kegagalan sel-sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan insulin dalam tubuh National Diabetes
Information Clearinghouse , 2012.
Faktor risiko yang merupakan kontributor utama pada resistensi insulin adalah kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik. Beberapa faktor lain
yang dapat menimbulkan resistensi insulin antara lain etnis, penyakit tertentu, hormon, penggunaan steroid, beberapa obat, usia, masalah tidur, dan merokok.
Akumulasi lemak perut memproduksi hormon dan zat lain yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti resistensi insulin, tekanan darah
tinggi, ketidakseimbangan kolesterol, dan penyakit kardiovaskular. Kelebihan berat badan terutama pada bagian perut dapat berpengaruh pada resistensi insulin.
Lemak perut memainkan bagian dalam mengembangkan tahan lamanya atau kronisnya suatu proses peradangan dalam tubuh. Peradangan kronis dapat
merusak tubuh dari waktu ke waktu, tanpa tanda-tanda atau gejala. Interaksi kompleks dalam jaringan lemak menarik sel imun ke daerah peradangan dan
memicu peradangan kronis tingkat rendah sehingga peradangan ini dapat memberikan kontribusi pada perkembangan resistensi insulin, diabetes melitus
tipe 2, dan CVD National Diabetes Information Clearinghouse, 2014.
F. HbA1c
HbA1c atau disebut juga dengan hemoglobin A1c atau glikohemoglobin merupakan suatu indikator untuk mengetahui kondisi gula darah. HbA1c
merupakan hemoglobin non enzimatis yang dikombinasikan dengan gula. HbA1c tidak dipengaruhi oleh perubahan sementara gula darah yang disebabkan oleh
makanan dan lainnya Acton, 2013. Kadar glukosa yang pada HbA1c merupakan kadar glukosa yang terikat sangat kuat pada hemoglobin dan beredar bersama
eritrosit selama 120 hari. HbA1c dapat digunakan untuk memperkirakan kadar rata-rata glukosa darah seseorang selama 3 bulan terakhir Reinhold and Earl,
2014. Ikatan kuat glukosa pada hemoglobin terjadi pada proses glikosilasi hemoglobin di mana gugus aldehid glukosa akan berikatan secara kovalen dengan
gugus amino terminal valin pada rantai β hemoglibin Mahajan and Mishra, 2011. Klasifikasi kadar HbA1c disajikan pada tabel II di bawah ini.
Tabel II. Klasifikasi nilai HbA1c American Diabetes Association Klasifikasi
Nilai HbA1c Normal
5,7
Prediabetes 5,7-6,4
Diabetes
≥ 6,5
Kelebihan penggunaan pengukuran HbA1c dibandingkan dengan pengukuran kadar glukosa lain di antaranya adalah subjek tidak perlu melakukan
puasa, sampel dapat diambil kapan saja, variabilitas biologis sangat sedikit, sampel stabil, hasil pengukuran tidak diubah oleh faktor akut seperti stres dan
latihan, menunjukkan konsentrasi glukosa darah dalam jangka waktu yang panjang, akurasi hasil tes dapat dipantau, dan dapat memprediksi perkembangan
komplikasi mikrovaskular diabetes. Beberapa kekurangan dari pengukuran HbA1c adalah hasil dapat berubah karena faktor-faktor selain glukosa misalnya
perubahan masa hidup eritrosit dan etnis, beberapa kondisi dapat menggangu pengukuran seperti selected hemoglobinopathies, pengujian HbA1c belum
tersedia di beberapa daerah di dunia, dan biaya yang mahal Sacks, 2011.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wright, et al. 2013, peningkatan nilai HbA1c dapat dipengaruhi karena adanya peningkatan percent
body fat . Penelitian yang dilakukan oleh Ravikumar, Bhansali, Walia,
Shanmugasundar and Ravikiran 2011, menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara rata-rata HbA1c dan umur responden r = 0.308, p 0.001.
G. Landasan Teori