikasi dan analisis ini dilakukan untuk mendata dan menelaah berbagai potensi dan kebutuhan daerah. Data dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait seperti Pemerintah Daerah tingkat ProvinsiKabupatenKota, Perguruan Tinggi NegeriSwasta, Dunia UsahaIndustri, dan Dinas terkait.

a. Identifikasi dan analisis potensi daerah

Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan potensi daerah yang meliputi: 1 Sumber Daya Alam; 2 Sumber Daya Manusia; 3 Geografis; 4 Budaya; dan 5 Historis. 1 Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya alam Sumber Daya Alam SDA adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan udara yang dalam bentuk asalnya dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan. Contoh untuk bidang: pertanian padi, buah-buahan, ubi kayu, jagung, sayur-sayuran, dll., perkebunan tebu, tembakau, kopi, karet, coklat, dll., peternakan unggas, sapi, kambing, dll., dan perikanan ikan lauttawar, tumbuhan laut, dll.. 2 Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya manusia Sumber Daya Manusia SDM adalah manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan agar menjadi makhluk sosial yang adaptif mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perubahan sosial budaya dan transformatif mampu memahami, menterjemahkan, dan mengembangkan seluruh pengalaman dan kontak sosialnya bagi kemaslahatan diri dan lingkungannya pada masa Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 14 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah depan, sehingga mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan. Aspek SDM menjadi penentu keberhasilan dari semua aspekpotensi muatan lokal, karena SDM sebagai sumber daya dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap kualitas muatan lokal yang akan dikembangkan, bergantung kepada paradigma, kultur, dan etos kerja SDM yang bersangkutan. Tidak ada realisasi dan implementasi muatan lokal tanpa melibatkan dan memposisikan manusia sebagai aspek sentral dalam proses pencapaiannya. 3 Keterkaitan muatan lokal dengan potensi geografis Proses pengkajian muatan lokal ditinjau dari aspek geografi perlu memperhatikan berbagai aspek, seperti aspek oseanologi potensi kelautan, antropologi ragam budayasuku bangsa yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sektor pariwisata, ekonomi meningkatkan kehidupantaraf hidup masyarakat setempat, dan demografi daerahobyek wisata. Aspek-aspek dimaksud merupakan salah satu aspek penentu dalam menetapkan potensi muatan lokal. 4 Keterkaitan muatan lokal dengan potensi budaya Budaya merupakan suatu sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Untuk itu, salah satu sikap menghargai kebudayaan suatu daerah, adalah upaya masyarakat setempat untuk melestarikan dan menonjolkan ciri khas budaya daerah menjadi muatan lokal. Sebagai contoh muatan lokal yang berkaitan dengan aspek budaya, antara lain berbagai upacara keagamaanadat istiadat upacara Ngaben di Bali, Sekaten dan Grebeg di Yogyakarta, dll.. 5 Keterkaitan muatan lokal dengan potensi historis Potensi historis merupakan potensi sejarah dalam wujud peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi arenawahana wisata yang bisa menjadi aset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Untuk itu, perlu dilakukan pelestarian terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 15 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah sentuhan baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi bagian dari muatan lokal. Misalnya, Satuan Pendidikan di sekitar objek wisata Candi Borobudur Magelang mengembangkan muatan lokal kepariwisataan.

b. Identifikasi dan analisis kebutuhan daerah

Pengumpulan data untuk identifikasi dan analisis kebutuhan daerah dapat dilakukan melalui wawancara atau pemberian kuesioner kepada responden. Dalam melakukan wawancara atau menyusun kuesioner, tim mengumpulkan data mengenai: 1 Kondisi sosial hubungan kemasyarakatan antar penduduk, kerukunan antar umat beragama, dsb.; 2 Kondisi ekonomi mata pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan, dsb. 3 Aspek budaya etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang banyak digunakan, dsb.; 4 Kekayaan alam pertambangan, perikanan, perkebunan, dsb.; 5 Makanan khas daerah gudeg Yogya, rendang Padang, gado-gado Jakarta, asinan Bogor, dsb.; 6 Prioritas pembangunan daerah pariwisata, pusat perbelanjaan, pengentasan kemiskinan, dsb.; 7 Kepedulian masyarakat akan konservasi, pengembangan daerah, dsb.; 8 Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan daerah sebagai daerahkota pelajarpariwisataperdagangan, dsb., seperti kemampuan berbahasa asing, keterampilan komputer; 9 Dan data lainnya yang mendukung. Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 16 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Format 1 : Contoh Format Identifikasi dan Analisis Potensi dan Kebutuhan Daerah No Potensi daerah Peluang Tantangan Hambatan Potensi Mulok Contoh pengisian format pada lampiran 1

2. Identifikasi dan analisis potensi satuan pendidikan

Kondisi internal satuan pendidikan baik negeri maupun swasta di berbagai daerah sangat bervariasi. Oleh karena itu, untuk menentukan muatan lokal yang akan dilaksanakan, setiap satuan pendidikan harus melakukan identifikasi terhadap potensi satuan pendidikan masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk mendata dan menganalisis daya dukung yang dimiliki satuan pendidikan yang meliputi daya dukung internal dan daya dukung eksternal. Kegiatan yang dilaksanakan adalah analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ditekankan pada kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan: a. Lingkungan; b. Sarana dan prasarana; c. Ketersediaan sumber dana; d. Sumber daya manusia pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik; e. Dukungan komite sekolah dan masyarakat setempat; f. Dukungan unsur lain seperti dunia usahaindustri; dan g. Kemungkinan perkembangan sekolah. Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 17 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Ketersediaan daya dukungpotensi satuan pendidikan internal antara lain: a. Lingkungan satuan pendidikan yang mendukung muatan lokal; b. Sarana prasarana: ruang belajar, peralatan praktik, media pembelajaran, bukubahan ajar sesuai dengan muatan lokal yang diselenggarakan; c. Ketenagaan dengan keahlian sesuai tuntutan muatan lokal; dan d. Biaya operasional pendidikan yang diperoleh melalui berbagai sumber. Format 2 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Satuan Pendidikan Internal N o Kompone n Kekuatan Kelemaha n Rencana Tindak Lanjut Contoh pengisian format pada lampiran 2 Ketersediaan daya dukung eksternal satuan pendidikan antara lain: a. Dukungan Pemerintah Daerah ProvinsiKabupatenKota berupa kebijakan, pembinaan dan fasilitaspembiayaan; b. Stakeholders yang memiliki kepedulian untuk mendukung keseluruhan proses penyelenggaraan muatan lokal, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program; c. Narasumber yang memiliki kemampuankeahlian sesuai dengan materi Muatan Lokal yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan. Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 18 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Format 3 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Lingkungan Satuan Pendidikan Eksternal N o Kompone n Peluang Tantangan Rencana Tindak Lanjut Contoh pengisian format pada lampiran 3

B. Menentukan Jenis Muatan Lokal

Jenis muatan lokal yang dapat dikembangkan meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan persinggungan antara budaya lokal dimensi sosio-budaya-politik, kewirausahaan, pra-vokasional dimensi ekonomi, pendidikan lingkungan, dan kekhususan lokal lainnya dimensi fisik. Penjelasan empat rumpun muatan lokal adalah sebagai berikut: 1. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai sosial, dan artifak-artifak material dan perilaku yang luhur yang bersifat lokal. 2. Kewirausahaan dan pravokasional adalah muatan lokal yang mencakup pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan kecakapannya. 3. Pendidikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik, mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi lingkungan. 4. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pravokasional, lingkungan hidup, dan kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup. Lingkup isijenis muatan lokal dapat berupa: 1. Bahasa daerah; 2. Kesenian daerah; 3. Adat istiadat; Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 19 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 4. Keterampilan dan kerajinan daerah; 5. Pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar; 6. Bahasa Inggris yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum mata pelajaran bahasa inggris; 7. Serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan. Format 4 : Contoh Format Penentuan Jenis Muatan Lokal Potensi Daerah Potensi Mulok Daya Dukung Jenis Mulok Contoh pengisian format pada lampiran 4

C. Menentukan Bahan Kajian Muatan Lokal

Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajianpelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah dan satuan pendidikan. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut: 1. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; 2. Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; 3. Tersedianya sarana dan prasarana; 4. Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa; 5. Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan; 6. Kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan; 7. Karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah; 8. Komponen analisis kebutuhan muatan lokal ciri khas, potensi, keunggulan, dan kebutuhantuntutan; Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 20 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 9. Mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti; 10. Menyusun silabus muatan lokal. Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah PR. Bahan kajian diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanahkebun satuan pendidikan, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usahaindustri lapangan kerja atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik. Untuk itu, bahan kajian perlu disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: 1. Bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; 2. Dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; 3. Dari pengalaman lama ke pengalaman baru; 4. Dari yang mudahsederhana ke yang lebih sukarrumit. Selain itu, bahan kajian diharapkan bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus diajarkan mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Bahan kajian muatan lokal juga