Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wright, et al. 2013, peningkatan nilai HbA1c dapat dipengaruhi karena adanya peningkatan percent
body fat . Penelitian yang dilakukan oleh Ravikumar, Bhansali, Walia,
Shanmugasundar and Ravikiran 2011, menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara rata-rata HbA1c dan umur responden r = 0.308, p 0.001.
G. Landasan Teori
Antropometri merupakan metode yang murah, mudah dan cepat yang dapat digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Pengukuran skinfold
thickness ST atau ketebalan lipatan kulit merupakan salah satu jenis dari metode
antropometri. Pengukuran ST jika dimasukkan ke dalam rumus yang sesuai dapat digunakan untuk menentukan Body Fat Percentage BFP. Nilai BFP ini dapat
digunakan untuk mengetahui adanya obesitas. Obesitas merupakan suatu keadaan di mana jumlah lemak di dalam tubuh
berlebihan. Obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit kronis salah satunya adanya diabetes melitus tipe 2. DM tipe 2 terjadi karena adanya resistensi
insulin yang tidak dapat ditoleransi lagi. Adanya resistensi insulin ditandai dengan meningkatnya jumlah glukosa yang ada di dalam tubuh melebihi batas normal.
Resistensi insulinDM tipe 2 lebih berisiko pada orang-orang dewasa dengan usia 40 tahun, sehingga pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan kadar glukosa
pada orang dewasa yang berumur 40-50 tahun. Resistensi insulinDM tipe 2 dapat diketahui melalui peningkatan kadar HbA1c di dalam darah. HbA1c merupakan
pengukuran glukosa darah selama 3 bulan terakhir.
Peningkatan nilai body fat percentage dapat digunakan sebagai indikasi obesitas pada seseorang. Obesitas dapat menjadi salah satu faktor risiko dari
resistensi insulinDM tipe 2, sehingga body fat percentage dapat menggambarkan adanya peningkatan nilai HbA1c di dalam darah. Penelitian yang dilakukan oleh
Wright, et al. 2013, menunjukkan hasil bahwa adanya peningkatan body fat percentage
yang berhubungan dengan peningkatan HbA1c.
H. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya korelasi positif bermakna antara body fat pencentage terhadap kadar HbA1c.
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan penelitian yang berupa potong lintangcross sectional. Penelitian yang menggali
mengenai bagaimana dan mengapa suatu fenomena kesehatan dapat terjadi disebut dengan penelitian survei analitik, sedangkan rancangan penelitian potong
lintangcross sectional merupakan rancangan penelitian yang mempelajari mengenai adanya korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek yang
pengumpulan sampel atau datanya dilakukan sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Faktor risiko adalah fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek,
sedangkan faktor efek adalah akibat dari faktor risiko Notoatmodjo, 2010. Dalam penelitian ini analasis yang dilakukan adalah mengenai korelasi
body fat percentage terhadap HbA1c. Body fat percentage merupakan faktor
risiko, sedangkan HbA1c merupakan faktor efek pada penelitian ini. Pengambilan data dari responden para penelitian ini dilakukan hanya satu kali saja pada saat
tertentu. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan metode statistika untuk mengetahui korelasi body fat percentage terhadap nilai HbA1c.
B. Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas
Body Fat Percentage BFPpersen lemak tubuh