Perumusan masalah Keaslian penelitian

mengalami obesitas World Health Organization, 2013. Di Indonesia prevalensi penduduk dewasa dengan umur 18 tahun yang memiliki berat badan berlebih 13,5 dan obesitas 15,4, sedangkan untuk penduduk pria sekitar 19,7 mengalami obesitas Balitbangkes, 2013. Dengan mengetahui adanya obesitas pada pria dewasa maka dapat dilakukan prediksi awal, pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya diabetes tipe 2 dan membantu untuk mengelola penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol abnormal U.S. Department of Health and Human Services and Indian Health Service , 2011. Bedasarkan uraian di atas maka penelitian korelasi body fat percentage terhadap HbA1c perlu dilakukan untuk mengidentifikasi adanya korelasi positif bermakna antara body fat percentage terhadap HbA1c pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengukuran body fat percentage diharapkan dapat menjadi prediktor awal terhadap kemungkinan adanya diabetes tipe 2.

1. Perumusan masalah

Apakah terdapat korelasi bermakna antara Body Fat Percentage BFP terhadap HbA1c pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan : a. “Obesity Indicators by RaceEthnicity for Diagnosis of Cardimetabolic Disease for a US Representative Sample of Adults ” Vaccaro and Huffman, 2013. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan rasetnik tidak berpengaruh pada hubungan indikator obesitas terhadap hasil uji penyakit kardiometabolik. Pengukuran body mass index, lingkar pinggang, subcapular skinfold thickness memiliki hubungan yang positif terhadap pengukuran hiperglikemia, dislipidemia, dan hipertensi. Pada pengukuran triceps skinfold thickness tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap hiperglikemia, dislipidemia, dan hipertensi. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini dilakukan pada 11.377 responden pria dan wanita de ngan rentang umur ≥ 21 tahun dengan 4 rasetnik yang berbeda, yaitu Mexican Americans; Other Hispanics; Black non-Hispanics dan White non-Hispanics. Pengukuran antropometri yang digunakan adalah body mass index, lingkar pinggang, subcapular skinfold thickness dan triceps skinfold thickness. b. “Hubungan Obesitas dengan Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Patoligi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung” Putri dan Larasati, 2013. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan kadar HbA1c p 2 arah =1,000 dan p 1 arah =0,579. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan adalah dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling accidental sampling dengan jumlah 46 sampel yang merupakan pasien DM tipe 2. Obesitas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan nilai Indeks Massa Tubuh IMT dan lingkar pinggang. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data katagorik dengan uji Fisher. c. “Korelasi Body Mass Index BMI dan Abdominal Skinfold Thickness Terhadap Glukosa Darah Puasa” Pika, 2011. Penelitian ini mendapatkan hasil tidak ada korelasi bermakna antara BMI dan AST dengan kadar glukosa darah puasa berturut-turut p = 0,141 dan p = 0,077. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dan teknik sampling purposive sampling. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini dilakukan pada staf wanita Universitas Sanata Dharma berumur 30-50 tahun yang berjumlah 57 orang, pengukuran kadar glukosa menggunakan kadar glukosa darah puasa, dan pengukuran antropometri yang digunakan adalah BMI dan abdominal skinfold thickness. d. “Body Adiposity and Type 2 Diabetes : Increased Risk with A High Percentage Even Having A Normal BMI ” Ambrosi, Silva, Escalada, Santos, Gil, Valenti, et al., 2011. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada pria p=0,008 dan wanita p 0,0001 yang mengalami prediabetes atau diabetes melitus tipe-2 dengan kategori BMI normal memiliki nilai body fat percentage yang tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah body fat percentage dapat lebih membantu dalam mendiagnosa risiko diabetes melitus tipe-2 pada seseorang dibandingkan BMI. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini melibatkan 4828 responden berkulit putih 587 kurus, 1320 overweight, dan 2921 obese diklasifikasikan berdasarkan nilai BMI dan 66 adalah perempuan dengan rentang umur 18-80 tahun, selain itu pada penelitian ini dibandingkan antara pengukuran BMI dangan BFP dan untuk mengetahui kadar glukosa dilakukan dengan menghitung nilai normoglycemia NG. e. “Hubungan obesitas dengan peningkatan kadar gula darah pada guru- guru SMA Negri 3 Medan ” Justitia, 2012. Pada penelitian ini dilakukan pada 51 orang . Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah pada 17 orang yang mengalami obesitas terdapat peningkatan kadar gula darah pada 15 orang dan kadar gula darah normal pada 2 orang subjek penelitian. Hasil uji Chi-square menunjukkan nilai p=0,005 dengan interpretasi lebih kecil dari nilai α 0,05, sehingga kesimpulan pada penelitian ini adalah peningkatan kadar glukosa darah dipengaruhi oleh obesitas berdasarkan persentase lemak tubuh. Penelitian ini menggunakan desain analitik cross-sectional. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square, untuk mengetahui hubungan antara peningkatan kadar glukosa darah dengan obesitas, teknik sampling dilakukan dengan cara consecutive sampling dan pemeriksaan kadar glukosa yang digunakan adalah dengan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa. f. “Body Mass Index, Waist Circumference, Body Fat, Fasting Blood Glucose in a Sample of Moroccan Adolescents Aged 11- 17 Years” Mehdad, et al., 2011. Penelitian ini dilakukan pada 167 remaja 44 laki- laki dan 123 perempuan dengan rentang umur 11-17 tahun. Teknik sampling dilakukan secara random. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran antropometri berupa body mass index, pengukuran lingkar pinggang, fat mass dan percent body fat serta dilakukan pengukuran kadar gula darah. Hasil dari penelitian ini adalah adanya korelasi antara percent body fat dengan kadar gula darah pada remaja perempuan p 0,05 ; r = 0,241, sedangkan pada remaja laki-laki tidak ditemukan adanya korelasi p 0,05 ; r =0,121. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah rentang usia responden 11-17 tahun, teknik sampling dilakukan secara random, metode pengukuran percent body fat dilakukan dengan metode total body water, dan pengukuran gula darah yang digunakan adalah pengukuran gula darah puasa. g. “Korelasi Body Mass Index BMI dan Percent Body Fat BF terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III Universi tas Sanata Dharma Yogyakarta” Kusumasari, 2013. Penelitian ini dilakukan pada 124 mahasiswa dan mahasiswi Univesitas Sanata Dharma dengan jenis penelitian observasional analitik dan rancangan penelitian cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya korelasi positif yang tidak bermakna antara percent body fat terhadap kadar glukosa darah pada pria p=0,521 maupun wanita p=0,500. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah pada rentang umur responden pada penelitian ini 18 –24 tahun dan pada penelitian ini pemeriksaan kadar glukosa menggunakan kadar glukosa darah puasa. h. “Effects of Aerobic Training on The Glycemic Control and Body Composition in Obese Patients with Type 2 D iabetes” Matinhomaee, Korshidi, Azarbayjani, and Hosseinnezhad, 2012. Penelitian ini dilakukan pada 21 responden 11 perlakukan dan 10 kontrol dalam rentang usia 40-50 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara body fat percentage dengan HbA1c p=0,071; r = 0,47. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah adanya kelompok kontrol dan perlakuan, responden merupakan pasien diabetes tipe 2 yang mengalami obesitas, perhitungan body fat percentage dilakukan dengan body-composition analyzer . i. “Body Composition in Diabetes Melitus” Soniya,Devi, and Rosemary, 2014. Penelitian ini dilakukan pada 100 responden dalam rentang usia 30-78 tahun dengan desain cross-sectional. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa HbA1c tidak berhubungan dengan body fat percentage . Perbedaan penelitian ini adalah responden pada penelitian ini adalah pasien diabetes tipe 2 dalam rentang umur 30-78 tahun. j. “Study of A1c and Body Fat among SUU Students, Staff, and Faculty” Wright, et al., 2013. Penelitian ini dilakukan pada 384 sampel yang melakukan pengukuran lingkar pinggang, body fat, dan A1c. Hasil dari penelitian ini adalah peningkatan percent body fat berhubungan dengan peningkatan A1c. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada rentang umur yang cukup luas karena responden yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa, staf dan dosen.

3. Manfaat penelitian