Triceps skinfold thickness Body fat percentage

dari pengukuran suprailiac skinfold thickness adalah sebesar 17,9 mm. Nilai tertinggi dari pengukuran suprailiac skinfold thickness dari penelitian ini sebesar 50,17 mm di mana data ini hampir mecapai 3 kali dari nilai normal. Nilai terendah untuk pengukuran suprailic skinfold thickness pada penelitian ini adalah 4,00 mm merupakan nilai yang sangat rendah. Hasil dari uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai p = 0,005 yang berarti distribusi data pengukuran suprailiac skinfold thickness tidak normal. Menurut Hoeger and Hoeger 2014, bagian anatomi yang tepat untuk pengukuran skinfold thickness pada pria adalah bagian suprailiac. Suprailiac skinfold thickness merupakan salah satu dari lima bagian yang sering digunakan untuk pengukuran skinfold thickness Kotecki, 2014. Menurut Demura and Sato 2007, pengukuran skinfold thickness di bagian suprailiac merupakan salah satu bagian pengukuran skinfold thickness yang memiliki hasil standar error lebih kecil dibandingkan pada bagian yang lain. Pengukuran suprailiac skinfold thickness merupakan parameter untuk menilai obesitas yang termasuk dalam obesitas sentral Indriati, 2010. Obesitas sentral merupakan salah satu faktor risiko munculnya resistensi insulin yang dapat berkembang menjadi penyakit diabetes melitus tipe 2.

4. Triceps skinfold thickness

Pengukuran triceps skinfold thickness pada penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar 13,02 mm dengan SD ± 5,87. Nilai rata-rata dari triceps skinfold thickness ini termasuk dalam nilai di atas normal di mana nilai normal pengukuran triceps skinfold thickness adalah 12,5 mm. Uji normalitas dari pengukuran triceps skinfold thickness menggunakan Kolmogorof-Smirnov menunjukkan nilai p sebesar 0,200 yang menunjukkan bahwa hasil pengukuran triceps skinfold thickness pada penelitian ini terdistribusi secara normal. Menurut Hoeger and Hoeger 2014, bagian anatomi yang tepat untuk pengukuran skinfold thickness pada pria adalah bagian tricepss. Triceps skinfold thickness merupakan salah satu dari lima bagian yang sering digunakan untuk pengukuran skinfold thickness Kotecki, 2014. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imano et al. 2012, pengukuran skinfold thickness termasuk pengukuran triceps dan subscapular skinfold thickness dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran jangka panjang yang lebih jelas mengenai pengaruh distribusi lemak tubuh terhadap faktor risiko beberapa penyakit, jika dibandingkan dengan menggunakan pengukuran BMI.

5. Body fat percentage

Nilai body fat percentage pada penelitian ini didapatkan melalui pengukuran skinfold thickness yang dilakukan pada tiga bagian yaitu abdominal skinfold thickness , suprailiac skinfold thickness, dan tricepss skinfold thickness. Rata-rata nilai body fat percentage responden pria pada penelitian ini sebesar 20,67 dengan nilai SD ± 7,16. Nilai rata-rata yang didapatkan menunjukkan data body fat percentage berada pada tingkat normal. Nilai terendah body fat percentage pada penelitian ini adalah 5,14 yang termasuk dalam kelas underweight , sedangkan untuk nilai tertinggi body fat percentage dalam penelitian ini termasuk dalam kelas obesitas dengan nilai 37,52. Nilai p yang dihasilkan dari uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini adalah sebesar 0,200. Dari nilai p dapat disimpulkan bahwa nilai body fat percetage responden terdistribusi normal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gomez et al. 2001, menunjukkan hasil bahwa penilaian body fat percentage dapat lebih membantu untuk mendiagnosa adanya gangguan toleransi glukosa jika dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari BMI 25.2 ± 9.0 vs. 19.9 ± 8.0, p = 0.008 khususnya pada subjek pria dengan BMI 25kgm 2 dan di atas 40 tahun.

6. HbA1c