PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
filsafat transendental, tetapi “filsafat transendental” yang dimaksud Kant di sini adalah penyelidikan filosofis tentang cara bagaimana subjek memiliki
pengetahuan tentang objek. Terminologi “pemahaman Ada” Heidegger adalah sesuatu yang asing bagi Kant. Namun demikian, menurut Heidegger, gagasan
pemahaman Ada sebenarnya selalu terimplikasi dalam setiap teks filosofis, dan tugas pembacaan destruktif adalah mengeksplisitkannya. Karena itu, tidak heran
jika dalam “Kant and the Problem of Metaphysics”, Heidegger menafsirkan filsafat transendental Kant sebagai filsafat tentang pemahaman Ada. Cara
pembacaan Heidegger ini memang membuat kita sulit membedakan mana pemikiran Kant dan mana pemikiran Heidegger. Tetapi ini memberi keuntungan
tersendiri, karena Heidegger dengan demikian tidak hanya mempraktikkan suatu jenis pembacaan tetapi juga mengemukakan gagasan transendensinya secara lebih
jelas dalam terminologi-terminologi tradisional yang lebih umum. Terkait dengan pembacaan destruktif Heidegger, ada beberapa hal yang
perlu dikemukakan. Pertama, Heidegger bertolak dari doktrin skematisme Kant untuk menemukan tesis tentang pemahaman Ada dalam pemikirannya. Doktrin
skematisme sendiri adalah doktrin penerapan konsep-konsep pada objek-objek pengalaman, di mana terdapat tiga faktor pengetahuan yang terlibat dalam proses
tersebut: intuisi, rasio, dan imajinasi. Kedua, bertolak dari pembacaannya atas beberapa problem dalam skematisme Kant, Heidegger menegaskan bahwa esensi
transendensi kapasitas transendental, atau yang dalam Kant disebut pengetahuan murni, terletak pada imajinasi transendental. Ketiga, karena imajinasi
transendental merupakan faktor esensial dalam pembentukan pengetahuan murni, Heidegger melakukan pembacaan ulang terhadap konsep imajinasi tersebut dan
melihat kaitannya dengan rasio murni dan intuisi murni waktu. Keempat, bersamaan dengan itu, Heidegger juga pada akhirnya mengkaji ulang konsep rasio
murni dan intuisi murni waktu Kant dan dari sana menarik beberapa konsekuensi cukup penting dalam pemikirannya tentang transendensi sebagai
pemahaman Ada. Tesis-tesis di atas adalah tesis-tesis hasil destruksi, yang terbentuk dari
minat Heidegger terhadap tema transendensi, esensi, struktur, serta perannya dalam pembentukan pengetahuan manusia tentang objek atau dunia. Jika kita
hendak menyederhanakan alur pembacaan destruktif Heidegger tersebut, kita dapat mengatakan bahwa pembacaannya itu bertolak dari doktrin skematisme dan
berakhir pada konsepsi imajinasi transendental. Tentu saja, dalam destruksinya terdapat juga tema-tema lain yang menjadi target pembacaannya, tetapi itu
dilakukan sejauh dalam kaitannya dengan imajinasi transendental; sebagai konsekuensi dari hasil pembacaannya atas konsep imajinasi. Karena itu, fokus
ulasan tentang destruksi Heidegger atas Kant dalam skripsi ini diarahkan pada tema skematisme dan imajinasi transendental.