Materi Kesebangunan dan Kekongruenan

2. Semua sisi yang bersesuaian sebanding. Pada segitiga, kedua syarat saling mempengaruhi, artinya apabila sudut-sudut yang bersesuian sama besar, maka secara otomatis perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian sama besar pula, dan sebaliknya. Dengan demikian dapat disimpulkan : Dua buah segitiga akan sebangun apabila sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, atau Dua buah segitiga akan sebangun apabila sisi-sisi yang bersesuaian sebanding. Dalil : Sebuah garis yang dilukis sejajar pada satu sisi sebuah segitiga maka akan membagi dua sisi lain bukan sisi sejajar dalam perbandingan yang sama. AX : XB = AY : YC Kebalikan dari dalil di atas juga berlaku, yaitu : Jika AX : XB = AY : YC maka XY sejajar BC. Perhatikan gambar di samping Dalam segitiga ABC dari suatu sisi AB ditarik garis DE sejajar garis BC. Karena DE sejajar BC maka : X B C Y A Gambar 2.11 Garis yang Sejajar Pada Segitiga A C B E D Gambar 2.12 Garis yang Sejajar Pada Segitiga ∠B = ∠D sehadap dan ∠C = ∠ sehadap. Dengan demikian, pada Δ ABC dan Δ ADE sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, sehingga: i Δ ABC sebangun dengan Δ ADE ii AB : AD = AC : AE = BC : DE b. Segitiga-segitiga yang kongruen Sifat-sifat segitiga kongruen Gambar di bawah ini menunjukkan pengubinan dengan segitiga- segitiga kongruen. Jika segitiga ABC digeser ke kanan tanpa di putar sehingga B → E, di peroleh: A → B AB → BE ∠ BAC → ∠ EBD B → E BC → ED ∠ ABC → ∠ BED C → D AC → BD ∠ ACB → ∠ BDE Jadi, ∆ ABC → ∆ BED. Hal tersebut memberikan kesimpulan sebagai berikut. AB = BE ∠ BAC = ∠ EBD BC = ED dan ∠ ABC = ∠ BED AC = BD ∠ ACB = ∠ BDE A B E C D Gambar 2.13 Pengubinan Segitiga Dengan demikian ∆ ABC dan ∆ BED mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Segitiga – segitiga tersebut disebut kongruen. Tanda kongruen sama dan sebangun adalah ≅. Dua segitiga dikatakan kongruen apabila mempunyai sifat sisi – sisi yang bersesuaian sama panjang. Syarat-syarat Dua Segitiga Kongruen Ada beberapa kondisi yang harus ditinjau untuk menunjukkan bahwa dua bangun segitiga adalah kongruen. Kondisi tersebut adalah sebagai berikut: i. Tiga Sisi Sisi, sisi, sisi SSS Apabila panjang ketiga sisi dari sebuah segitiga sama panjang ketiga sisi segitiga lainnya, maka kedua segitiga itu kongruen. ii. Dua Sisi dan satu sudut apit SAS Apabila dua sisi dan satu sudut apit dari sebuah segitiga sama dengan dua sisi dan satu sudut apit dari segitiga lainnya maka kedua segitiga itu kongruen. Gambar 2.14 Kondisi Dua Segitiga yang Kongruen Sisi,Sisi,Sisi iii. Dua sudut dan sebuah sisi ASAAASSAA Apabila dua sudut dan sebuah sisi dari suatu segitiga sama dengan dua sudut dan sebuah sisi dari segitiga yang lain maka segitiga-segitiga itu kongruen. Dalil: kondisi ASA Dua segitiga akan kongruen, jika satu sisi yang bersesuaian sama panjang dan dua sudut yang bersesuaian pada sisi tersebut sama besar. Dalil : kondisi AAS atau SAA Dua segitiga akan kongruen, bila satu sisi yang bersesuaian sama panjang dan dua sudut yang bersesuaian sama besar. Gambar 2.17 Dua Segitiga yang Kongruen Gambar 2.16 Kondisi Dua Segitiga Kongruen Dua Sudut dan Satu Sisi Gambar 2.15 Kondisi Dua Segitiga yang Kongruen Sisi, Sudut, Sisi iv. Sudut Siku-siku, Hypotenusa, dan Sisi Tegak. Apabila pada dua segitiga siku-siku, hypotenusa H serta sisi tegak dari segitiga pertama sama dengan hypotenusa dan sisi tegak dari segitiga kedua, maka kedua segitiga siku-siku itu kongruen. 3. Menghitung Panjang Sisi yang Sebangun Kita telah mengetahui bahwa dua bangun dikatakan sebangun apabila sisi-sisi yang bersesuian sebanding. Dengan pengertian ini, kita dapat menghitung panjang salah satu sisi yang belum diketahui dari dua bangun sebangun. Contoh : Gambar di bawah ini menunjukkan dua bangun yang sebangun. Hitunglah: a. panjang AB b. panjang BC, c. panjang PS Jawab : Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian adalah : = 6 12 = 1 2 Gambar 2.18 Dua Segitiga Siku- Siku yang Kongruen 6 cm 4 cm D A B C R S P Q 12 cm 16 cm Gambar 2.19 Trapesium ABCD Sebangun Dengan Trapesium PQRS a. AB QP = DC RS ⟹ AB 16 cm = 1 2 ⟺ = × 16 = 8 Jadi, panjang AB adalah 8 cm. b. = ⟹ 10 = 1 2 ⟺ = × 10 = 5 Jadi, panjang BC adalah 5 cm. c. = ⟹ 4 = 1 2 ⟺ = 4 × 2 = 8 Jadi, panjang PS adalah 8 cm.

F. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah diuraikan dapat dirumuskan kerangka berfikir dalam penelitian pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan. Pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK dalam belajar mengajar dapat bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran antara lain: memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan siswa, mampu menampilkan unsur audio visual yang dapat memperagakan atau memberikan gambaran mengenai dua bangun yang sebangun dan kongruen. Hal ini dapat membuat siswa lebih tertarik sehingga memberikan motivasi belajar dan dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan segera. Motivasi siswa yang kuat memberikan energi kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga memberikan hasil belajar yang tinggi. Setelah menggunakan media pembelajaran berbasis TIK diharapkan motivasi belajar siswa kuat dan hasil belajar siswa tinggi. 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif-kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan to describe, menjelaskan, dan menjawab persoalan- persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini Zainal 2011:54.Selain itu menurut Best Sukardi, 2003:157 penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dalam penelitian ini penelitian pendekatan kualitatif digunakan dalam mengumpulkan data yang berupa kualitatif yaitu jawaban guru dalam wawancara. Selain itu pendekatan kualitatif digunakan untuk mengalisis hasil wawancara dengan guru terkait dengan kebutuhan-kebutuhan dalam menyusun media serta menggambarkan persoalan-persoalan yang terjadi pada saat penelitian.Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan dalam mengumpulkan data yang berupa data kuantitatif, melakukan skoring tes dan kuisioner.

Dokumen yang terkait

Soal Dan Pembahasan Kesebangunan Dan Kekongruenan Kelas IX SMP

8 250 1

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2

0 5 9

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN

0 3 17

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 3 5

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

1 2 251

Penggunaan lembar kerja siswa dan pemanfaatan program geogebra pada pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan kelas IX di SMP Negeri 2 Jetis Bantul tahun ajaan 2012/2013.

0 1 193

Soal dan Pembahasan Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX SMP

1 35 14

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta

0 1 249

Pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK pada pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX SMP Negeri 2 Jetis, Bantul

0 2 252

Penggunaan lembar kerja siswa dan pemanfaatan program geogebra pada pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan kelas IX di SMP Negeri 2 Jetis Bantul tahun ajaan 2012/2013 - USD Repository

0 13 191