Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas 100 Juta Rupiah)

(1)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN INTERNAL DAN

EKSTERNAL TERHADAP KINERJA USAHA KECIL

DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS PADA DEBITUR

PT. SARANA SUMUT VENTURA DENGAN

PINJAMAN DIATAS 100 JUTA RUPIAH)

TESIS

OLEH :

BAGUS RUKMANTARA

NIM. 097019047 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN INTERNAL DAN

EKSTERNAL TERHADAP KINERJA USAHA KECIL

DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS PADA DEBITUR

PT. SARANA SUMUT VENTURA DENGAN

PINJAMAN DIATAS 100 JUTA RUPIAH)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH :

BAGUS RUKMANTARA

NIM. 097019047 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis

: ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN

INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP

TERHADAP KINERJA USAHA KECIL

DI KOTA MEDAN ( STUDI KASUS

PADA DEBITUR PT. SARANA SUMUT

VENTURA DENGAN PINJAMAN

DIATAS 100 JUTA RUPIAH)

Nama Mahasiswa : Bagus Rukmantara Nomor Pokok : 097019047

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisis Pembimbing:

(Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si ) (Dr. Khaira Amalia F, MBA,Ak ) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana


(4)

Tanggal lulus : 18 Agustus 2011

Telah diuji pada tanggal : 18 Agustus 2011 __________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si Anggota : 1. Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak.

: 2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS : 3. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA : 4. Drs. Syahyunan, M.Si.


(5)

PERNYATAAN

Saya dengan ini menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :

” Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas 100 Juta Rupiah)”. adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga pada waktu sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Bagus Rukmantara, 2011, Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus

Pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas

100 Juta Rupiah), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak

Pada pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena menyangkut sebagian besar jumlah penduduk yang hidup dalam kegiatan usaha tersebut baik di sektor tradisional maupun modern. Perkembangan usaha kecil diharapkan dapat bersaing sehat dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini, selain itu usaha kecil dapat diharapkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya persaingan dan stabilitas perekonomian Indonesia yang baik.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang lingkungan internal dan eksternal perusahaan, pengukuran kinerja usaha dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan internal pengusaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM terhadap kinerja usaha kecil dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan eksternal pengusaha kecil yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatory. Populasi yang digunakan ialah seluruh Usaha Kecil binaan PT. Sumut Ventura yang berdomisili di kota Medan dan mendapatkan pembiayaan diatas Rp 100 juta. Usaha kecil yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 35 perusahaan pasangan usaha (debitur). Penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan sampling purposive yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini meliputi kemudahan pengukuran kinerja usaha kecil dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard.

Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah multiple linier regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan internal usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Lingkungan eksternal usaha kecil yang terdiri dari akses modal dan kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.


(7)

ABSTRACT

Bagus Rukmantara, 2011, Analysis Of Influence Of Internal And External Environment Performance Of Small Business In The City Of Medan

(Case Study On The Debtor PT Sarana Sumut Ventura With Loan

Above RP 100 Million), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak

On economic development in Indonesia Small and Medium Enterprises (SME) sector has always been described as having an important role, because it involves the most number of people living in these business activities in both traditional and modern sectors. The development of small businesses are expected to compete well with large market in the middle of its free market is happening right now, other than that small businesses can be expected to increase incomes, employment opportunities, and prosperity of society as a whole so that the creation of competition and the stability of Indonesia's economy is good.

The therories used in this research are internal and external environment of business, and balance scorcard perspectives to measure the performance. The purposes of this research are to study and analyze the impact of internal environment small scale business consisted of capital, marketing, and human resourse on the performance, and to study and analyze the impact of external environment small scale business consisted of capital acces, and government policy on the performance of the small scale business in Medan.

The method used in this study is a survey approach to the type of research is descriptive quantitative and explanatory. The population used is the Small Business built PT. Ventura resident of North Sumatera in Medan city and get the financing over Rp 100 million. Small businesses that meet these criteria totaled 35 joint-venture companies (the debtor). Sampling in this study is the purposive sampling is sampling with certain considerations. These considerations include ease of performance measurement of small businesses by using the four perspectives in balance scorecard. The methods of collecting data are distributing a list of questions and documentary studies. The method of analysis data used in the study were multiple linear regression.

The result showed that the internal environment of small businesses consisting of capital, marketing and human resources have a positive and significant impact on the performance of small businesses. The external environment which consist of small businesses access capital and government policies have a positive and significant impact on the performance of small businesses in the city of Medan.


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadiarat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberi berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Pada penulisan tesis ini, penulis memilih judul: Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus pada debitur PT. Sarana Sumut Ventura).

Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian serta penulisan tesis ini penulis banyak memperoleh bimbingan, petunjuk serta dukungan baik secara moril dan materil dan berbagai pihak, Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. A. Rahim Matondang, MS, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Ibu Dr. Khaira Amalia, MBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Komisi Pembanding yang banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Pegawai Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU. 9. Khususnya dan teristimewa kepada Istri tercinta Hesti Dwijayanti dan

Anak-anak tersayang, Primadika Tasha Rukmantara dan Ghanasena Rukmantara, terima kasih atas dukungan dan do’anya yang begitu besar.

10. Kekuarga Besar Bapak Soeryanata dan Bapak Sutijono Partoutomo atas dukungannya selama ini.

11. Rekan-rekan di PT Sarana Sumut Ventura terima kasih atas do’a dan dukungannya.

12. Seluruh rekan-rekan angkatan XVII di Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya untuk Subhan Anas, Alfon, A. Rangkuti dan Firman terima kasih atas bantuan dan


(10)

kerjasamanya yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna tapi penulis yakin tesis ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pembaca pada umumnya dan kepada penulis pada khususnya.Semoga Allah SWT memberi keberkahan dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, Agustus 2011 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Bagus Rukmantara lahir di Bogor pada tanggal 21 September 1966, anak keenam dari enam bersaudara, dari Ayahanda H. Drs. Soeryanata dan Ibunda Hj.R. Satijah.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Teladan Bangka III Bogor, lulus tahun 1977. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri III Bogor, lulus tahun 1981. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bogor, lulus tahun 1984. Melanjutkan ke jenjang pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta Jurusan Akuntansi, lulus tahun 1987. Kemudian melanjutkan di Diploma IV Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta Jurusan Akuntansi, lulus tahun 1993. Kuliah Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Program Studi Manajemen, lulus tahun 1992. Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan strata 2 (S2) pada Program Studi Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada tahun 1987 sampai dengan 1998 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jakarta, kemudian pindah bekerja di tahun 1998 dan hingga saat ini bekerja di PT Bahana Artha Ventura Jakarta. Pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 ditempatkan di anak perusahannya yaitu di PT Sarana Bengkulu Ventura, kemudian tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 ditempatkan di PT Sarana Sumsel Ventura dan tahun


(12)

2005 sampai dengan saat ini ditempatkan di PT Sarana Sumut Ventura, yang beralamat di Jalan Abdulah Lubis Nomor 62 A Medan.

Medan, Agustus 2011

Penulis


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

ABSTRACT ……….. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………..……….. iii

RIWAYAT HIDUP ……….. vi

DAFTAR ISI ………. viii

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 8

1.3. Tujuan Penelitian ……… 9

1.4. Manfaat Penelitian……… 9

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ……… 10

2.1. Penelitian Terdahulu ………. 10

2.2. Landasan Teori……… 12

2.2.1. Lingkungan Bisnis Internal dan Eksternal... 12

2.2.2. Pengertian Kinerja... 13

2.2.3. Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan 4 (Empat) Perspektif Dalam Balances Scorecard 15 2.2.3.1. Mengukur Kinerja perspektif Kuangan... 20

2.2.3.2. Mengukur Kinerja Perspektif Pelanggan... 21

2.2.3.3. Mengukur Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal... 23

2.2.3.4. Mengukur Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran... 24

2.2.4. Pengertian Umum Usaha Kecil di Indonesia. 28 2.2.5. Pembiayaan Modal Ventura ………... 33

2.2.6. Modal ….………... 37

2.2.7. Pemasaran ………... 39

2.2.8. Sumber Daya Manusia ………... 41

2.2.9. Akses Modal ………... 42


(14)

2.3. Kerangka Konseptual ... 45

2.4. Hipotesis Penelitian ………... 47

BAB III METODE PENELITIAN ……… 48

3.1. Jenis dan Sifat Waktu Penelitian……… 48

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 48

3.3. Populasi dan Sampel ……… 49

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……… 49

3.5. Jenis dan Sumber Data ……… 50

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 50

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ……... 51

3.7.1. Uji Validitas ………. 51

3.7.2. Uji Reliabilitas ………. 53

3.8. Metode Analisis Data ... 3.8.1. Uji Koefisien Determinasi ……… 3.8.2. Uji F ………. 3.8.3. Uji t ……….. 3.9 Uji Asumsi Klasik ……… 3.9.1. Uji Normalitas ………. 3.9.2. Uji Multikolinearitas ……… 3.9.3. Uji Heteroskodastisitas ……… 53 54 54 55 55 56 57 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 4.1. Hasil Penelitian ……… 4.1.1 Deskriptif Objek Penelitian ……… 4.1.1.1. Sejarah Singkat PT Sarana Sumut Ventura … ………... 4.1.1.2. Visi dan Misi PT Sarana Sumut Ventura ……… 4.1.1.3. Struktur Organisasi PT Sarana Sumut Ventura ……… 4.1.2. Karakteristik Responden ………. 4.1.2.1 Berdasarkan Jenis Kelamin ………… 4.1.2.2 Berdasarkan Usia ……… 4.1.2.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan …… 4.1.2.4 Berdasarkan Lama Menjadi Pengusaha 59 59 59 59 61 61 64 64 64 65 66


(15)

4.1.3. Analisis Statistik Deskriptif ………... 4.1.3.1 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Lingkungan Internal ……….. ………. 4.1.3.2 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Lingkungan Eksternal ………. 4.1.3.3. Deskripsi Jawaban Responden Variabel KinerjaUsaha ………..………..

4.1.4. Analisis Statistik Infrential ………. 4.1.4.1 Koefisien Regresi ……….. 4.1.4.2. Koefisien Determinasi ……… 4.1.4.3. Uji F / Serempak …….……… 4.1.4.4. Uji t / Parsial ……….……… 4.2.4.5. Uji Normalitas ……….. 4.2.4.6. Uji Multikolinearitas …..……….. 4.2.4.7. Uji Heteroskedastitas ...………. 4.2. Pembahasan ………... …….………

4.2.1. Pembahasan Hipotesis Pertama ………. .

4.2.2. Pembahasan Hipotesis Kedua ……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 5.1. Kesimpulan ……….. 5.2. Saran ……… DAFTAR PUSTAKA …..………..

66 66 68 69 73 73 73 74 75 76 77 78 79 79 83 85 85 85 87


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1.

1.2.

1.3.

Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Venturadi Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010 ………. Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Ventura di Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010 ………. Jumlah Usaha Kecil dan Persentase Debitur Sumut Ventura dengan Kategori Sukses dan Gagal Yang Diobservasi ………

4 5 6 3.1. 3.2. 3.3. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8.

Tabel Operasionalisasi : Variabel Penelitian, Definisi

Variabel, Dimensi, Indikator dan Skala Pengukuran ………. Uji Validitas Variable Penelitian ……….. Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ………. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……… Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat pendidikan …. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Menjadi

Pengusaha ……… Deskripsi Jawaban Responden Atas Variabel Lingkungan Internal ……… Deskripsi Jawaban Responden Atas Variabel Lingkungan Eksternal ……… Deskripsi Jawaban Responden Atas Variabel Kinerja Usaha. Kecil ……….……….. Koefisien Regresi ………

50 52 53 64 64 65 66 67 68 70 73


(17)

4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14.

Uji Koefisien Determinasi ……… Uji F / Serempak ………. Uji t / parsial ………. One Sample Kolmogorof - Smirnov Test ………. Uji Multikolinearitas ……….. Uji Heteroskedastisitas ………..

74 74 75 76 77 78


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1. Kerangka Konseptual ……….….. ………..… 47 4.1.

4.2. 4.3.

Struktur Organisasi PT. Sarana Sumut Ventura ……….…... Uji Normalitas data ……… Uji Heteroskedastisitas ………..

62 77 79


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kuesioner ………..……….….. . Variabel Lingkungan Internal, Eksternal dan Kinerja ……. Uji Validitas dan Reliabilitas ……….. Hasil Regresi Model Penelitian ………. Uji Normalitas ……….. Uji Glejser ………. t - Tabel dan F - Tabel ………

90 96 99 102 104 104 104


(20)

ABSTRAK

Bagus Rukmantara, 2011, Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus

Pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas

100 Juta Rupiah), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak

Pada pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena menyangkut sebagian besar jumlah penduduk yang hidup dalam kegiatan usaha tersebut baik di sektor tradisional maupun modern. Perkembangan usaha kecil diharapkan dapat bersaing sehat dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini, selain itu usaha kecil dapat diharapkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya persaingan dan stabilitas perekonomian Indonesia yang baik.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang lingkungan internal dan eksternal perusahaan, pengukuran kinerja usaha dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan internal pengusaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM terhadap kinerja usaha kecil dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan eksternal pengusaha kecil yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatory. Populasi yang digunakan ialah seluruh Usaha Kecil binaan PT. Sumut Ventura yang berdomisili di kota Medan dan mendapatkan pembiayaan diatas Rp 100 juta. Usaha kecil yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 35 perusahaan pasangan usaha (debitur). Penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan sampling purposive yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini meliputi kemudahan pengukuran kinerja usaha kecil dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard.

Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah multiple linier regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan internal usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Lingkungan eksternal usaha kecil yang terdiri dari akses modal dan kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.


(21)

ABSTRACT

Bagus Rukmantara, 2011, Analysis Of Influence Of Internal And External Environment Performance Of Small Business In The City Of Medan

(Case Study On The Debtor PT Sarana Sumut Ventura With Loan

Above RP 100 Million), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak

On economic development in Indonesia Small and Medium Enterprises (SME) sector has always been described as having an important role, because it involves the most number of people living in these business activities in both traditional and modern sectors. The development of small businesses are expected to compete well with large market in the middle of its free market is happening right now, other than that small businesses can be expected to increase incomes, employment opportunities, and prosperity of society as a whole so that the creation of competition and the stability of Indonesia's economy is good.

The therories used in this research are internal and external environment of business, and balance scorcard perspectives to measure the performance. The purposes of this research are to study and analyze the impact of internal environment small scale business consisted of capital, marketing, and human resourse on the performance, and to study and analyze the impact of external environment small scale business consisted of capital acces, and government policy on the performance of the small scale business in Medan.

The method used in this study is a survey approach to the type of research is descriptive quantitative and explanatory. The population used is the Small Business built PT. Ventura resident of North Sumatera in Medan city and get the financing over Rp 100 million. Small businesses that meet these criteria totaled 35 joint-venture companies (the debtor). Sampling in this study is the purposive sampling is sampling with certain considerations. These considerations include ease of performance measurement of small businesses by using the four perspectives in balance scorecard. The methods of collecting data are distributing a list of questions and documentary studies. The method of analysis data used in the study were multiple linear regression.

The result showed that the internal environment of small businesses consisting of capital, marketing and human resources have a positive and significant impact on the performance of small businesses. The external environment which consist of small businesses access capital and government policies have a positive and significant impact on the performance of small businesses in the city of Medan.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap negara yang ada di dunia ini, karena tujuan utama dari pembangunan adalah mensejahterakan masyarakat. Pembangunan juga bisa digunakan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global demi masa depan yang lebih baik.

Pada pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena menyangkut sebagian besar jumlah penduduk yang hidup dalam kegiatan usaha tersebut baik di sektor tradisional maupun modern. Adanya kebijakan dan dukungan yang lebih besar baik dari pemerintah maupun para pelaku ekonomi seperti kemudahan dalam akses permodalan, kebijakan pemerintah, perijinan, teknologi, struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan, usaha kecil diharapkan dapat berkembang pesat. Perkembangan usaha kecil diharapkan dapat bersaing sehat di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini. Selain itu, usaha kecil diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya persaingan dan stabilitas perekonomian Indonesia yang baik.


(23)

Sektor usaha kecil dalam perkembangan usahanya sering kali menghadapi kendala, baik kendala internal maupun kendala eksternal. Kendala internal terutama berkaitan dengan kecukupan modal usaha, pemasaran dan kualitas sumber daya manusia. Keterbatasan sumber daya yang ada pada usaha kecil menyebabkan mereka kurang optimal dalam memanfaatkan peluang yang ada, baik dalam memenuhi pangsa pasar yang luas, kesiapan SDM yang berkualitas maupun untuk memperluas jaringan pemasaran. Sedangkan kendala eksternal berkaitan dengan akses terhadap sumber pembiayaan dan iklim usaha yang kurang kondusif terhadap perkembangan usaha kecil, karena selama ini terkesan berbagai kebijakan lebih berpihak kepada sektor usaha besar, sehingga berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah sebagian besar dinikmati oleh sektor usaha besar.

Harapan bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor industri modern akan dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran secara tuntas, ternyata masih berada pada rentang perjalanan yang panjang, bertolak pada kenyataan inilah maka eksistensi industri kecil telah mengambil tempat penting dalam masalah kesempatan kerja dan ketenaga kerjaan di negara-negara berkembang. Peranan industri kecil tersebut antara lain meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah atau negara, penciptaan lapangan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan barang-barang masyarakat dan penyerapan tenaga kerja setempat.

Perkembangan usaha kecil, terutama di Sumatera Utara sudah cukup berkembang, akan tetapi jumlahnya belum signifikan baru mencapai 8 persen per tahunnya (Dinas Koperasi dan UKM Medan, 2010). Belum signifikannya pertumbuhan usaha kecil di Sumut tersebut dipengaruhi beberapa faktor sekaligus


(24)

perlunya dukungan lembaga keuangan, SDM, permodalan terutama dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya, serta pasar penjualan produknya. Pertumbuhan jumlah usaha kecil di Sumatera Utara masih terpusat di Kota Medan, dimana kota Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara yang memiliki fasilitas infrastruktur yang terlengkap.

Usaha kecil dalam menjalankan kegiatannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan usahanya, baik itu lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Lingkungan internal (yang ada dalam perusahaan itu sendiri) seperti ; modal, pemasaran, SDM, dan lain-lain yang merupakan sumber daya bagi produksi barang dan jasa suatu perusahaan. Lingkungan eksternal (yang ada diluar perusahaan) seperti akses modal dan kebijakan pemerintah, yang merupakan faktor pendukung kegiatan dari usaha kecil. Pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang baik akan menjadikan perusahaan mampu bersaing dan meningkatkan kinerjanya (Wahyudi 2001).

PT. Sarana Sumut Ventura atau biasa disebut dengan Sumut Ventura adalah salah satu perusahaan modal ventura yang berlokasi di kota Medan, Sumatera Utara. Bidang usaha yang dijalankan oleh Sumut Ventura adalah pembiayaan modal ventura, dimana pembiayaan yang diberikan khususnya kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berlokasi di Sumatera Utara.

Perkembangan jumlah usaha kecil yang dibiayai oleh Sumut Ventura selama lima tahun dapat dilihat pada tabel berikut :


(25)

Tabel 1.1. Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Ventura Di Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010

No. Tahun Jumlah Usaha Kecil Outstanding Pinjaman (Rp)

1 2006 291 15.653.456.000

2 2007 308 16.574.258.000

3 2008 326 18.235.721.000

4 2009 355 20.164.543.000

5 2010 361 21.050.463.000

Sumber : Laporan Perkembangan Usaha Sumut Ventura tahun 2006 s.d. 2010

Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat perkembangan pembiayaan yang dilakukan oleh Sumut Ventura sejak tahun 2006 s.d. 2010 cukup meningkat. Hal ini menunjukan minat dari usaha kecil untuk memanfaatkan pembiayaan yang diberikan oleh Sumut Ventura juga meningkat.

Kondisi kinerja usaha kecil yang menjadi debitur Sumut Ventura saat ini cukup baik, hal ini dapat dilihat dari perkembangan usahanya setelah mendapatkan pembiayaan dan dampingan yang diberikan oleh Sumut Ventura. Beberapa usaha kecil dapat meningkatkan omset penjualannya sehingga dapat meningkatkan kenerjanya yang dapat dilihat dari peningkatan keuntungan, dan asetnya setelah mendapatkan pembiayaan dan dampingan dari Sumut Ventura, meningkatnya akses pasar dan pangsa pasar yang dapat dimasuki dengan cara memperbesar skala usahanya membuka beberapa cabang usaha di kota Medan, adanya variasi dalam produk produk yang dibuat dan pengembangan dari SDM yang ada, hal ini sesuai penilaian kinerja berdasarkan pendekatan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard. Usaha kecil yang mempunyai kinerja baik tentunya juga akan menguntungkan bagi Sumut Ventura, karena akan memberikan kontribusi terhadap laba perusahaan dan memperluas penyaluran pembiayaan yang diberikan kepada


(26)

usaha kecil lainnya yaitu dengan memutarkan kembali dana-dana yang sudah dibayarkan oleh debitur tersebut.

Dalam setiap lembaga keuangan terdapat debitur bermasalah dalam arti menunggak pembayaran baik pokok ataupun bagi hasil/bunga yang seharusnya dibayarkan. Debitur bermasalah yang ada di Sumut Ventura dari tahun 2006 s.d. 2010 dapat dilihat di Tabel 1.2. :

Tabel 1.2. Jumlah Usaha Kecil Bermasalah Debitur Sumut Ventura Di Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010

No. Tahun Jumlah Usaha Kecil

Bermasalah

Persentase (%)

1 2006 15 5,15 %

2 2007 17 5,51 %

3 2008 18 5,52 %

4 2009 22 6,20 %

5 2010 23 6,37 %

Sumber : Laporan Perkembangan Usaha Sumut Ventura tahun 2006 s.d. 2010

Berdasarkan Tabel 1.2. dapat dilihat peningkatan debitur bermasalah yang ada di Sumut Ventura sejak tahun 2006 s.d. 2010. Jumlah tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya pembiayaan yang diberikan kepada usaha kecil.

Permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil dalam meningkatkan kinerja usahanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu permasalahan yang bersifat internal (sumbernya dari dalam perusahaan) maupun eksternal (sumbernya dari luar perusahaan). Permasalahan internal yakni: permasalahan finansial yang pada umumnya mengalami keterbatasan pada struktur permodalan guna memenuhi kebutuhan akan modal kerja dan investasi ; permasalahan pemasaran yang pada umumnya terjadi keterbatasan untuk memperbesar pangsa pasar dan memperoleh peluang pasar; permasalahan manajemen yang pada umumnya terdapat


(27)

keterbatasan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Sedangkan permasalahan yang bersifat eksternal (yang bersumber dari luar perusahaan) yakni permasalahan dalam akses ke perbankan maupun lembaga keuangan lainnya serta permasalahan yang disebabkan oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah yang kurang kondusif.

Peneliti melakukan pengamatan awal terhadap usaha kecil yang menjadi debitur dari Sumut Ventura. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat dilihat beberapa fenomena yang terjadi yaitu adanya usaha kecil yang dapat maju dan berhasil dalam usahanya sehingga kinerja meningkat tetapi ada juga usaha kecil debitur Sumut Ventura yang gagal dalam meningkatkan kinerja usahanya setelah mendapat pembiayaan dan dampingan dari

Sumut Ventura. (laporan perkembangan pasangan usaha Sumut Ventura tahun 2010).

Observasi awal dilakukan pada 20 pada debitur Sumut Ventura untuk melihat pengaruh internal dan eksternal terhadap kinerja usaha kecil terlihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.3. Jumlah Usaha Kecil dan Persentase Debitur Sumut Ventura dengan Kategori Sukses dan Gagal Yang Diobservasi

No. Keterangan Jumlah Usaha Kecil Persentase (%) 1 Jumlah debitur sukses 17 85.00 2 Jumlah debitur gagal 3 15.00 3 Jumlah 20 100.00 Sumber : Laporan Perkembangan Usaha Sumut Ventura tahun 2010

Hasil observasi awal atas debitur Sumut Ventura, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada usaha kecil memiliki dua sisi yaitu; keberhasilan dan kegagalan. Sebagian besar keberhasilan yang dialami oleh usaha kecil dikarenakan :


(28)

1. Menggunakan modal pinjaman yang diberikan dengan cara yang seksama, dimana perluasan atau ekspansi usaha dilakukan secara bertahap dengan perencanaan yang matang. Modal yang dipinjam sesuai dengan kebutuhan.

2. Mempunyai pangsa pasar yang memadai.

3. Memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen pengelolaan keuangan. 4. Modal pinjaman yang diterima benar dipergunakan untuk pengembangan usaha. 5. Memiliki informasi yang cukup mengenai pendanaan.

Kegagalan pembiayaan pada umumnya disebabkan:

1. Menggunakan modal yang diberikan untuk melakukan ekspansi secara besar besaran sementara pelaku usaha kecil sendiri masih belum memiliki pengalaman dalam menjalankan usahanya dalam skala besar.

2. Ketidakjujuran pengusaha, pinjaman modal yang diberikan mayoritas dipakai bukan untuk pengembangan usaha tetapi sering digunakan untuk sektor konsumtif yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha yang dijalankannya.

3. Pangsa pasar belum memadai dan strategi pemasaran yang belum optimal.

4. Kurangnya pengetahuan pengusaha akan manajemen pengelolaan keuangan / pinjaman dana yang telah diberikan.

5. Kurang memiliki informasi akan pendanaan yang bisa didapat.

Berdasarkan permasalahan dan fenomena yang diungkapkan diatas yaitu adanya keterbatasan keterbatasan dari usaha kecil dalam meningkatkan kinerjanya baik itu dari lingkungan internal seperti kurangnya modal untuk pengembangan usaha, strategi pemasaran yang belum optimal dan minimnya jumlah SDM yang


(29)

berkualitas, maupun lingkungan eksternal seperti kurangnya akses ke lembaga keuangan untuk mendapatkan modal dan mendapatkan fasilitas pinjaman dengan bunga murah , maka perlu diteliti: “Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil di Kota Medan” dengan melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan usaha kecil setelah mendapatkan pinjaman dan dampingan dari PT. Sarana Sumut Ventura. Lingkungan internal yang diteliti adalah modal, pemasaran dan SDM, sedangkan lingkungan eksternal yang diteliti yaitu akses modal dan kebijakan pemerintah.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah lingkungan internal pada usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.

2. Apakah lingkungan eksternal pada usaha kecil yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan internal usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan


(30)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan eksternal usaha kecil yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. PT. Sumut Ventura sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan, strategi dan program kerja dalam melayani nasabah usaha kecil yang ada di perusahaan tersebut.

2. Program Pascasarjana USU, guna menambah studi kepustakaan dan memperkaya studi penelitian ilmiah, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen. 3. Peneliti, untuk menambah pengetahuan, membuka cakrawala berpikir dan

menambah wawasan, serta bekal tentang lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan kinerja usaha kecil.


(31)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Pillay (2006) melakukan penelitian yang berjudul ” The Internal And External Environment For Small Business Growth In Pietermaritzburg.” Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah faktor lingkungan internal yang terdiri dari tingkat pendidikan dan pelatihan pemilik, jenis kelamin, etnis, aktivitas bisnis, status usaha, dan sumber modal, perekrutan karyawan, kemampuan manajerial, dan pengetahuan keuangan dan faktor eksternal yang terdiri dari perkembangan ekonomi, pajak, hukum, teknologi, kompetisi, dukungan pemerintah, dan tingkat kejahatan berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha kecil di Pietermaritzburg.

Hasil penelitian Pillay (2006) menunjukkan faktor internal yang menghambat pertumbuhan usaha kecil adalah sumber modal, pengetahuan keuangan, perekrutan karyawan, dan kemampuan manajerial. Faktor eksternal yang menghambat pertumbuhan usaha kecil adalah keadaan ekonomi, pajak, peraturan dan hukum, teknologi, dan tingkat kejahatan.

Munizu (2010) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis faktor faktor eksternal (kebijakan pemerintah, sosial ekonomi, dan budaya) yang mempengaruhi faktor internal Usaha Mikro dan Kecil (UMK) (2) untuk menganalisis pengaruh faktor eksternal (kebijakan pemerintah, sosial ekonomi, dan budaya) terhadap kinerja


(32)

Usaha Mikro dan Kecil (UMK), (3) untuk menganalisis pengaruh faktor internal (SDM, Keuangan, teknik produksi, dan operasi, dan aspek pasar atau pemasaran) terhadap kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Makassar dan kota Pare-Pare. Total responden sebanyak 300 pengusaha dibagi atas secara proporsional kota Makassar 150 responden; dan kota Pare-Pare 150 responden. Tehnik pengambilan sampel digunakan simple random sampling. Data dianalisis secara deskriptif dengan

Structural Equation Modeling (SEM).

Hasil penelitian menunjukkan (1) faktor eksternal (kebijakan pemerintah, sosial ekonomi, dan budaya) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap faktor internal Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dengan kontribusi 0,980 (98%); (2) faktor eksternal (kebijakan pemerintah, sosial ekonomi, dan budaya) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sebesar 0,254 (25,4%); dan (3) Faktor Internal (SDM, Keuangan, teknik produksi, dan operasi, dan aspek pasar atau pemasaran) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) 0,792 (79,2%)

Berdasarkan hasil penelitian Pillay (2006) dan Munizu (2010) terdapat beberapa faktor baik internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan dari usaha kecil dan menengah. Faktor-faktor tersebut masih secara umum pembahasannya, dalam tesis ini akan lebih spesifik pembahasan mengenai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja usaha kecil. Faktor internal yang akan diteliti adalah Modal, Pemasaran dan SDM sedangkan faktor eksternal yaitu akses modal dan kebijakan pemerintah.


(33)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Lingkungan Bisnis Internal dan Eksternal

Lingkungan bisnis merupakan lingkungan yang dihadapi organisasi dan harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis (perusahaan). Aktivitas keseharian organisasi mencakup interaksi dengan lingkungan kerja. Hal ini termasuk hubungannya dengan pelanggan, supliers, serikat dagang dan pemegang saham. Lingkungan bisnis berperan dalam mempengaruhi penetapan strategi organisasi.

Lingkungan organisasi dapat dibedakan atas lingkungan internal (internal environment) dan lingkungan eksternal (external environment) (Wheleen dan Hunger, dalam Kuncoro, 2006). Lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya (culture), sumber daya (resources). Lingkungan internal perlu dianalisis untuk mengetahui kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada dalam perusahaan. Struktur adalah bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang dan arus kerja. Struktur sering juga disebut rantai perintah dan digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi. Budaya merupakan pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota dari manajemen puncak sampai karyawan operatif. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi. Aset ini dapat meliputi sumber modal, kemampuan manajerial, SDM, pengetahuan keuangan, produksi, teknologi, kemampuan, dan bakat manajerial seperti aset keuangan dan fasilitas perusahaan dalam wilayah fungsional.


(34)

Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar organisasi dan perlu dianalisis untuk menentukan kesempatan (opportunities) dan ancaman (threath) yang akan dihadapi perusahaan. Terdapat dua perspektif untuk meng-konseptualisasikan lingkungan eksternal. Heizer dan Render dalam Kuncoro, (2006) menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan eksternal adalah kondisi perekonomian, budaya, , demografi, dan peraturan pemerintah. Lain halnya dengan Bourgeois (dalam Kuncoro, 2006) yang mengatakan bahwa lingkungan eksternal dipengaruhi oleh konsumen, pesaing, pemasok,dan peraturan pemerintah.

2.2.2 Kinerja

Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996 dalam Srimindarti, 2004). Menurut Mulyadi (2001), kinerja adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dapat dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan saat mana perusahaan memerlukan penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian tersebut. Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi


(35)

dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

Menurut Mulyadi (2001), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, pemberhentian dan mutasi.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakkan oleh konsumen-focused, suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut (Yuwono, 2002):

1. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan;

2. Evaluasi atas berbagai aktivitas, mengggunakan ukuran-ukuran kinerja yang konsumen-validated;

3. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif;


(36)

4. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah-masalah yang mempunyai kemungkinan untuk diperbaiki.

2.2.3. Pengukuran Kinerja dengan menggunakan 4 (Empat) perspektif dalam

Balanced Scorecard

Menurut Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001), Balanced Scorecard

merupakan alat pengukur kinerja yang memerlukan ukuran komprehensif dengan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Sementara itu Anthony, Banker, Kaplan, dan Young dalam Yuwono (2002) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai: “a measurement and management system that views a business unit’s performance from four perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and growth.”

Balanced Scorecard merupakan suatu alat pengukur kinerja perusahaan yang mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan. Adapun kinerja yang dilihat baik secara keuangan maupun nonkeuangan dengan menggunakan empat perspektif yaitu, perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

Pendekatan Balance Scorecard dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pokok, yaitu (Kaplan dan Norton, dalam Mulyadi, 2001):

1. Bagaimana penampilan perusahaan ? (perspektif keuangan)

2. Bagaimana pandangan para pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif pelanggan)


(37)

3. Apa yang menjadi keunggulan perusahaan? (perspektif bisnis internal)

4. Apa perusahaan harus terus menerus melakukan perbaikan dan menciptakan nilai secara berkesinambungan? (perspektif pertumbuhan dan pembelajaran)

Balanced Scorecard memberikan kerangka berpikir untuk menjabarkan strategi perusahaan ke dalam segi operasional. Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001) mengatakan bahwa perusahaan menggunakan focus pengukuran scorecard

untuk menghasilkan berbagai proses manajemen, meliputi : 1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi

2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis

3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis

4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis

Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu perusahaan tidak hanya dinyatakan dalam ukuran keuangan saja, melainkan dinyatakan dalam ukuran dimana perusahaan tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada pada saat ini dan akan datang, dan bagaimana perusahaan tersebut harus meningkatkan kemampuan internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Dengan penggunaan

Balanced Scorecard diharapkan bahwa pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan dapat menjadi bagian dari sistem informasi bagi seluruh pegawai dan tingkatan dalam organisasi. Saat ini Balance Scorecard tidak lagi dianggap sebagai pengukur kinerja, namun telah menjadi sebuah kerangka berpikir dalam pengembangan strategi.


(38)

Balanced Scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan sistem manajemen strategik saat ini berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional (Mulyadi, 2001). Manajemen strategik tradisional hanya berfokus ke sasaran-sasaran yang bersifat keuangan, sedangkan sistem manajemen strategik kontemporer mencakup perspektif yang luas yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Selain itu berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem manajemen strategik tradisional tidak koheren satu dengan lainnya, sedangkan berbagai sasaran strategik dalam sistem manajemen strategic kontemporer dirumuskan secara koheren. Di samping itu, Balanced Scorecard menjadikan sistem manajemen strategik kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen strategik tradisional, yaitu dalam karakteristik keterukuran dan keseimbangan.

Menurut Mulyadi (2001), keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan strategic adalah mampu menghasilkan rencana strategic yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Komprehensif. Balanced Scorecard menambahkan perspektif yang ada dalam perencanaan stratejik, dari yang sebelumnya hanya pada perspektif keuangan, meluas ke tiga perspektif yang lain, yaitu: pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif rencana strategis ke perspektif nonkeuangan tersebut menghasilkan manfaat sebagai berikut:

a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang, b. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.


(39)

2. Koheren. Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab akibat di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif nonkeuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, kekoherenan sasaran strategik yang dihasilkan dalam sistem perencanaan strategik memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategik yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan. Sistem perencanaan strategis

yang menghasilkan sasaran strategik yang koheren akan menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan berjangka panjang, karena personel dimotivasi

untuk mencari inisiatif strategik yang mempunyai manfaat bagi perwujudan sasaran strategik di perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Kekoherenan sasaran strategis yang menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif.

3. Seimbang. Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. Jadi perlu diperlihatkan garis keseimbangan yang harus diusahakan dalam menetapkan sasaran-sasaran strategic di keempat perspektif.

4. Terukur. Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Semua sasaran strategik ditentukan oleh ukurannya, baik untuk sasaran strategik di perspektif keuangan maupun sasaran strategik di


(40)

perspektif nonkeuangan. Dengan Balanced Scorecard, sasaran-sasaran strategik yang sulit diukur, seperti sasaran- sasaran strategik di perspektif nonkeuangan, ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat diwujudkan. Dengan demikian keterukuran sasaran-sasaran strategik di perspektif nonkeuangan tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik nonkeuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipat ganda dan berjangka panjang.

2.2.3.1 Mengukur Kinerja Perpektif Keuangan

Pendekatan perspektitif keuangan dalam Balance Scorecard merupakan hal yang sangat penting, hal ini disebabkan ukuran keuangan merupakan suatu konsekwensi dari suatu keputusan ekonomi yang diambil dari suatu tindakan ekonomi. Ukuran keuangan ini menunjukan adanya perencanaan, implementasi, serta evaluasi dari pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Evaluasi ini tercermin dari sasaran yang secara khusus dapat diukur melalui keuntungan yang diperoleh, seperti contohnya Profit margin, Return on investment, Economic value added.

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan industri tersebut akan diperlukan strategi-strategi yang berbeda-beda. Dalam perspektif keuangan, terdapat tiga aspek dari strategi yang dilakukan suatu perusahaan. Pertama, pertumbuhan pendapatan dan kombinasi pendapatan yang dimiliki suatu organisasi bisnis. Kedua, penurunan biaya dan peningkatan produktivitas. Ketiga adalah penggunaan aset yang optimal dan strategi investasi. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton, dalam Mulyadi (2001) dibedakan menjadi:


(41)

1. Growth (Perkembangan). Growth merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang sama sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global. Sasaran keuangan dari bisnis pada tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan revenue atau penjualan dalam pasar yang ditergetkan.

2. Sustain Stage (Bertahan), Sustain stage merupakan tahap kedua, yaitu suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Secra konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi jangka panjang. Sasaran keuangan pada tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.

3. Harvest (Panen). Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi mereka. Perusahaan tidak melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru.


(42)

2.2.3.2 Mengukur Kinerja Perpektif Pelanggan

Keberhasilan perusahaan tidak lepas dari pandangan dan persepsi pelanggan.

Balance Scorecard mengidentifikasi tujuan dan faktor-faktor yang dibutuhkan pelanggan pada saat sekarang maupun antisipasi di masa yang akan datang. Dari aspek pelanggan perusahaan biasanya menggunakan dua set pengukur: core measurement dan performance drivers. Core measurement group, yaitu tolok ukur kinerja inti yang saling terkait, meliputi:

1. Pangsa pasar (market share). Pangsa pasar yang digunakan untuk mengukur seberapa besar proporsi segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh pelanggan. 2. Penarikan pelanggan baru (customer acquisition), digunakan untuk mengukur

seberapa banyak perusahaan berhasil menarik pelanggan baru.

3. Pertumbuhan bisnis dari pelanggan lama (retension), digunakan untuk mengukur kemampuan mempertahankan pelanggan lama. Customer retension

yang mengukur seberapa banyak perusahaan mempertahankan pelanggan lama.

4. Kepuasan nasabah (customer satisfaction), digunakan untuk mengukur seberapa jauh para pelanggan merasa puas terhadap pelayanan perusahaan. 5. Customer value proposition adalah tolok ukur penunjang (performance

driven) yang berkaitan dengan (1) atribut-atribut dari produk dan jasa, seperti harga, tingkat kegunaan, mutu produk, tingkat penyampaian produk, (2) hubungan baik dengan pelanggan (customer relationship), misal tingkat fleksibilitas perusahaan, tingkat ketersediaan produk, penampilan fisik gedung dan pekerja, (3) citra/ image perusahaan di mata pelanggan dan masyarakat.


(43)

Kepuasan pelanggan akan menjadikan pelanggan loyal tehadap perusahaan dan tetap bertahan sebagai pelanggan. Di samping itu pelanggan yang puas merupakan sarana promosi untuk menarik pelanggan baru dan meningkatkan profitabilitas. Mempertahankan pelanggan lama dan penarikan pelanggan baru akan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan pangsa pasar.

2.2.3.3 Mengukur Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal

Menurut Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001), dalam proses bisnis internal, manajer harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting, dimana perusahaan diharuskan melakukan dengan baik karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Tahapan dalam proses bisnis internal meliputi:

1. Inovasi (inovation). Inovasi yang dilakukan perusahaan biasanya dilaksanakan oleh bagian riset dan pengembangannya, dalam tahap inovasi ini tolok ukur yang digunakan adalah besarnya produk-produk baru, lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu produk secara relatif jika dibandingkan perusahaan pesaing, besarnya biaya, banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan. 2. Proses operasi (operation). Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan

berupaya untuk memberikan solusi kepada pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan operasional adalah proses pembuatan produk/ jasa dan proses penyampaian produk/jasa kepada pelanggan.


(44)

Pengukuran dalam proses pembuatan produk/ jasa dengan mengukur kualitas hasil, efisiensi biaya dan efektivitas waktu.

3. Proses layanan pasca jual. Pada tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produknya dalam bentuk berbagai layanan pasca transaksi.

2.2.3.4. Mengukur Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Termasuk di dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi. Dalam organisasi knowledge-worker, manusia adalah sumber daya utama.

Hasil dari pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem, dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Itulah mengapa, perusahaan harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar (learning organization).

Menurut Kaplan dan Norton, learning lebih dari sekedar training karena pembelajaran meliputi pula proses mentoring dan tutoring, seperti kemudahan dalam komunikasi di segenap pegawai yang memungkinkan mereka untuk siap membantu jika dibutuhkan. Dalam perspektif ini, perusahaan menggunakan tolok ukur:


(45)

employee capabilities, information system capabilities, dan motivation, empowerment, and alignment (Yuwono, 2003) dengan penjelasan :

1. Employee Capabilities. Salah satu perubahan yang dramatis dalam pemikiran manajemen selama lima belas tahun terakhir ini adalah peran para pegawai di organisasi. Faktanya, tak ada yang lebih baik bagi transformasi revolusioner dari pemikiran era industri ke era informasi daripada filosofi manajemen baru, yaitu bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu, perencanaan dan upaya implementasi re-skilling pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Information System Capabilities. Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informast-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

3. Motivation, empowerment, and alignment. Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama dicoba untuk dikenali, tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi juga oleh segenap pegawai di dalam organisasi sesuai kompetensinya masing-masing.


(46)

Sudah tentu upaya itu perlu dukungan motivasi yang besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan. Tentu, itu semua tetap dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus sejalan dengan tujuan organisasi.

Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001) menyatakan bahwa ada tiga ukuran utama yang berlaku umum dalam tolok ukur kapabilitas pekerja (employee capabilities), yaitu kepuasan pekerja, retensi pekerja, dan produktivitas pekerja. Dalam hal ini, kepuasan pekerja dipandang sebagai pendorong bagi kedua pengukuran lainnya. Pengukuran atas tiga ukuran utama tersebut akan dapat memberikan kerangka kerja yang diperlukan perusahaan dalam mencapai hasil yang diinginkan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menuju pencapaian tujuan strategis perusahaan.

Mulyadi (2001) menyatakan bahwa ada dua sasaran strategis dalam perspektif ini yang perlu diwujudkan: kapabilitas karyawan dan komitmen karyawan. Untuk mengukur hasil pencapaiannya, terdapat berbagai ukuran hasil, yaitu:

1. Kapabilitas karyawan. Kapabilitas karyawan dapat diukur pada tingkat individual dan pada tingkat kelompok secara kuantitatif maupun kuantitatif:

a. individual Assessment

1) Quantitative Individual Measures, dengan contohnya adalah indeks kinerja tertimbang (weighted performance index) dengan mengukur peringkat kapabilitas karyawan dengan menggunakan skala nilai.

2) Qualitative Individual Measures, contohnya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan secara kuaiitatif untuk mendapat jawaban secara


(47)

kuaiitatif juga untuk mengukur kapabilitas karyawan dalam perusahaan, misalnya apakah perusahaan akan mengalami kerugian bila karyawan tersebut meninggalkan perusahaan, atau seberapa besar kemampuan karyawan untuk menghasilkan business results.

b. Collective Assesment, terdiri atas:

1) Quantitative Collective Measures, contoh ukurannya adalah indeks kepuasan karyawan, persentase biaya pelatihan dan pengembangan karyawan, serta tahun pengalaman dalam profesi.

2) Qualitative Collective Measures, contohnya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: keterampilan karyawan apa yang dinilai tertinggi oleh pelanggan, keterampilan apa yang dicari dari calon karyawan, dan keterampilan apa yang karyawan peroleh dari manajer. 2. Komitmen karyawan, dalam membangun komitmen karyawan, ada tiga sasaran

strategis yang harus diwujudkan, yaitu: work force productivity, iklim organisasi, dan retensi karyawan.

Produktivitas Kerja adalah suatu ukuran hasil, adapun tujuannya adalah untuk membandingkan output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkannya. Untuk mendukung produktivitas tersebut, perusahaan perlu menilai kemampuan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang penting, serta memiliki informasi yang strategis bagi perusahaan. Ukuran atas kedua hal tersebut ditentukan dengan pengukuran rasio penyelesaian kerja strategis dan rasio ketersediaan informasi strategis (Muliadi 2001).


(48)

Tujuan retensi pekerja/karyawan adalah untuk mempertahankan selama mungkin para karyawan yang diminati perusahaan. Sementara kepuasan karyawan merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu, dan layanan pelanggan. Untuk mendukung retensi karyawan dan kepuasan karyawan, perlu dilakukan proses perputaran karyawan atau jalur karir yang baik dan transparan, serta perlu dilakukan pengukuran atas kepuasan pelanggan.

2.2.4. Pengertian Umum Usaha Kecil di Indonesia

Negara negara di dunia mengklasifikasikan jenis usaha untuk memudahkan statistik ekonomi, administrasi dan sistem perpajakan, serta bentuk dukungan dan promosi khusus (untuk usaha tertentu). Hingga saat ini tidak ada rumusan yang baku tentang usaha, kecil dan menengah sehingga definisi yang ada bervariasi menurut konteks dan tujuan penggunaan, akan tetapi secara umum didasarkan pada ukuran tenaga kerja, omset penjualan, nilai asset atau struktur kepemilikan.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-Undang no 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mendefinisikan:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik


(49)

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Menurut Pasal 6 UU No 20 tahun 2008, kriteria UMKM adalah:

1. Usaha Mikro memiliki kriteria (a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00


(50)

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Pasal 4 Undang-Undang No 20 tahun 2008 menjelaskan prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk:

1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri

2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan

3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

4. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Pasal 5 Undang-undang No 20 Tahun 2008 menyebutkan tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan

2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.


(51)

Definisi usaha kecil dan menengah berdasarkan jumlah pekerja (menurut Badan Pusat Statistik) yang diklasifikasikan menjadi:

1. Usaha kerajinan rumah tangga atau Industri dan Dagang Mikro (ID-Mikro) yang mempekerjakan antar 1 – 4 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar) 2. Usaha Kecil atau Industri dan Dagang Kecil (ID-Kecil) yang menggunakan

tenaga kerja antara 5 – 19 orang

3. Usaha Menengah atau Industri dan Dagang Menengah (ID-Menengah) yang menggunakan tenaga kerja antara 20 – 99 orang, dan

4. Usaha Besar atau Industri dan Dagang Besar (ID-Besar) yang menggunakan tenaga kerja lebih dari 100 orang

Pendekatan yang berbeda dalam merumuskan Usaha Kecil dan Menengah tidak menggunakan ukuran ukuran kuantitatif (menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia) meliputi industri pangan (makanan, minuman, dan tembakau), industri kimia dan bahan bangunan (kertas, percetakan, penerbitan, produk karet dan plastik), dan industri logam (mesin, alat alat IPTEK, dan produk logam). Ciri utama klasifikasi ini adalah agar usaha kecil dapat memperoleh kesempatan pemerataan teknologi menengah dan sederhana serta dapat menyerap tenaga kerja yang besardalam bentuk kegiatan industri industri yang bersifat padat karya. Sedangkan kelompok usaha lainnya adalah:

1. Industri dasar, misalnya industri mesin pertanian, elektronik, kereta api, kapal terbang, kenderaan bermotor, baja, aluminium, tembaga, industri kimia dasar, semen, pupuk, dan batubara)


(52)

2. Industri hilir (aneka industri), misalnya industri pertambangan dan aneka produk hasil pengelolaan sumber daya alam dan pertanian.

Dua kelompok terakhir ini dibedakan dengan kelompok Industri Kecil, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja, permodalan dan penggunaan teknologi sekaligus lebih bersifat padat modal dan teknologi tinggi dengan serapan tenaga kerja yang relatif amat sedikit, karena pada umunya memerlukan keahlian yang tinggi dibanding dengan Industri Kecil

Asian Development Bank, GFA Management, Swiss Contact (2001) dalam rekomendasinya kepada pemerintah RI menyarankan definisi tentang usaha mikro, kecil dan menengah didasarkan kepada kriteri jumlah tenaga kerja dan omset penjualan, antara lain:

1. Usaha Mikro memiliki 1 – 9 pekerja

2. Usaha Kecil memiliki 10 – 50 pekerja dan omset hingga Rp 3.000.000.000

3. Usaha Menengah memiliki 51 – 250 pekerja dengan omset hingga 15.000.000.000.

Usulan tersebut tidak memasukkan aset sebagai kriteria karena masalah praktis dalam soal penafsirannya.

2.2.5. Pembiayaan Ventura

Perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal pada suatu Perusahaan Pasangan Usaha (PPU/Investee company) untuk jangka waktu tertentu.


(53)

Pembiayaan oleh Modal Ventura (MV) adalah pembiayaan dalam bentuk penyertan modal (investasi) ke dalam Perusahan Pasangan Usaha (PPU) untuk jangka waktu tertentu, tidak permanen. Munculnya konsep pembiayaan dengan modal ventura diawali antara tahun 1920-1930 pada saat keluarga keluarga kaya di Amerika Serikat seperti Ford, Rockefeller, Payson dan lain lain membentuk suatu pendanaan. Pendanaan ini diarahkan untuk menolong usaha-usaha individu yang sedang mengalami kesulitan modal dalam suatu kegiatan investasi, yang potensial, dan kegiatan ini terus menerus berkembang ke seluruh dunia termasuk di Indonesia yang dikenal sebagai usaha modal ventura.

Penyertaan modal sudah dikenal serta dilakukan oleh investor sejak zaman dahulu, Georges Doriot dikenal sebagai penemu dari industri modal ventura. Pada tahun 1946, Doriot mendirikan American Research and Development Corporation

(AR&D), dimana investasinya pada perusahaan Digital Equipment Corporation

adalah merupakan sukses terbesar. Pada Tahun 1968 sewaktu Digital Equipment

melakukan penawaran sahamnya kepada publik, dan ini memberikan imbal hasil investasi (return on investment-ROI) sebesar 101% kepada AR&D. Investasi ARD's yang senilai $70.000 USD pada Digital Equipment Corporation pada tahun 1957 tersebut telah bertumbuh nilainya menjadi $355 juta USD.

Modal ventura yang pertama kali adalah investasi yang dilakukan pada tahun 1959 oleh Venrock Associates pada perusahaan Fairchild Semiconductor. Awal mula tumbuhnya industri modal ventura ini adalah dengan diterbitkannya Undang-undang investasi usaha kecil (Small Business Investment Act) di Amerika pada tahun 1958 dimana secara resmi diperbolehkannya Kantor Pendaftaran Usaha Kecil (Small


(54)

Business Administration (SBA)) untuk mendaftarkan perusahaan modal kecil untuk membantu pembiayaan dan permodalan dari usaha wiraswasta di Amerika.

Modal ventura merupakan suatu investasi dalam bentuk pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta sebagai pasangan usaha untuk jangka waktu tertentu.(wikipedia.org, 2011) Pada umumnya investasi ini dilakukan dalam bentuk penyerahan modal secara tunai yang ditujukan dengan sejumlah saham pada perusahaan pasangan usaha. Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang tinggi namun memberikan imbal hasil yang tinggi pula. Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing disebut venture capitalist (VC), adalah seorang investor yang berinvestasi pada perusahaan modal ventura. Modal ventura ini mengelola dana investasi dari pihak ketiga (investor) yang tujuan utamanya untuk melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki resiko tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan standar sebagai perusahaan terbuka ataupun guna memperoleh modal pinjaman dari perbankan. Investasi modal ventura ini dapat juga mencakup pemberian bantuan manajerial dan teknikal. Kebanyakan dana ventura ini adalah berasal dari sekelompok investor yang mapan keuangannya, bank investasi, dan institusi keuangan lainnya yang melakukan pengumpulan dana ataupun kemitraan untuk tujuan investasi tersebut. Penyertaan modal yang dilakukan oleh modal ventura ini kebanyakan dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan baru berdiri sehingga belum memiliki suatu riwayat operasionil yang dapat menjadi catatan guna memperoleh suatu pinjaman. Sebagai bentuk kewirausahaan, pemilik modal ventura biasanya memiliki hak suara sebagai penentu arah kebijakan perusahaan sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.


(55)

Perusahaan modal ventura pada dasarnya merupakan perusahaan yang menjalankan usaha untuk mencari keuntungan dengan cara melakukan penyertaan modal kedalam perusahaan lain. Dalam melakukan penyertaan modal tersebut, perusahaan modal ventura turut serta secara aktif dalam mengelola manajemen perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

Berdasarkan cara pemberian pinjaman yang diberikan, Modal Ventura dapat dibedakan menjadi:

1. Single tier approach. Pendekatan ini menempatkan sebuah Perusahaan Modal Ventura dalam dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai pemberi bantuan pembiayaan (fund company) dan juga sebagai pemberi bantuan manajemen atau pengelolaan dana (management company).

2. Two tier approach. Pendekatan ini memungkinkan sebuah Perusahaan Pasangan Usaha untuk menerima bantuan pembiayaan dan bantuan manajeman dari Perusahaan Modal Ventura yang berbeda.

Berdasarkan cara Penghimpunan dan Jika ditinjau dari cara penghimpunan dananya modal ventura dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Leverage Venture Capital. Modal ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan sebagian besar penghimpunan dananya dalam bentuk pinjaman dari berbagai macam pihak disebut leverage venture capital.

2. Equity Venture Capital

Modal Ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan sebagian besar penghimpunan dananya dalam bentuk modal sendiri dalam berbagai bentuk disebut equity venture capital.


(56)

Kriteria pembiayaan yang dilakukan perusahaan ventura adalah sebagai berikut (SK Men Keu, No : 125/KMK.013/1988 Jo. SK No : 468/KMK.017/1995): 1. Perusahaan yang berusaha dalam pasar yang sedang tumbuh dan bersifat inovatif,

serta mempunyai potensi untuk berkembang dimasa akan datang.

2. Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi usaha, namun karena beberapa keterbatasannya belum dapat menghimpun dana/melakukan pinjaman kepada perbankan

3. Perusahaan yang telah memiliki pangsa pasar yang baik, namun perlu mengganti fasilitas produksi agar menjadi lebih canggih untuk memenuhi tuntutan kualitas yang lebih baik, namun perlu mengganti kualitas yang lebih baik

4. Perusahaan yang ingin melakukan restrukturisasi hutang-hutangnya dan posisinya sudah sangat mengganggu tingkat kesehatan perusahaan tersebut.

2.2.6. Modal

Pengertian modal menurut Schwiedland dalam Riyanto (2001) “ Modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geld capital), maupun dalam bentuk barang (sach capital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain lain” Meij dalam Riyanto (2001) mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari barang-barang modal” yang terdapat dalam neraca sebelah debet, sedang yang dimaksud barang-barang modal adalah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan.


(57)

Polak dalam Riyanto (2001) mengartikan modal sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal, dengan demikian modal adalah yang terdapat dalam neraca sebelah kredit. Adapun yang dimaksud barang-barang modal adalah barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di neraca sebelah debet. Pada neraca terdapat 2 gambaran modal, yaitu modal yang menunjukkan bentuknya yaitu modal aktif dan modal yang menunjukkan sumbernya, yaitu modal pasif. Dalam modal aktif, berdasarkan cara dan lamanya perputaran modal aktif dapat dibedakan menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar ialah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek. Aktiva lancar dapat merupakan modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan usahanya sehari-hari. Sedangkan aktiva tetap ialah aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi.

Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan, dapatlah modal aktif dibedakan menjadi modal kerja (working capital assets) dan modal tetap (fixed capital assets). Pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar.

Perbedaan fungsional antara modal kerja dengan modal tetap, ialah dalam artian bahwa. (Riyanto, 2001)

1. Jumlah modal kerja adalah lebih flexibel. Jumlah modal kerja dapat lebih mudah diperbesar atau diperkecil, disesuaikan dengan kebutuhannya. Sedangkan modal tetap, sekali dibeli tidak mudah dikurangi atau diperkecil.


(58)

2. Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen-elemen modal kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, sedangkan modal tetap adalah relatif permanen dalam jangka waktu tertentu, karena elemen-elemen dari modal tetap tidak segera mengalami perubahan-perubahan.

3. Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang pendek, sedangkan modal tetap mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang.

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya.

Beberapa konsep pengertian modal kerja dibedakan menjadi :

1. Konsep Kuantitatif. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

2. Konsep Kualitatif. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya (net working capital).

3. Konsep Fungsional. Dalam konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.


(59)

2.2.7. Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.

Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini. Definisi yang diberikan sering berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan para ahli tersebut dalam memandang dan meninjau pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan kegiatan pemasaran dimana seseorang berusaha menawarkan sejumlah barang atau jasa dengan sejumlah nilai keberbagai macam kelompok social untuk memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Definisi yangpaling sesuai dengan tujuan tersebut adalah :

Pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan prosuk yang bernilai kepada pihak lain (Kotler, 2003)

Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands).

Manusia harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan


(1)

3. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

VARIABEL LINGKUNGAN INTERNAL

Ite m-Total Sta tisti cs

19.8857 1.751 .791 .879

19.8286 1.793 .735 .719

19.8571 1.597 .763 .829

19.8000 2.106 .634 .840

19.8000 2.165 .682 .857

19.8286 2.440 .790 .742

x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 x1.5 x1.6

Sc ale Mean if Item Deleted

Sc ale Variance if Item Deleted

Correc ted Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Reliability Statistics

.835 6

Cronbach's


(2)

VARIABEL LINGKUNGAN EKSTERNAL

Ite m-Tota l Sta tisti cs

2.4286 .605 .605 .748

2.0286 .617 .615 .753

x2.1 x2.2

Sc ale Mean if Item Deleted

Sc ale Variance if Item Deleted

Correc ted Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Reliability Statistics

.754 2

Cronbach's


(3)

VARIABEL KINERJA

Reliability Statistics

.777 10

Cronbach's

Alpha N of Items

Item-Total Statistics

35.5714 19.487 .664 .733

35.5714 19.958 .585 .742

35.3714 19.123 .726 .725

35.5429 19.314 .709 .728

35.4571 19.138 .625 .734

35.3714 21.064 .334 .771

35.2857 19.975 .477 .753

35.6000 19.776 .434 .759

35.3714 22.476 .415 .802

35.4571 22.432 .388 .812

y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7 y8 y9 y10

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted


(4)

4. HASIL REGRESI MODEL PENELITIAN

Descriptive Statistics

3.9400 .49420 35

3.9669 .26467 35

2.2286 .70024 35

Kinerja usaha kecil Lingkungan Internal Lingkungan Eks ternal

Mean Std. Deviation N

Va riables Entere d/Re movedb

Lingkunga n

Ek sternal, Lingkunga n Internala

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All reques ted variables ent ered. a.

Dependent Variable: K inerja us aha kec il b.

Model Summ aryb

.890a .792 .724 5.69585

Model 1

R R Square

Adjust ed R Square

St d. E rror of the Es timate Predic tors: (Constant), Lingkungan Eks ternal,

Lingkungan Int ernal a.

Dependent Variable: K inerja us aha kec il b.


(5)

ANOV Ab

1334.582 2 33365. 291 19.601 .000a

43225. 494 32 1729.484

17668. 076 34 Regres sion

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), Lingkungan E kst ernal, Lingkungan Int ernal a.

Dependent Variable: Kinerja usaha k ecil b.

Coefficientsa

3.404 1.129 3.017 .005

5.919 1.972 1.081 3.002 .001 .998 1.032

2.865 .971 3.190 2.951 .000 .978 1.012

(Constant) Lingkungan Internal Lingkungan Ek sternal Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coeffic ients

Beta Standardiz ed

Coeffic ients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Kinerja us aha kecil a.


(6)

5. UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

35 .0000000 .67506925 .265 .120 -.265 1.565 .115 N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Res idual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

6. UJI GLEJSER

Coeffi cientsa

.407 .323 1.262 .490

-.072 .083 -.715 -.871 .603

(Const ant) Y1 Model 1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardiz ed

Coeffic ients

t Sig.

Dependent Variable: abs a.

7. t-tabel dan f-tabel

R1 2.036933 T-TABEL R2 0.000000

R3 3.294537 F-TABEL R4 0.000000