Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Arti kata “Pembinaan ” secara terminologis, yaitu: Pembinaan adalah suatu upaya , usaha yang terus menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat. 3 Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki. 4 Sedangkan yang dimaksud pembinaan dalam undang-undang No 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tatacara hak warga binaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan yang maha esa intelektual sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan ruhani narapidana dan anak didik pemasyarakatan. 5 Jadi, pebinaan dapat dipahami sebagai suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik terhadap warga binaan pemasyarakatn yang bertujuan agar mereka warga binaan menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi 3 Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984, h. 8 4 Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga Bahagia dan Sejahtera, Jakarta: BP-4, 1994, h.3. 5 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, UU no.32 Tahun 1999, Syarat dan Tata Cara Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Jakarta: UU RI No. 32, 1999 kesalahan tindak pidana yang sama sehingga di anggap berguna serta berperan aktif bagi pembangunan bangsa, negara dan agama. Pembinaan hampir sama juga dengan bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang. 6 Dan juga dapat disebut sebagai suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kabahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 7 Sedangkan penyuluhan mengandung arti menerangi, menasehati atau memberi kejelasan kepada orang lain, memahami atau mengerti hal yang dialaminya. 8 Jadi menurut penulis, Pembinaan hampir sama dengan penyuluhan ataupun bimbingan yang sama-sama berusaha membentuk manusia menjadi lebih baik dan istiqomah dalam kebaikan, dapat beradaptasi dengan baik pula dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan tanggung jawab dan sesuai dengan tuntunan agama. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa orang yang telah melakukan tindak pidana dan dijatuhi vonis oleh pengadilan akan menjalani hari-harinya di dalam Rumah Tahanan atau Lembaga Pemasyarakatan sebagai perwujudan dalam menjalankan hukuman yang diterimanya. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan, orang tersebut akan menyandang status sebagai Narapidana dan menjalani pembinaan yang telah diprogramkan. Pemasyarakatan sebagai 6 HM. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, Cet. Ke-4, h.18. 7 Abu Ahmad, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Semarang: Toha Putra, 1997, h.8. 8 HM. Arifin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Terayon Press, 1998, Cet.Ke-6,h.1. tujuan pidana diartikan sebagai pemulihan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan yang hakiki, yang terjadi antara individu pelanggar hukum dengan masyarakat serta lingkungannya. Dengan demikian, Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman yang merupakan tempat untuk mencapai tujuan sistem pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi 9 . Dengan demikian tujuan diadakannya penjara sebagai tempat menampung para pelaku tindak pidana dimaksudkan untuk membuat jera regred dan tidak lagi melakukan tindak pidana. Untuk itu peraturan-peraturan dibuat keras, bahkan sering tidak manusiawi tapi perlu di ingat, saharjo mengungkapkan gagasan mulianya di ulang tahun pemasyarakatan yang ke 50, “tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun telah tersesat, tidak boleh ditunjukan pada narapidana bahwa dia itu tersesat. Sebaliknya, ia itu harus merasa bahwa ia dipandang dan diperlukan sebagai manusia.” 10 Dengan banyaknya latar belakang tindak kejahatan para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur, maka perlulah strategi dalam pembinaan agama Islam dalam LAPAS tersebut. Sebagai upaya pengurangan tindak pidana, Pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur memang mempunyai agenda yang terjadwal dan tersusun rapi. Sehingga peneliti secara pribadi tertarik untuk mengkaji sejauh mana faktor yang mendukung dan penghambat dalam pembinaan di lapas tersebut, dan strategi yang digunakan pembinanya sehingga pengurangan terjadinya 9 Andi Wijaya Rivai, Pemasyarakatan dalam Dinamika Hukum dan Sosial, Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan, 2012. Cet. Ke-2, h.6 10 Warta Pemasyarakatan Nomor 57 Tahun XV 2014Jakarta: INFOKOM DITJENPAS, 2014. h.3 pengulangan tindak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur dapat tercapai. Dari uraian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian, maka peneliti mengambil judul penelitian dengan judul “PEMBINAAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB CIANJUR”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada pembinaan agama Islam Sebagai Upaya Pengurangan terjadinya pengulangan tindak pidana bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur? 2. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah yaitu : a. Bagaimanakah pembinaan agama Islam bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur? b. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur? c. Strategi apakah yang digunakan dalam pembinaan agama Islam untuk mengurangi terjadinya pengulangan tindak pidana bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diutarakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan :

a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana pembinaan agama Islam bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur. b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur. c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa strategi apa yang digunakan dalam pembinaan agama Islam untuk mengurangi terjadinya pengulangan tindak pidana bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

2. Manfaat :

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pembinaan agama Islam khususnya yang berhubungan dengan Pembinaan Narapidana. b. Secara praktis diharapkan bermanfaat dan membantu bagi semua pihak, baik itu bagi Narapidana yang dilakukan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur dan masyarakat pada umumnya supaya dapat menerima para Narapidana yang telah menjalani pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.

Dokumen yang terkait

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DALAM MENCEGAH TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KLAS II-A YOGYAKARTA.

0 2 13

PENDAHULUAN PENGARUH PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DALAM MENCEGAH TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KLAS II-A YOGYAKARTA.

0 2 24

PENUTUP PENGARUH PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DALAM MENCEGAH TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KLAS II-A YOGYAKARTA.

0 2 6

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB SLEMAN DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN.

0 3 10

PENDAHULUAN UPAYA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB SLEMAN DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN.

1 4 12

PENUTUP UPAYA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB SLEMAN DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN.

0 2 4

OPTIMALISASI PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI UPAYA MENCEGAH Optimalisasi Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Recidive (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen Tahun 2012).

0 1 17

OPTIMALISASI PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI UPAYA MENCEGAH Optimalisasi Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Recidive (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen Tahun 2012).

0 0 9

PERANAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN GUNA MENCEGAH PENGULANGAN TINDAK PIDANA (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Biaro Bukittinggi).

0 1 10

PEMBINAAN NARAPIDANA RESIDIVIS PELAKU TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB PARIAMAN.

4 11 11