Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
12
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuan. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua
perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.
9
Sedangkan Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau
belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas, peserta didik melalui
berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan
pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.
10
Pengertian Pembelajaran menurut bahasa berarti sebuah proses, cara,
perbuatan sehingga orang atau siswa belajar dengan memperoleh ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut istilah Pembelajaran adalah suatu proses
belajar-mengajar PBM yang merupakan keterpaduan antara kegiatan guru sebagai pengajar dan kegiatan siswa sebagai pelajar sehingga terjadi saling
interaksi keduanya dalam situasi instruksional yang bersifat pengajaran. Dengan demikian, pembelajaran mensyaratkan adanya interaksi dan proses. Interaksi
dimaksud merupakan suatu aktivitas gabungan yang melibatkan guru, peserta didik dan mata pelajaran.
11
Sebagai suatu proses dimana seseorang dengan sengaja dikelola agar memungkinkan dapat belajar melakukan hal tertentu dalam kondisi tertentu atau
memberikan respons terhadap hal tertentu, pembelajaran pada dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah tujuan, bahan, metode, alat, dan penilaian.
12
Menurut hasil kajian S. Nasution, bahwa hingga saat ini terdapat tiga model pembelajaran yang sering dikacaukan dengan pengertian mengajar.
Pertama, mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada peserta didik, dengan tujuan agar pengetahuan tersebut dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh
peserta didik. Mengajar pada tipe pertama ini dianggap berhasil jika peserta didik menguasai pengetahuan yang ditransferkan oleh guru sebanyak-banyaknya.
9
Pupuh Fathurrohman, Op. Cit., h. 5
10
Prof. Dr. H. Abudin Nata. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta : kencana, 2011, hlm. 89
11
H. Masyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2008, h. 334
12
A. Tabrani, Pendekatan Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Remaja Karya, 1989, Cet.
13
Kedua, mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada peserta didik. Definisi yang kedua ini pada intinya sama dengan definisi yang pertama yang
menekankan pada guru sebagai sebagai pihak yang aktif. Ketiga, mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar.
13
Definisi mengajar model pertama dan kedua pada sebagian besar masyarakat tradisional masih banyak digunakan. Hasilnya adalah peserta didik
yang banyak menguasai bahan pelajaran, namun mereka tidak tahu cara menggunakan dan mengembangkannya. Mereka tak ubahnya seperti anak bayi
yang diberikan makanan atau minuman oleh orang tuanya, namun ia tidak tahu dari mana asalnya makanan atau minuman tersebut, bagaimana cara membuatnya,
dan bagaimana pula mendapatkannya. Sementara itu, definisi mengajar model ketiga, kini mulai banyak digunakan, terutama pada lembaga-lembaga pendidikan
pada masyarakat modern. Hasilnya adalah peserta didik yang bukan hanya menguasai bahan pelajaran tersebut, melainkan mereka mengetahui asal usulnya,
cara mendapatkan dan mengembangkannya. Di era global yang mengaharuskan lahirnya lulusan yang kreatif, inovatif, dinamis dan mandiri, model pengajaran
yang ketiga itulah yang perlu dilaksanakan. Dengan menerapkan teori yang ketiga, maka yang terjadi bukan hanya mengajar yang menghasilkan penguasaan
ilmu pengetahuan, melainkan juga pembelajaran yang menghasilkan penguasaan terhadap metode pengembangan ilmu pengetahuan, dengan sendirinya akan terjadi
kegiatan pembelajaran.
14
Berdasarkan kajian tersebut diatas, maka sebenarnya yang diharapkan dari penggunaan istilah pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar. Dengan cara demikian, maka peserta didik bukan hanya diberikan ikan,
melainkan diberikan alat dan cara menggunakannya untuk menangkap ikan, bahkan diberikan juga kemampuan untuk menciptakan alat untuk menangkap ikan
tersebut.
15
Secara garis besar dapat dipahami, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antar pengajar sebagai katalisator dengan pelajar sebagai katalis
dan mengkoordinasikannya terus menerus melalui usaha-usaha yang terencana dan sistematis agar terjadi proses belajar untuk mencapai perubahan-perubahan
tertentu.
13
S. Nasution. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hlm.4
14
Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 182-183.
15
Abudin Nata, Op. Cit., h. 87
14