Tujuan Pembinaan Pembinaan Agama Islam bagi Narapidana 1. Pengertian Pembinaan Agama Islam

Apabila di hubungkan dengan tujuannya maka pembinaan kepribadian sangat terkait erat dengan upaya pemulihan hubungan hidup dan kehidupan narapidana dengan masyarakatnya sedangkan pembinaan kemandirian sangat erat dengan upaya pemulihan hubungan penghidupan narapidana hubungan narapidana dengan pekerjaannya. Jadi bisa dikatakan, pembinaan ini adalah bekal untuk narapidana kembali untuk diterimanya sebagai anggota masyarakat seutuhnya oleh masyarakat. Dengan begitu pembinaan agama Islam ialah Suatu proses yang bertujuan membantu orang mengenal agama Islam, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan keagamaan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan baru untuk mencapai tujuan hidup yang benar, yang sedang dijalani dalam kesehariannya. Pembinaan membantu orang mengenal hambatan-hambatan, baik yang ada di luar maupun di dalam situasi hidup dan kerjanya, melihat segi-segi positif dan negatifnya serta menemukan pemecahan-pemecahan yang mungkin. Akan tetapi, pembinaan hanya mampu memberi bekal. Dalam situasi hidup dan kerja nyata, orang yang menjalani pembinaan harus bersedia mempraktekkan hasil pembinaannya. Karena disamping kehendak dan tekad dari pihaknya, masih banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi seperti penerimaan, dukungan, kerjasama dari orang-orang yang hidup dan bekerja bersamanya. 6 6 Andi Wijaya Rivai, Pemasyarakatan dalam Dinamika Hukum dan Sosial, Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan, 2012. Cet. Ke-2, h.26

3. Pembinaan Narapidana dan Tujuannya

Narapidana adalah orang hukuman 7 . Drs. Yusfar Lubis dkk memberi pengertian narapidana adalah seorang terhukum yang dikenakan pidana dengan menghilangkan kemerdekaannya ditengah-tengah masyarakat yang telah mendapat keputusan pengadilan Hakim 8 . Lebih luas lagi, narapidana adalah orang yang dijatuhi putusan pidana penjara oleh pengadilan karena melanggar hukum yang telah ditetapkan dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan atau rumah tahanan. Dari segi definisinya, maka dapat diketahui bahwa ciri-ciri narapidana adalah a. Ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan LP atau Rumah Tahanan Rutan negara. b. Dibatasi kemerdekaannya dalam hal-hal tertentu. Misalnya kebebasan bergaul dengan masyarakat, kebebasan bergerak atau melakukan aktifitas di masyarakat. Selain hal tersebut, seseorang yang dijatuhi pidana penjara dapat juga dibebani dengan pencabutan hak-hak tertentu sebagaimana diatur dalam pasal 35 1 KUHP yaitu : a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu. b. Hak memasuki angkatan bersenjata. c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum. 7 Soedarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, 1992, hlm, 293 8 Yusfar Lubis dkk, Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, Proyek Penerangan Departemen Agama, Jakarta, 1978, hlm. 13. d. Hak menjadi penasehat atau pengurus menurut hukum, hak menjadi wali, wali pengawas pengampu, atau pengampu pengawas atas orang yang bukan anak sendiri. e. Hak menjalankan kekuasaan Bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan atas anak sendiri. f. Hak menjalankan pencahariaan tertentu 9 . Pembinaan narapidana adalah penyampaian materi atau kegiatan yang efektif dan efesien yang diterima oleh narapidana yang dapat menghasilkan perubahan dari diri narapidana ke arah yang lebih baik dalam perubahan berfikir, bertindak atau dalam bertingkah laku. Secara umum narapidana adalah manusia biasa, seperti kita semua, tetapi tidak dapat menyamakan begitu saja, karena menurut hukum ada karakteristik tertentu yang menyebabkan seseorang disebut narapidana. Maka dalam membina narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan orang atau antara narapidana yang satu dengan yang lain. Pembinaan narapidana harus menggunakan empat komponen prinsip-prinsip pembinaan narapidana, yaitu sebagai berikut: a. Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri. Narapidana sendiri yang harus melakukan proses pembinaan bagi diri sendiri, agar mampu untuk merubah diri ke arah perubahan yang positif. b. Keluarga, yaitu keluarga harus aktif dalam membina narapidana. Biasanya keluarga yang harmonis besrperan aktif dalam pembinaan narapidana dan 9 Roeslan Saleh, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta, 1987, hlm. 64-65.

Dokumen yang terkait

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DALAM MENCEGAH TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KLAS II-A YOGYAKARTA.

0 2 13

PENDAHULUAN PENGARUH PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DALAM MENCEGAH TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KLAS II-A YOGYAKARTA.

0 2 24

PENUTUP PENGARUH PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DALAM MENCEGAH TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KLAS II-A YOGYAKARTA.

0 2 6

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB SLEMAN DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN.

0 3 10

PENDAHULUAN UPAYA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB SLEMAN DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN.

1 4 12

PENUTUP UPAYA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB SLEMAN DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN.

0 2 4

OPTIMALISASI PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI UPAYA MENCEGAH Optimalisasi Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Recidive (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen Tahun 2012).

0 1 17

OPTIMALISASI PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI UPAYA MENCEGAH Optimalisasi Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Recidive (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen Tahun 2012).

0 0 9

PERANAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN GUNA MENCEGAH PENGULANGAN TINDAK PIDANA (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Biaro Bukittinggi).

0 1 10

PEMBINAAN NARAPIDANA RESIDIVIS PELAKU TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB PARIAMAN.

4 11 11