Tanah DaratPerkebunan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat

BAB IV TRADISI MASYARAKAT JANJI MAULI DARI TAHUN 1900-1980

4.1 Adat Istiadat

Adat dan agama bukanlah dua hal yang berdiri satu di samping yang lain dan saling terikat, dan jangan juga orang menganggap bahwa agama berada di atas adat. 43 Tetapi adat harus dipahami sebagai keberagaman totaliter dari manusia yang diliputi oleh tradisi mistisnya. Sifat khas keberagaman ini terdapat dalam dijaminnya keselamatan melalui kesetiaan yang kokoh kepada apa yang orang anut. Adat bukanlah agama itu sendiri, melainkan pelaksanaannya secara menyeluruh, yang diperlukan untuk memberlakukan peristiwa-keselamatan dari zaman purba kala. 44 Dalam adat tetaplah orang-orang hidup dan orang-orang mati terikat satu sama lain secara sungguh-sungguh, dan mereka tetap mempunyai kewajiban- kewajiban satu sama lain. 45 Oleh sebab itu adat sebagai tertib kehidupan yang disusun dalam bentuk tradisi mistis tak dapat tidak merupakan sesuatu yaang lebih tinggi dari pada suatu kejadian di bumi ini semata-mata. Bagi masyarakat, tidak cukup kalau kita menerjemahkan kata “adat” itu dengan kata-kata seperti “kebiasaan” dan “kelaziman”. Kata-kata ini tidak sanggup mengatakan bahwa adat itu pertama-tama bersangkut paut dengan agama suku, dan dengan keberagaman rakyat. Semua adat 43 Bnd. Keputusan Sinode Gereja Batak HKBP thn. 1937. 44 Lothar Schreiner, op.Cit., hal. 29. 45 Orang Batak Toba menyatakan dalam pepatah: sirang pe badanna, uhumna ndang sirang, artinya walaupun ia terpisah secara badan, tetapi secara undang-undanghukum ia tidak terpisahkan. pada akhirnya bersangkut-paut dengan pemujaan nenek-moyang, oleh karena adat bersangkut paut dengan kehidupan, yang hanya layak disebut kehidupan kalau dipenuhi keseimbangan dan ketertiban. Dalam tunduknya kepada adat, manusia dapat menemukan kebahagiaan dan harmoni untuk hidupnya. Pelaksanaan adat dalam kehidupan masyarakat Janji Mauli dilakukan berdasarkan struktur dan sistem hukum adat yang disebut dengan Dalihan na Tolu. Hal ini mengandung arti bahwa masyarakat Janji Mauli menganut sistem sosial yang tergabung dalam satu tatanan struktur yang terdiri atas kahanggi, mora, dan anak boru. Ketiga kelompok ini mempunyai kedudukan dan fungsi tertentu dalam struktur hukum adat Janji Mauli. Seseorang dapat dikategorikan ke dalam kelompok ini berdasarkan situasi, kondisi, dan tempat. Setiap orang secara pribadi dapat memiliki 3 kategori tersebut dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat Janji Mauli. Kedudukan seseorang dalam masyarakat Janji Mauli sangat fleksibel dalam struktur adat sehingga dapat menyesuaikan diri apabia dibutuhkan. 1. Kahanggi adalah kelompok keluarga semarga atau yang mempunyai garis keturunan yang sama satu dengan yang lainnya di dalam sebuah huta atau desa dan merupakan pendiri kampung. 2. Anak boru adalah kelompok keluarga yang dapat atau yang mengambil istri dari kelompok suhut. Anak boru juga berarti keluarga penerima anak perempuan. 3. Mora merupakan kelompok keluarga pemberi anak perempuan. Dalam upacara-upacara adat, Dalihan na Tolu mempunyai kedudukan yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi yang telah diatur dalam hukum adat. Seseorang yang na pajonjongkon adat, 46 maka ia berkedudukan sebagai suhut. Suhut dengan dukungan kahanggi harus melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dengan memegang prinsip Songon siala sampagul, rap tu ginjang rap tu toru, madabu rap margulu, sabara sabustak, salumpat saindage, sigaton lai-lai, yang artinya adalah mereka harus senasib sepenanggungan, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Suhut dan kahanggi tidak dapat dipisahkan dan perselisihan paham harus mampu mempererat hubungan keduanya. 47 Fungsi Dalihan na Tolu sangat berkaitan dengan suatu horja atau pekerjaan yang berhubungan dengan urusan adat agar didapatkan kata sepakat. Hasil kata sepakat disebut dengan Domu ni tahi dan dalam hal ini seseorang yang akan mengadakan horja harus menjelaskan apa yang menjadi hajatnya. Masyarakat desa Janji Mauli sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat suku Angkola. Upacara adat seperti Horja Godang dan Mangupa merupakan rangkaian upacara adat perkawinan yang sampai sekarang tetap dilaksanakan secara turun temurun. 48 Upacara mangupa merupakan sarana utama bagi para kerabat untuk menyampaikan doa dan harapan mereka agar pengantin yang baru memasuki gerbang 46 Artinya yang melaksanakan adat. 47 Wawancara dengan Partahian Siregar, di Janji Mauli, 17 Februari 2015. 48 Wawancara dengan Partahian Siregar, di Janji Mauli, 17 Februari 2015.