yang agunannya tidak mengikat sempurna atau dengan kata lain belum bersertifikat dan diikat hak tanggungan ataupun
barang bergerak berupa kendaraan yang sudah tidak ada lagi sekalipun BPKB-nya masih dipegang oleh pihak bank.
Setiap bank pasti mengalami masalah kredit yang bermasalah, bank tanpa kredit bermasalah merupakan hal aneh kecuali bagi bank-bank
baru tentunya. Membicarakan kredit bermasalah, sesungguhnya membicarakan risiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bank tidak mungkin terhindar dari kredit bermasalah. Kredit bermasalah merupakan penyebab kesulitan
terhadap bank itu sendiri, yaitu berupa kesulitan terutama yang menyangkut tingkat kesehatan bank. Karenanya, bank wajib
menghindarkan diri dari kredit bermasalah.
141
D. Upaya Penyelesaian Kredit Macet dalam Kredit Usaha Rakyat KUR
pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan
Secara umum jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam.
Dikatakan beragam karena dilihat terlebih dahulu penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu, maka tindakan membantu apakah dengan
menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang jangka waktunya. Namun, jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali, maka
141
Muhamad Djumhana, Op. Cit., Halaman 551
tindakan terkhir bagi bank adalah dengan menyita jaminan yang telah dijaminkan oleh nasabah.
142
Menurut Ibu Erika, oleh karena Kredit Usaha Rakyat KUR adalah kredit dengan jaminan oleh Pemerintah, apabila terjadi kredit macet
maka BTN Cabang Pemuda Medan dapat mengajukan claim kepada PT Askrindo dan Perum Jamkrindo sebagai pihak penjamin dari pemerintah
untuk penjaminan sebesar 70 dari plafon, sedangkan 30 nya ditutup oleh BTN Cabang Pemuda Medan. Meskipun demikian, penjaminan yang
dilakukan oleh PT Askrindo dan Perum Jamkrindo tersebut hanya bersifat sementara. Pihak asuransi kredit akan terus meminta pengembalian dana
yang di-cover, oleh karena itu bank tetap akan melakukan penagihan dan tindakan lainnya untuk mengganti biaya tersebut.
143
Mengenai penyelamatan kredit bermasalah pada umumnya dapat dilakukan dengan berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No.
Pembentukan sebuah perusahaan asuransi atau lembaga penjamin simpanan telah diamanatkan dalam pasal 37B Undang-Undang No. 10
Tahun 1998. Agar suatu permodalan asuransi mencukupi, maka harus dibantu oleh modal dari pemerintah atau dengan kata lain perusahaan
asuransi tersebut haruslah perusahaan asuransi milik negara. Oleh karena itu, setiap debitur tidak begitu saja hilang kewajibannya untuk melunasi
KUR BTN yang diterima dari Bank BTN Cabang Pemuda Medan.
142
Kasmir, Op. Cit., Halaman 98
143
Hasil Wawancara dengan Ibu Erika Rizki Prawitasari selaku karyawan di bidang Analisis Kredit pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan pada tanggal 8 Juni 2015.
264BPPP tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata cara penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit
bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah melalui alternatif penanganan secara penjadwalan kembali rescheduling,
persyaratan kembali reconditioning, dan penataan kembali restructuring. Dalam surat edaran tersebut yang dimaksud dengan
penyelamatan kredit bermasalah melalui rescheduling, reconditioning, dan restructuring adalah sebagai berikut:
144
1. Melalui rescheduling penjadwalan kembali
Merupakan suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan
dengan jadwal pembayaran kembalijangka waktu kredit termasuk tenggang grace period, termasuk perubahan jumlah
angsuran. Bila perlu dengan penambahan kredit. 2.
Melalui reconditioning persyaratan kembali Yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh
persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, danatau jangka waktu kredit saja.
Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau
sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan. 3.
Melalui restructuring penataan kembali
144
Hermansyah, Op.Cit, Halaman 76
Yaitu upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau
melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling
danatau reconditioning. Selain penyelesaian melalui tindakan administratif, terhadap kredit
yang sudah pada tahap kualitas macet maka penanganannya lebih banyak ditekankan melalui beberapa upaya yang lebih bersifat pemakaian
kelembagaan hukum, diantaranya:
145
1. Melalui Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan
Piutang Negara. 2.
Melalui badan peradilan. 3.
Melalui arbitrase atau Badan Administratif Penyelesaian Sengketa.
Ad.1 Penyelesaian kredit bermasalah melalui PUPNBUPN Kredit bermasalah terutamanya golongan kredit macet pada bank
milik negara merupakan salah satu bentuk yang dikategorikan sebagai piutang negara karena bank milik negara merupakan salah
satu badan yang secara langsung atau tidak langsung dikuasai negara. Dengan demikian sesuai dengan ketentuan Pasal 12
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 49 Tahun
145
Muhamad Djumhana, Op. Cit., Halaman 561
1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, penyelesaian kredit bank milik negara dapat diusahakan melalui Panitia Urusan Piutang
Negara, panitia ini merupakan suatu panitia interdepartemental, yang anggotanya terdiri atas wakil dari Departemen Keuangan;
Departemen Hankam; Kejaksaan agung; dan dari Bank Indonesia. Sedangkan struktur organisasinya terdiri atas PUPN pusat, wilayah,
dan cabang.
146
Apabila sudah ditetapkan keputusan pengadilan yang kemudian mempunyai kekuatan hukum tetap untuk dilaksanakan, tetapi
debitur tetap tidak melunasi utangnya, pelaksanaan keputusan tersebut dilaksanakan atas dasar perintah dan dengan pimpinan
Ad.2 Penyelesaian kredit bermasalah melalui badan peradilan Apabila dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya, setiap
kreditur dapat mengajukan gugatan untuk memperoleh keputusan pengadilan. Peradilan yang dapat menyelesaikan dan menangani
kredit bermasalah, yaitu peradilan umum melalui gugatan perdata dan peradilan niaga melalui gugatan kepailitan. Penyelesaian
gugatan perdata biasa telah sering dilakukan sejak dahulu. Namun untuk penyelesaian melalui gugatan kepailitan, baru dikembangkan
kembali setelah dibentuknya peradilan khusus yang disebut peradilan niaga.
146
Ibid., Halaman 562
ketua pengadilan negeri yang memeriksa gugatannya pada tingkat pertama, menurut ketentuan HIR Pasal 195, dan selanjutnya. Atas
perintah ketua pengadilan tersebut dilakukanlah penyitaan harta kekayaan debitur, untuk kemudian dilelang dengan perantaraan
kantor lelang. Dari hasil pelelangan itu kreditur memperoleh pelunasan utangnya.
147
Menurut Sidharta P. Soerjadi, pada umumnya pada bagian akhir perjanjian kredit dapat dicantumkan suatu klausula yang
menentukan bahwa apabila timbul sengketa sebagai akibat perjanjian tersebut, para pihak akan memilih penyelesaian melalui
arbitrase perwasitan. Selanjutnya diterangkan bahwa penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini didasarkan pada
ketentuan Pasal 615 R.v Reglement op de Rechtsvordering yang menetapkan bahwa:
Ad.3 Penyelesaian kredit bermasalah melalui arbitrase
148
Cara penyelesaian melalui arbitrase ini dilakukan melalui lembaga arbitrase, yaitu suatu badan yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu. Penggunaan lembaga arbitrase dalam penyelesaian
“Setiap orang dapat mengadakan persetujuan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang akandapat terjadi
melalui arbitrase.”
147
Ibid., Halaman 566
148
Ibid., Halaman 568
sengketa perdagangan termasuk dalam menyelesaikan sengketa perkreditan didasarkan pada beberapa keuntungan tertentu yang
tidak diperoleh dari penyelesaian selain arbitrase. Salah satu dari keuntungan tersebut, yaitu penyelesaiannya relatif tidak
memerlukan waktu yang lama dan dengan sifatnya yang tertutup ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 maka
diharapkan nama baik para pihak terjaga. Pada penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan beberapa
kelebihan dari penyelesaian sengketa melalui arbitrase, yaitu para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil; para
pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase;
serta putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara prosedur sederhana saja
ataupun langsung dapat dilaksanakan. Namun penyelesaian melalui arbitrase ini pun ada kelemahannya, yaitu tidak adanya
kemungkinan untuk minta sita jaminan konservatoir, seperti halnya pada gugatan perdata biasa.
149
149
Ibid., Halaman 569
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erika selaku karyawan bidang analisis kredit pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan, upaya
yang dilakukan dalam penyelesaian kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat ini adalah berupa:
150
1. Penagihan langsung kepada debitur
Langkah pertama yang diambil adalah dengan melakukan penagihan dengan menemui debitur secara langsung. Setelah itu
akan dibicarakan secara kekeluargaan, apabila debitur mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan maka
sesuai kebijakan yang dimiliki oleh BTN Cabang Pemuda Medan debitur akan mendapat solusi kelonggaran pembayaran angsuran
untuk bulan-bulan tertentu dengan catatan bahwa seluruh pinjaman utang harus dilunasi sampai batas jatuh tempo.
2. Melakukan claim asuransi
Dalam hal debitur tetap tidak menanggapi peringatan tertulis tersebut maka Bank BTN Cabang Pemuda Medan mengajukan
klaim terhadap PT Askrindo dan Perum Jamkrindo. Jaminan ini hanya bersifat sementara karena perusahaan penjamin
tersebut akan kembali melakukan penagihan kepada bank penyalur KUR. Maka penagihan pengembalian pinjaman tetap
dilaksanakan bank terhadap debitur karena sumber dana KUR BTN adalah sepenuhnya dana Bank BTN yang berasal dari
150
Hasil Wawancara dengan Ibu Erika Rizki Prawitasari selaku karyawan di bidang Analisis Kredit pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan pada tanggal 8 Juni 2015.
simpanan masyarakat yang dihimpun berupa giro, tabungan, dan deposito.
3. Lelang agunan
Apabila telah diupayakan penagihan dan claim asuransi namun debitur tetap tidak dapat menyelesaikan pengembalian kredit
karena macet, maka tindakan yang dapat diakukan bank adalah menyita agunan yang disediakan debitur dan melakukan lelang
agunan untuk meng-cover kredit yang belum dilunasi yang pelaksanaannya akan dilakukan pada bagian pelelangan.
Sebagai usaha yang penuh risiko, sebelum memberikan kredit, seyogianya bank melakukan analisis kredit yang saksama, teliti, dan
cermat dengan didasarkan pada data yang aktual dan akurat, sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusannya. Oleh karena itu, setiap
pemberian kredit tentunya telah memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai dengan asas perkreditan yang sehat.
151
151
Rachmadi Usman, Loc. Cit., Halaman 255
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan