Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai Kasus

penundaan dan angsuran, serta pembuatan usulan penghapusan piutang pajak berdasarkan ketentuan peraturan per- Undang-Undangan yang berlaku. Kepala Seksi penagihan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah: a. Melakukan penatausahaan piutang pajak, usul penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Melakukan penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP, Sita, Urusan Lelang, dan dukungan penagihan lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku. 7 Seksi Pemeriksaan Seksi Pemeriksaan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pemeriksaan yang tugasnya adalah: a. Mengkoordinir penyusunan rencana pemeriksaan. b. Melakukan pelaksanaan pemeriksaan dan, c. Penerbitan serta penyaluran Surat Perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

2.4. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai

1 Sub Bagian Umum Jumlah Pegawai : 7 Orang termasuk 1 satu orang Kasubbag Umum 2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi PDI Universitas Sumatera Utara Jumlah Pegawai : 9 Orang termasuk 1 satu orang Kepala Seksi 3 Seksi Pelayanan Jumlah Pegawai : 10 Orang termasuk 1 satu orang Kepala Seksi 4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Jumlah Pegawai : 6 Orang termasuk 1 satu orang Kepala Seksi 5 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Jumlah Pegawai : 6 Orang termasuk 1 satu orang Kepala Seksi 6 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Jumlah Pegawai : 6 Orang termasuk 1 satu orang Kepala Seksi 7 Seksi Ekstensifikasi Jumlah Pegawai : 10 Orang termasuk 1 satu orang Kepala Seksi 8 Seksi Penagihan Jumlah Pegawai : 7 Orang termasuk 1 satu orang Kepala Seksi 9 Seksi Pemeriksaan Jumlah Pegawai : 2 Orang termasuk 1 satu orang Kepala Seksi 10 Seksi Fungsi Pemeriksaan Jumlah Pegawai : 10 Orang Universitas Sumatera Utara BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI PKLM

3.1 Dasar Hukum Pajak Penghasilan PPh Pasal 25

Dasar hukum PPh Pasal 25 adalah Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1991, Undang-Undang Nomor 10 tahun 1994, dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000, terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008. Uraian yang mengacu pada Pasal 25 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan PPh, selanjutnya aturan pelaksanaannya diperbaharui yaitu: 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 522KMK.042002 tanggal 14 Desember 2000 tentang perhitungan besarnya Angsuran Pajak Penghasilan PPh dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi, BUMN BUMD, dan Wajib Pajak lainnya termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi, pengusaha Tertentu. Keputusan ini telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84KMK.042002 tanggal 08 Maret 2002. 2 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 210 PJ 2001 tanggal 12 Maret tentang besarnya pembayaran angsuran bulanan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dalam masa transisi tahun pajak 2001. Universitas Sumatera Utara

2.1.1. Definisi Pajak Penghasilan PPh Pasal 25

Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 adalah ketentuan yang mengatur tentang perhitungan besarnya angsuran bulanan pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak WP dalam tahun berjalan. Angsuran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak WP pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan SPT Tahunan PPh.

2.1.2. Batas Waktu Pelaporan dan Pembayaran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25

Dalam Pajak Penghasilan dikenal adanya suatu batas bagi Wajib Pajak untuk melakukan kewajibannya yaitu membayar pajak dan melaporkannya. Ketentuan ini tentu saja dimaksudkan untuk adanya ketertiban dalam administrasi perpajakan dan juga untuk memudahkan dalam pengawasan yang dilakukan oleh otoritas perpajakan. Untuk menjamin dilaksanakannya ketentuan seperti ini, maka atas pelanggarannya akan dikenakan sanksi berupa sanksi bunga Pasal 9 ayat 2a atas keterlambatan penyetoran dan sanksi denda Pasal 7 atas keterlambatan atau tidak menyampaikan SPT. 2.1.2.1. Batas Waktu Pelaporan Surat Pemberitahuan SPT 1 SPT Masa Tanggal jatuh tempo pembayaran masa ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan kuasa Pasal 9 ayat 1 UU KUP. Sementara itu, tanggal jatuh tempo pembayaran SPT Masa diatur dalam Pasal 3 UU KUP Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1 Jangka Waktu Pelaporan SPT Masa No Jenis Pajak Yang Menyampaikan SPT Batas Waktu Pelaporan 1 PPh Pasal 21 Pemotong PPh Pasal 21 Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 2 PPh Pasal 22 atas impor Pemungut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC Selambat-lambatnya 7 hari setelah masa pajak berakhir 3 PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah Selambat-lambatnya 14 hari setelah masa pajak berakhir 4 PPh Pasal 22 atas bahan bakar Pemungut Pertamina Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 5 PPh Pasal 22 Badan Tertentu Pihak yang melakukan penyerahan Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 6 PPh Pasal 23 Pemotong PPh Pasal 23 Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 7 PPh Pasal 25 Wajib Pajak yang mempunyai NPWP Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 8 PPh Pasal 26 Pemotong PPh Pasal 26 Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 9 PPN dan PPnBM Bendaharawan Pemerintah Selambat-lambatnya 14 hari setelah masa pajak berakhir 10 PPN dan PPnBM Pemungut PPN selain Bendaharawan Pemerintah Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 11 PPN dan PPnBM Pemungut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Selambat-lambatnya 7 hari setelah masa pajak berakhir Sumber : Peraturan Menteri Keuangan No. 184PMK.032007 2 SPT Tahunan Tabel 3.2 Jangka Waktu Pelaporan SPT Tahunan No Jenis Pajak Yang menyampaikan SPT Batas Waktu Pelaporan 1 SPT PPh Tahunan OP dan Wajib Pajak yang mempunyai NPWP Tanggal 31 bulan ketiga setelah tahun pajak atau Universitas Sumatera Utara melakukan pekerjaan bebas bagian tahun pajak 2 SPT PPh Tahunan Badan Wajib Pajak yang mempunyai NPWP Tanggal 31 bulan keempat setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak Sumber : Peraturan Menteri Keuangan No. 184PMK.032007 2.1.2.2. Batas Waktu Pembayaran Surat Pemberitahuan SPT Pembayaran pajak penyetoran pajak, diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP, juga dengan peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184PMK.032007 tanggal 28 Desember 2007 dan peraturan Menteri Keuangan Nomor 187PMK.032007 tanggal 28 Desember 2007 , ringkasannya sebagai berikut: 1 Sarana untuk membayar pajak adalah Surat Setoran Pajak SSP. 2 Tempat pembayaran yang ada pada saat ini adalah Kantor Pos dan Giro serta Bank-Bank yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. 3 Jangka waktu pembayaran: a. SPT Masa Tabel 3.3 Jangka Waktu Pembayaran SPT Masa No Jenis Pajak Yang Menyampaikan SPT Batas Waktu Pembayaran 1 PPh Pasal 21 Pemotong PPh Pasal 21 Tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 2 PPh Pasal 22 atas impor Pemungut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC Harus disetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan dilakukan Universitas Sumatera Utara 3 PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah Pada hari yang sama dengan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja negara 4 PPh Pasal 22 atas bahan bakar Pemungut Pertamina Harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum penebusan Delivery Order DO 5 PPh Pasal 22 Badan Tertentu Pihak yang melakukan penyerahan Tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 6 PPh Pasal 23 Pemotong PPh Pasal 23 Tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 7 PPh Pasal 25 Wajib Pajak yang mempunyai NPWP Tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 8 PPh Pasal 26 Pemotong PPh Pasal 26 Tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 9 PPN dan PPnBM Bendaharawan Pemerintah Tanggal 7 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 10 PPN dan PPnBM Pemungut PPN selain Bendaharawan Pemerintah Tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir 11 PPN dan PPnBM Pemungut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai disetor jangka wakru sehari setelah pemungutan dilakukan. Sumber : Peraturan Menteri Keuangan No. 184PMK.032007 b. SPT Tahunan Tabel 3.4 Jangka Waktu Pembayaran SPT Tahunan No Jenis Pajak Yang menyampaikan SPT Batas Waktu Pembayaran 1 SPT PPh Tahunan OP yang melakukan pekerjaan bebas Wajib Pajak yang mempunyai NPWP Tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak sebelum SPT disampaikan 2 SPT PPh Tahunan Badan Wajib Pajak yang mempunyai NPWP Tanggal 25 bulan keempat setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak sebelum SPT disampaikan Universitas Sumatera Utara Sumber : Peraturan Menteri Keuangan No. 184PMK.032007 Jangka waktu pelunasan Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, paling lama 1 bulan sejak tanggal penerbitan.

2.1.3. Syarat-Syarat Permohonan Pengurangan Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25

Dalam permohonan angsuran PPh Pasal 25 yang diajukan oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan PPh. Adapun syarat-syarat yang diajukan oleh Wajib Pajak tersebut adalah: 1 Apabila sesudah 4 empat bulan atau lebih berjalannya satu tahun pajak, Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa PPh yang terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75 dari PPh yang terutang yang menjadi dasar perhitungan besarnya PPh Pasal 25. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya PPh Pasal 25 secara tertulis kepada KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. Universitas Sumatera Utara 2 Dalam pengajuan permohonan pengurangan PPh Pasal 25 sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Wajib Pajak harus menyampaikan perhitungna besarnya PPh yang akan terutang berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan 3 Apabila dalam jangka waktu 1 satu bulan sejak diterimanya dengan lengkap surat permohonan pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepala KPP tidak memberikan keputusan, maka permohonan pengurangan tersebut dianggap diterima dan Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran PPh Pasal 25 sesuai dengan perhitungannya. 4 Apabila dalam suatu tahun pajak Wajib Pajak mengalami peningkatan usaha yang diperkirakan PPh yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut lebih dari 150 dari PPh yang terutang yang menjadi dasar perhitungan besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa sampai dengan akhir tahun pajak yang bersangkutan dihitung kembali berdasarkan PPh yang diperkirakan terutang tersebut. 5 Selama belum ada tanggapan dari KPP, maka Wajib Pajak harus tetap membayar angsuran seperti bulan-bulan yang lalu. Jangka waktu pemerosesan adalah 1 satu bulan sejak saat permohonan diterima secara lengkap. Dalam hal 1 satu bulan tidak bisa dipenuhi oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan sesuai dengan perhitungan Wajib Pajak. Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Tata Cara Perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak WP setiap bulanya dilakukan dengan cara menghitung selisih pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan SPT Pajak Penghasilan PPh tahun pajak yang lalu dengan kredit pajak berupa Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 dibagi dengan 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. Kredit pajak yang dimaksud adalah kredit pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP Nomor 6 tahun 1983 dan terakhir diubah menjadi Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, yaitu suatu jumlah yang merupakan angsuran pajak baik yang telah dipungut dipotong maupun dibayar berdasarkan ketentuan yang berlaku, yang dapat dikreditkan atau diperhitungkan dengan pajak yang terutang untuk seluruh tahun pajak. Dalam pelaksanaan PPh Pasal 25 mempunyai ketentuan sebagai berikut: 1 Setelah mengetahui selisih pajak yang terutang pada tahun yang lalu, maka kita dapat mengetahui besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulannya pada tahun sekarang yaitu sebesar selisih pajak dibagi dengan 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. 2 Batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi adalah 3 tiga bulan setelah tahun pajak berakhir. Karena dalam hal ini tidak sempat menghitung besarnya angsuran pajak sekarang, maka ditetapkan angsuran pajak bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT PPh adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang Universitas Sumatera Utara lalu, tetapi tidak boleh lebih dari rata-rata angsuran bulanan tahun pajak yan lalu. 3 Angsuran bulanan yang menggunakan Surat Ketetapan Pajak SKP dihitung menurut Surat ketetapan Pajak SKP terakhir. 4 Dalam hal-hal tertentu Direktur Jenderal Pajak memberikan wewenang untuk menyelesaikan perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak WP dalam tahun berjalan, yang besar angsuran bulanannya mendekati kewajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari contoh berikut: PPh yang terutang berdasarkan SPT PPh OP tahun 2008 Rp 50.000.000,- Dikurangi: - PPh yang dipotong pemberi kerja Pasal 21 Rp 15.000.000,- - PPh yang dipungut oleh pihak lain Pasal 22 Rp 10.000.000,- - PPh yang dipotong oleh pihak lain Pasal 23 Rp 2.500.000,- - Kredit PPh Luar Negeri Pasal 24 Jumlah Kredit Pajak Rp 7.500.000,- Rp 35.000.000,- Selisih Rp 15.000.000,- Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan mulai bulan Maret sampai dengan Desember tahun 2008 adalah sebesar: Rp 15.000.000,- 12 = Rp 1.250.000,- Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Surat Ketetapan Pajak SKP sebagai Dasar Perhitungan Angsuran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25

Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak SKP untuk tahun pajak yang lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah penerbitan SKP. SKP dapat dipakai sebagai dasar perhitungan angsuran PPh Pasal 25 dalam hal sebagai berikut: 1 Apabila telah diterbitkan SKP untuk 2 dua tahun pajak sebelum Surat Pemberitahuan SPT PPh tahun pajak yang lalu, yang menghasilkan angsuran pajak yang lebih besar dari pada jumlah angsuran pajak bulan lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembaliberdasarkan SKP tahun pajak terakhir dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan SKP. 2 Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan SKP untuk 2 dua tahun pajak sebelumnya yang menghasilkan jumlah angsuran pajak yang lebih besar dari jumlah angsuran pajak bulan lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan SKP tahun pajak terakhir dan berjalan mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan SKP.

2.2. Surat Tagihan Pajak STP

2.2.1. Dasar Hukum Surat Tagihan Pajak STP

Universitas Sumatera Utara Dasar hukum yang melandasi dikeluarkannya STP adalah Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994, dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 14 dan terakhir di ubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP. Surat Tagihan Pajak STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak SKP sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa. Uraian yang mengacu pada Surat Tagihan Pajak STP dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP, selanjutnya aturan pelaksaannya terdapat dalam: 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 189PMK.032007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak. 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 187PMK.032007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Jangka Waktu Pelunasan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Universitas Sumatera Utara 3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24PMK.032008 tanggal 6 Februari tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan seketika Sekaligus.

2.2.2. Definisi Surat Tagihan Pajak STP

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 19, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Surat Tagihan Pajak STP adalah Surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

2.2.3. Faktor Penyebab diterbitkan Surat Tagihan Pajak STP

Dalam hukum diterbitkannya Surat Tagihan Pajak STP tercantum di dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP yang menyatakan Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat tagihan Pajak STP, apabila: 1 Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar 2 Dari hasil penelitian Surat pemberitahuan SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung. 3 Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga. Universitas Sumatera Utara 4 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak PKP, tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu. 5 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak PKP tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, kecuali faktur pajak tersebut telah mencantumkan: a. Identitas pembeli b. Identitas pembeli serta nama dan tanda tangan dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak PKP pedagang eceran. 6 Pengusaha Kena Pajak PKP melaporkan faktur pajak tida sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak.

2.2.4. Fungsi Surat Tagihan Pajak STP

Surat Tagihan Pajak STP berfungsi, antara lain: 1 Sebagai alat untuk mengoreksi atas besarnya jumlah pajak terutang Surat Pemberitahuan SPT wajib pajak. Maksud dari fungsi Surat Tagihan Pajak STP sebagai alat untuk mengoreksi atas besarnya jumlah pajak yang terutang Surat Pemberitahuan SPT wajib pajak adalah jika pajak dalam tahun berjalan Universitas Sumatera Utara yang tidak atau kurang bayar disetor atau pun kekurangan pembayaran penyetoran pajak akibat salah tulis dan atau salah hitung dalam Surat pemberitahuan SPT. 2 Sebagai sarana untuk mengenakan sanksi administrasi berua bunga dan atau denda. Maksud dari fungsi Surat Tagihan Pajak STP sebagai sarana untuk mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda adalah: a. Sanksi administrasi berupa denda atas keterlambatan menyampaiakn Surat Pemberitahuan SPT, yaitu: - SPT Tahunan PPh orang pribadi Rp 100.000,- - SPT Tahunan PPh Badan Rp 1.000.000,- - SPT Masa PPN Rp 500.000,- - SPT Masa Lainnya Rp 100.000,- b. Sanksi administrasi berupa bunga dalam hal wajib pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan SPT nya. c. Sanksi administrasi berupa bunga apabila wajib pajak terlambat tidak membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya. 3 Alat untuk menagih.

2.2.5. Sanksi Administrasi Surat Tagihan Pajak STP

Sanksi-sanksi administrasi dari Surat Tagihan pajak STP, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dala Surat Tagihan Pajak STP ditambah dengan sanksi administrsi berupa bunga sebesar 2 dua persen per bulan untuk paling lama 24 dua puluh empat bulan Maksimum 48, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai diterbitkannya Surat Tagihan Pajak STP. 2 Terhadap Pengusaha Kena Pajak PKP dikenakan sanksi administrasi berupa dena sebesar 2 dari Dasar Pengenaan Pajak DPP. 3 Terhadap Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak PKP tetapi membuat faktur pajak, tidak dikenai sansi administrasi tetapi dikenai sanksi pidana perpajakan. 4 Terhadap Pengusaha Kena Pajak PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan PM diwajibkan membayar kembali Pajak Pertambahan Nilai PPN ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 per bulan sejak SKPKPP sampai dengan STP.

2.2.6. Perhitungan Sanksi Administrasi atas Surat Tagihan Pajak STP

Dalam Pasal 14 ayat 3 mengatur pengenaan sanksi administrasi berupa bunga atas Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan karena: 1 Penelitian Surat Pemberitahuan SPT yang menghasilkan pajak kurang dibayar karena terdapat salah tulis dan atau salah hitung 2 Pajak Penghasilan PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. Untuk jelasnya cara perhitungannya diberikan contoh sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1 Hasil penelitian Surat Pemberitahuan SPT. SPT Tahunan PPh PPh tahun 2008 yang disampaikan tanggal 31 Maret 2009 setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan PPh kurang bayar sebesar Rp 2.000.000,-. Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP tanggal 14 Juni 2009 dengan perhitungan sebagai berikut: - Kekurangan bayar Pajak penghasilan Rp 2.000.000,- - Bunga = 3 x 2 x Rp 2.000.000,- - Jumlah yang harus dibayar Rp 2.120.000,- Rp 120.000,- 2 Pajak Penghasilan PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. PPh Pasal 25 tahun 2008 setiap bulan sebesar Rp 200.000.000,- jatuh tempo misalnya setiap tanggal 15. Pada bulan Juni 2008, dibayar tepat waktu seesar Rp 80.000.000,-. Atas kekurangan Pajak penghasilan PPh Pasal 25 tersebut diterbitkan STP tanggal 18 September 2008 dengan perhitungan sebagai berikut: - Kekurangan bayar Pajak Penghasilan Rp 120.000.000,- - Bunga = 3 x 2 x Rp 120.000.000,- - Jumlah yang harus dibayar Rp 127.200.000,- Rp 7.200.000,- 3 Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak yang tidak atau kurang bayar pada saat jatuh tempo pembayaran. Universitas Sumatera Utara Surat Ketetapan Pajka Kurang Bayar SKPKB Pajak Penghasilan PPh tahun 2008 diterbitkan tanggal 18 September 2008 misalnya jatuh tempo tanggal 17 Oktober 2008. Wajib pajak membayar tanggal 30 Oktober 2008 sebesar Rp 200.000.000,-. STP diterbitkan dengan perhitungan sebagai berikut: - Pajak yang terlambat dibayar Rp 200.000.000,- - Bunga = 1 x 2 x Rp 200.000.000,- - Jumlah yang harus dibayar Rp 204.000.000,- Rp 4.000.000,-

2.3. Kasus

1 Tuan Muliadi adalah seorang pengusaha di bidang servis pemeliharaan kenderaan bermotor telah beristri dan mempunyai 3 tiga orang anak. Dalam tahun 2008 dari penjumlahan seluruh penghasilannya berjumlah Rp 600.000.000,-. Penghasilan istrinya dari usaha tataboga Rp 75.000.000. Berapa besar pajak yang terutang dalam SPT PPh tahun pajak 2008 dan berapa besarnya angsuran PPh menurut Pasal 25 untuk tahun 2009? Penyelesaian: Penghasilan - Penghasilan Suami Rp 600.000.000,- - Penghasilan Istri Jumlah Penghasilan Rp 675.000.000,- Rp 75.000.000,- PTKP Universitas Sumatera Utara - WP Rp 13.200.000,- - WP Menikah Rp 1.200.000,- - Istri Bekerja Rp 13.200.000,- - Tanggungan 3 Jumlah PTKP Rp 3.600.000,- Penghasilan Kena Pajak Rp 643.800.000,- Rp 31.200.000,- Besarnya PPh yang Terutang 5 x Rp 25.000.000,- = Rp 1.250.000,- 10 x Rp 25.000.000,- = Rp 2.500.000,- 15 x Rp 50.000.000,- = Rp 7.500.000,- 25 x Rp 100.000.000,- = Rp 25.000.000,- 35 x Rp 443.800.000,- = Jumlah Rp 191.580.000,- Rp155.330.000,- Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2009 112 x Rp 191.580.000,- = Rp 15.965.000 2 Tn. Arisanto adalah seorang pemilik toko roti di daerah Binjai. Pada tahun 2009 tokonya tersebut memberikan penghasilan bruto sebesar Rp 800.000.000,-. Sebagai variasi, sejak bulan Mei 2009 Tn. Arisanto juga bekerja sebagai manajer di PT.BAHARI dengan penghasilan perbulan sebagai berikut: - Gaji Pokok = Rp 6.000.000,- Universitas Sumatera Utara - Tunjangan Kesehatan = Rp 2.000.000,- - Makan Siang = Rp 1.000.000,- - Premi Asuransi Dibayar Perusahaan = Rp 500.000,- - Iuran THT Dibayar Perusahaan = Rp 250.000,- - Iuran Pensiun Dibayar Sendiri = Rp 400.000,- Untuk menambah penghasilan suaminya, Ny. Arisanto membuka sebuah salon di daerah Pangkalan Brandan. Peredaran usaha selama tahun 2009 mencapai Rp 600.000.000,-. Tn. Arisanto memiliki 2 dua orang anak lelaki yang masih kuliah. Keterangan tambahan: - NPPN Perdagangan 10 Ibu Kota Provinsi Besar = 20 - NPPN Jasa 10 Ibu Kota Provinsi Besar = 40 - NPPN Perdagangan Ibu Kota Provinsi Lainnya = 15 - NPPN Jasa Ibu Kota Provinsi Lainnya = 35 - NPPN Perdagangan Daerah Lainnya = 10 - NPPN Jasa Daerah Lainnya = 30 - Atas penghasilan dari perusahaan telah dipotong PPh Pasal 21 oleh perusahaan - Masih terdapat sisa kerugian tahun 2007 sebesar Rp 10.000.000,- Universitas Sumatera Utara - Selama tahun 2009 telah membayar PPh Pasal 25 sebesar Rp 8.000.000,- - Pada tahun 2009 Tn. Arisanto pergi ke Thailand menggunakan pesawat terbang, tetapi bebas fiskal karena memiliki NPWP. Berapa besar pajak yang terutang dalam SPT PPh tahun pajak 2009 dan berapa besarnya angsuran PPh menurut Pasal 25 untuk tahun 2010? Penyelesaian: Penghasilan dari pekerjaan Tn. Arisanto di PT. Bahari Penghasilan Bruto - Gaji 8 x Rp 6.000.000,- Rp 48.000.000,- - Tunj. Kesehatan 8 x Rp 2.000.000,- Rp 16.000.000,- - Premi Asuransi 8 x Rp 500.000,- Rp 68.000.000,- Rp 4.000.000,- Pengurangan - Biaya jabatan 5 x Rp 68.000.000,- Rp 3.400.000,- Maks 8 x Rp 500.000,-=Rp 4.000.000,- - Iuran Pensiun dibayar sendiri 8 x Rp 400.000,- Rp 3.200.000,- Penghasilan neto Rp 61.400.000,- Rp 6.600.000,- PTKP - Wp Rp 15.840.000,- - Kawin Rp 1.320.000,- - Tanggungan Rp 2.640.000,- Rp 19.800.000,- Universitas Sumatera Utara PKP Rp 41.600.000,- PPh terutang 5 x Rp 41.600.000,- = Rp 2.080.000,- Penghasilan dari Usaha - Usaha toko roti Tn. Arisanti di Binjai 10 x Rp 800.000.000,- Rp 80.000.000,- - Usaha salon Ny. Arisanti di P. Brandan 30 x Rp 600.000.000,- Jumlah penghasilan dari usaha Rp 260.000.000,- Rp 180.000.000,- Perhitungan PPh Pasal 21 Penghasilan neto - Penghasilan dari pekerjaan Rp 61.400.000,- - Penghasilan dari usaha Jumlah penghasilan neto Rp 321.400.000,- Rp 260.000.000,- Biaya-biaya yang boleh dikurangkan - Zakat Penghasilan neto setelah dikurangi biaya Rp 315.400.000,- Rp 6.000.000,- PTKP - Wp Rp 15.840.000,- - Istri Rp 15.840.000,- - Kawin Rp 1.320.000,- - Tangggungan 2 Rp 2.640.000,- Rp 279.760.000,- Rp 35.640.000,- PPh terutang 5 x Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000,- 15 x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,- Universitas Sumatera Utara 25 x Rp 29.760.000,- = Rp 39.940.000,- Rp 7.440.000,- Kredit Pot Put - PPh Pasal 21 atas pekerjaan PPh yang masih harus dibayar sendiri Rp 37.860.000,- Rp 2.080.000,- Kredit PPh yang dibayar sendiri - PPh Pasal 25 PPh yang masih harus dibayar Kurang Bayar Rp 29.860.000,- Rp 8.000.000,- PPh Pasal 25 Angsuran Angsuran per bulan = Rp 37.860.000,- 12 = Rp 3.155.000,- Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISA DAN LAPORAN

4.1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak terhadap SPT Masa PPh Pasal 25 dan