BAB III KREDIT PADA PERBANKAN DI INDONESIA
A. Bank Secara Umum
1. Pengertian Bank
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat
bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga–lembaga pemerintahan
menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan
pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
61
G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan
kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan
mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
62
Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang-Undang Perbankan 1967 dan Undang-Undang Perbankan
yang Diubah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998. Pasal 1 huruf a Undang-Undang
61
Hermansyah, Op. Cit., Halaman 7
62
Ibid., Halaman 8
Perbankan 1967, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan
kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Sementara itu Undang-Undang Perbankan yang telah Diubah pada
Pasal 1 angka 2 mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Dua fungsi itu tidak dapat dipisahkan.
Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya.
Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan
ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja. Dengan sendirinya Bank Indonesia tidak termasuk dalam pengertian “Bank”, sebab bukan
sebuah badan usaha yang berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya kendati melakukan kegiatan usaha yang bersifat
komersial pula.
Perubahan istilah lembaga keuangan menjadi badan usaha adalah dimaksudkan agar para pelaku bank lebih profesional dalam
mengelola dana dari dan ke masyarakat.
63
2. Fungsi Bank
Dari pengertian yang dimaksud Pada Pasal 1 angka 2 Undang- Undang Perbankan yang telah Diubah Undang-Undang No. 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai financial
intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran. Dua fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan, sebagai badan usaha bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga
kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.
64
Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Perbankan yang menyatakan bahwa “Fungsi
utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai
perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana surplus of funds
63
Rachmadi Usman, “Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia”. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2001. Halaman 59
64
Ibid.
dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana lacks of fund.
65
Mengenai fungsi bank, Kasmir menyebutkan beberapa fungsi bank, antara lain:
66
a. lembaga pengumpul dana, suatu lembaga yang kegiatannya
menarik dana dari masyarakat dalam bentuk giro maupun deposito berjangka.
b. industri jasa keuangan, suatu lembaga atau jenis perusahaan
yang menyediakan berbagai jasa keuangan yang diperlukan dalam perekonomian.
c. lembaga perantara merupakan perantara antara penyimpan
uang dengan para penanam modal atau pengusaha. d.
industri fasilitatif, yaitu industri yang mendorong jenis- jenis industri lainnya seperti agraris, dan industri
manufaktur.
3. Tujuan Bank
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi
kepada hal-hal yang non-ekonomis seperti masalah menyangkut stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan
stabilitas sosial.
67
Secara lengkap mengenai hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Perbankan yang berbunyi:
68
“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
65
Hermansyah. Op. Cit., Halaman 20
66
Kasmir, “Bank Lembaga Keuangan Lainnya”. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2008. Halaman 35
67
Hermansyah, Loc. Cit.
68
Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998”
Pasal 4 selanjutnya disingkat Republik Indonesia-II
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.”
Penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat tersebut fungsi bank bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggaraan
negara yakni: a.
Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah; bukan melaksanakan misi
pembangunan suatu golongan apalagi perseorangan; jadi perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen
pembangunan agent of development; b.
Dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional, yakni:
1 Meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak, bukan
kesejahteraan segolongan orang atau perseorangan saja. Melainkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia
tanpa kecuali; 2
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan ekonomi segolongan orang atau
perseorangan; melainkan pertumbuhan ekonomi seluruh rakyat Indonesia, termasuk pertumbuhan
ekonomi yang diserasikan; 3
Meningkatkan stabilitas nasional yang dinamis;
4 Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat
banyak, artinya tujuan yang hendak dicapai oleh perbankan nasional adalah meningkatkan pemerataan
taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan segolongan atau perseorangan saja;
c. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia
harus mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat kepadanya dengan menetapkan prinsip kehati-
hatian prudential banking, dengan cara: 1
Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal atau mendunia; dan
2 Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-
bidang yang produktif, bukan konsumtif; d.
Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank, selain melalui penerapan prinsip
kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah
terjadinya praktek-praktek yang merugikan masyarakat luas.
Dengan demikian, fungsi perbankan kita tidak hanya sekedar sebagai wadah penghimpun dan penyalur dana masyarakat atau
perantara penabung dan investor, tetapi fungsinya akan diarahkan kepada taraf hidup rakyat banyak, agar masyarakat menjadi lebih baik
dan sejahtera daripada sebelumnya. Oleh karena itu dalam menjalankan fungsinya, perbankan Indonesia seyogiyanya selalu
mengacu pada tujuan Perbankan Indonesia tersebut.
69
4. Jenis Bank dan Kegiatan Usahanya
a. Jenis bank
Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Perbankan
yang membagi bank ke dalam dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
70
1 Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
71
69
Rachmadi Usman, Op. Cit., Halaman 61
70
Hermansyah, Op. Cit., Halaman 20
71
Republik Indonesia-II, Op. Cit., Pasal 1 angka 3
Dengan sendirinya bank umum adalah bank pencipta uang giral. Bank umum dapat
mengkhsuskan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada
kegiatan tertentu. Kegiatan tertentu tersebut antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang,
pembiayaan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan usaha golongan ekonomi lemahpengusaha
kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan perumahan.
72
Apa yang dimaksud dengan usaha perbankan secara konvensional? Maksudnya adalah usaha perbankan
memberi kredit kepada nasabah baik perorangan maupun perusahaan.
73
Makna usaha perbankan berasarkan prinsip syariah dijabarkan dalam Pasal 1 angka 13 Undang-Undang
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, yakni:
74
2 Bank Perkreditan Rakyat
“Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal musharakah, prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan murabahah, atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah, atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina.”
Hal ini dijabarkan dalam Pasal 1 angka 4 Undang- Undang Perbankan yang mengemukakan, Bank Perkreditan
Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
72
Rachmadi Usman, Op. Cit., Halaman 62
73
Sentosa Sembiring, “Hukum Perbankan”, Mandar Maju, Bandung. 2008. Halaman 3
74
Republik Indonesia-II, Op. Cit., Pasal 1 angka 13
pembayaran. Jadi di sini, terlihat bahwa perbedaan Bank Umum dengan BPR, bahwa BPR tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
75
Dari segi fungsinya serta tujuan usahanya, dikenal ada empat jenis bentuk bank, yaitu:
76
1 Bank sentral Central Bank, adalah bank yang dapat
bertindak sebagai bankers, bank pimpinan, pengusaha moneter, mendorong dan mengarahkan semua jenis bank
yang ada.
2 Bank umum Commercial Bank yaitu bank baik milik
negara, swasta, maupun koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro,
deposito, serta tabungan dan dalam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka pendek. Dikatakan
sebagai bank umum karena bank tersebut mendapatkan keuntungannya dari selisih bunga yang diterima dari
peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank kepada depositor disebut spread.
3 Bank Tabungan Saving Bank yaitu bank milik negara,
swasta maupun koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk
tabungan sedangkan usahanya terutama membungakan dananya dalam kertas berharga.
4 Bank Pembangunan Development Bank, yaitu bank baik
milik negara, swasta, maupun koperasi, baik pusat ataupun daerah, yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam deposito, dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah, dan
panjang, sedangkan usahanya terutama memberikan kredit jangka panjang dan menengah di bidang pembangunan.
Dilihat dari kepemilikannya bank dapat dibagi dalam dua golongan yakni:
77
75
Sentosa Sembiring, Op. Cit., Halaman 5
76
Muhammad Djumhana, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Citra Aditya Bakti, Bandung. 2000. Halaman 84
77
Sentosa Sembiring, Op. Cit., Halaman 6
1 Bank Milik Pemerinah Negara artinya modal bank yang
bersangkutan berasal dari pemerintah. 2
Bank Milik Swasta a
Swasta Nasional, artinya modal bank ini dimiliki oleh orang ataupun badan hukm Indonesia;
b Swasta Asing, artinya modal bank tersebut dimiliki oleh
Warga Negara Asing dan atau Badan Hukum Asing. Dalam hal ini ada kemungkinan bank ini merupakan
kantor cabang dari negara asal bank yang bersangkutan;
c Di samping kedua jenis bank ini, dalam dunia
perbankan pun dikenal pula dengan apa yang disebut dengan Bank Campuran.
Bank campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang
berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia danatau Badan Hukum Indonesia
yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar
negeri.
Dilihat dari ruang lingkup operasional bidang usahanya, maka bank dapat dibagi dalam dua golongan, yakni:
78
1 Bank Devisa. Bank devisa ialah bank yang memperoleh
surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing.
2 Bank Non Devisa, artinya bank yang tidak dapat melakukan
usaha di bidang transaksi valuta asing.
b. Kegiatan Usaha Bank
Dalam Pasal 6 Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan usaha Bank Umum meliputi:
79
78
Ibid., Halaman 7
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. memberikan kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: 1.
surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada
kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
2. surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang
masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
3. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan
pemerintah; 4.
Sertifikat Bank Indonesia SBI ; 5.
obligasi; 6.
surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 satu tahun;
7. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu
sampai dengan 1 satu tahun; e.
memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan
wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga; h.
menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak; j.
melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di
bursa efek;
k. Dihapus
l. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan
kegiatan wali amanat; m.
menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
79
Republik Indonesia, Op. Cit., Pasal 6
n. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum dapat pula:
80
a. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; b.
melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yangditetapkan oleh Bank Indonesia; dan
d. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang- undangan dana pensiun yang berlaku.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa Bank Umum dapat melakukan berbagai macam bentuk kegiatan usaha
yang sangat luas.
81
Namun demikian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan telah pula menentukan mengenai
kegiatan usaha yang dilarang dilakukan oleh Bank Umum sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 10, yaitu:
82
80
Ibid., Pasal 7
81
Hermansyah, Op. Cit., Halaman 23
82
Republik Indonesia-II, Op. Cit., Pasal 10
Bank Umum dilarang:
a. melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf b dan huruf c; b.
melakukan usaha perasuransian; c.
melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.
Berbeda halnya dengan Bank Umum yang bisa melakukan berbagai kegiatan usaha sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada Bank Perkreditan Rakyat kegiatan Usaha yang dapat dilakukan terbatas.
Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi:
83
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. memberikan kredit;
c. menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, danatau tabungan pada bank lain.
Berkaitan dengan itu diatur pula mengenai kegiatan usaha yang dilarang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat, yaitu:
Bank Perkreditan Rakyat dilarang:
84
a. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu
lintas pembayaran; b.
melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
83
Ibid., Pasal 13
84
Ibid., Pasal 14
c. melakukan penyertaan modal;
d. melakukan usaha perasuransian;
e. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13.
B. Kredit