BAB I PENDAHULUAN
A. A. Latar Belakang Masalah
Menghadapi globalisasi pada abad 21 umat Islam dihadapkan pada realita dunia yang serba cepat dan canggih. Tak terkecuali di dalamnya masalah ekonomi dan
keuangan. Produk-produk baru dikembangkan untuk menarik dana dari masyarakat. Namun bagi umat Islam, produk-produk tersebut perlu dicermati,
karena dikembangkan dari jasa keuangan konvensional yang netral terhadap nilai dari ajaran agama.
Seiring dengan diberlakukannya UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksadana mulai dikenal di Indonesia sejak diterbitkannya Reksadana
berbentuk perseroan. Pada awal 1996, Bapepam mengeluarkan peraturan pelaksanaan tentang Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Peraturan-
peraturan tersebut membuka peluang lahirnya Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif untuk tumbuh dan berkembang. Pada saat itu sampai dengan
pertengahan 1997, industri ini mekar dari hanya satu izin penerbitan menjadi 24 dengan total asset Rp. 2.78 trilyun dan kemudian berhasil mencapai puncaknya
pada bulan Juli 1997 dengan total asset Rp. 8.3 Trilyun dengan jumlah Reksadana sebanyak 76. Sampai data bulan Januari pertengahan tahun 2000 menunjukkan
pertumbuhan asset Reksadana yang konsisten dan mampu menghimpun kembali dana masyarakat lebih dari Rp. 5.4 Trilyun.
1
Perkembangan Reksadana di Indonesia menemukan momentum pertumbuhan. Tingkat bunga simpanan di bank yang lebih rendah dari laju inflasi
mendorong pemodal untuk shifting dari deposito ke instrumen investasi yang memberikan yield tinggi seperti Reksadana. Pada akhir Januari 2008, NAB reksa
dana mencapai Rp 95 triliun, naik hampir 300 dari posisi terendah, Februari 2005. Para pemodal sudah mulai merasakan nikmatnya reksa dana. Tahun lalu,
rata-rata return reksa dana saham 53, reksa dana campuran 32, dan reksa dana pendapatan tetap 9. Jauh melampaui rata-rata bunga deposito yang hanya
6,3.
2
Beberapa tahun terakhir ini perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia, mulai dari Perbankan, Asuransi, dan Investasi sangat pesat. Salah satu
produk instrumen investasi yang saat ini berkembang pesat di Indonesia adalah reksadana, yang lebih dikenal dengan limit trustmaterial fund. Munculnya
reksadana syariah pada tahun 1997 merupakan salah satu alternative bagi investor dari kaum muslimin yang ingin berinvestasi secara syariah. Terbukti dengan
diluncurkannya Pasar Modal Syariah pada tanggal 19 Maret 2003. Keberadaan pasar modal syariah ini akan semakin meramaikan kegiatan ekonomi syariah.
Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan produk investasi yang berdasarkan
1
Eko Priyono Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, Reksa dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern
, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, h. 103.
2
Reksa-Dana-Temukan-Momentum http:www.indovestor.comarticles4471 Page1.html
di ambil pada tanggal 1 Juli 2008
prinsip syariah juga berkembang dengan pesat dan menunjukkan prospek yang baik. Keberadaan produk investasi berlandaskan syariah ini menunjukkan
antusiasme masyarakat, terutama masyarakat muslim di Indonesia untuk menjalankan syariah Islam di segala bidang dan lini kehidupan. Reksadana
syariah adalah suatu reksadana yang membatasi diri untuk berinvestasi hanya pada jenis efek yang memberi hasil sesuai dengan peraturan syariah Islam tidak
ada unsur ribawi, gharar dan maysir dan diterbitkan oleh perusahaan yang dalam operasinya tidak melanggar syariah Islam sementara pemilihan efek dilakukan
secara cermat agar investasi tersebut tidak termasuk dalam kegiatan gharar ketidakjelasan atau manipulatif Reksadana Syariah hadir untuk memberikan
ketenangan kepada kaum muslimin yang ingin berinvestasi di pasar modal dengan tidak ada keraguan dalam melakukan praktek-praktek investasi yang sesuai
dengan prinsip syariah. Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia sepertinya sejalan dengan
pertumbuhan Islamic Fund secara global.
3
Saat ini secara kumulatif terdapat 11 sebelas Reksadana Syariah telah ditawarkan kepada masyarakat. Salah satunya
pada bulan November 2001 sejak didirikannya PT. Batasa Capital sebagai manajer investasi yang dapat menawarkan tiga produk reksadana syari’ah, yaitu
Reksadana Batasa Syari’ah, Batasa Kombinasi, dan Batasa Equity Syari’ah, dengan total dana yang ditawarkan sebesar Rp. 1.3 triliun.
4
Reksadana Batasa
3
Dr. M. Firdaus dkk, Investasi halal Reksadana Syariah, Jakarta, Renaisan, 2005, h.20
4
PT. BATASA CAPITAL, Batasa Capital The Profile , h. 2
Capital telah menunjukkan bahwa prinsip investasi sesuai syari’ah yang melekat pada pengelolaan dananya bukan penghalang untuk menjadi yang terbaik,
termasuk mengungguli reksadana konvensional. Sejak diluncurkan pada bulan Juli 2003, Reksadana Batasa Syari’ah berhasil membukukan hasil investasi rata-
rata Year-on Year sebesar 12.64.
5
Hal ini suatu prestasi dan kinerja perusahaan yang baik. Namun, perlu disadari bahwa hal ini tidak dapat bertahan jika PT.
Batasa Capital tidak mampu bersaing dengan manajer investasi lainnya. Sebab investasi Reksadana Syari’ah kini sarat dengan persaingan. Untuk memenangkan
persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggannya. Pelanggan yang tidak puas akan meninggalkan perusahaan dan
menjadi pelanggan di perusahaan lain yang dapat memberikan kepuasan lebih baik, dan pada akhirnya laba perusahaan akan turun. Jika layanan yang diberikan
oleh perusahaan Rekadana Syari’ah itu buruk, justru akan menimbulkan citra yang buruk terhadap system syari’ah, dan masyarakat akan menjauhi instrumen
pasar uang yang menggunakan prinsip syari’ah ini. Kepuasan nasabah penting untuk diukur, agar perusahaan dapat
mengetahui atribut apa dari suatu produk yang dapat memuaskan nasabah. Pengetahuan tentang persepsi nasabah akan membantu perusahaan memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada nasabahnya, sehingga nasabah merasa puas dalam berinvestasi pada Reksadana Syari’ah. Dengan demikian, persepsi
konsumen merupakan hal terpenting bagi pemasar untuk memuaskan kebutuhan
5
Ibid, h, 10
dan keinginan konsumen. Namun perusahaan sering mengalami kesulitan untuk mengetahui apakah persepsi konsumen terhadap jasa yang ditawarkan positif atau
negatif. Kondisi inilah yang mendorong penulis melatarbelakangi masalah ini
menjadi dasar penulis melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Persepsi Investor Terhadap Kepuasan Berinvestasi pada Reksadana Syari’ah PT.Batasa
Capital.”
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan yang akan diteliti, maka penulis membatasi permasalahan hanya pada faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Investor Terhadap Kepuasan Berinvestasi Di Reksadana Syari’ah Pada PT.Batasa Capital.
Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, maka pembahasannya dapat dirumuskan sebagai berikut: adakah korelasi antara persepsi investor
terhadap kepuasan berinvestasi di reksadana Syari’ah pada PT. Batasa Capital?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian