Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah

b. Telinga Luar

Telinga luar mengumpulkan gelombang bunyi ke Meatus Auditorius Eksternus. Dari meatus, Kanalis auditorius eksternus berjalan kedalam menuju membran timpani gendang telinga 7,8 Telinga luar terdiri dari pinna daun telinga, meatus auditorius eksternus saluran telinga dan membran timpani gendang telinga. Pinna, lipatan menonjol tulang rawan berlapis kulit mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga luar. Pintu masuk saluran telinga dijaga oleh rambut-rambut halus. Kulit yang melapisi saluran mengandung kelenjar keringat modifikasi yang menghasilkan serumen kotoran kuping, suatu sekresi lengket yang menjebak pertikel-partikel kecil asing. Baik rambut-rambut halus maupun serumen membantu mencegah partikel di udara mencapai bagisan dalam saluran telinga, tempat partikel dapat menumpuk atau mencederai membran timpani dan gangguan pendengaran. Membran Timpani yang membentang merintangi pintu masuk ke telinga tengah, bergetar ketika terkena gelombang suara. Daerah-daerah bertekanan tinggi dan rendah yang berselang-seling dan ditimbulkan oleh gelombang suara menyebabkan gendang telinga yang sangat peka melekuk ke dalam dan keluar seiring dengan frekuensi gelombang suara. 8

c. Telinga Tengah

Telinga tengah adalah rongga berisi udara di dalam tulang temporalis yang terbuka melalui tuba auditorius ke nasofaring dan melalui nasofaring ke luar. Tuba biasanya tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap saluran ini terbuka, sehingga tekanan udara dikedua sisi gendang telinga seimbang. 7 Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya tiga tulang pendengaran atau osikulus maleus, inkus, dan stapes yang dapat bergerak dan membentang ditelinga tengah. Tulang pertama, maleus, melekat ke membran timpani ,dan tulang terakhir stapes, melekat ke jendela oval oval window, pintu masuk ke dalam koklea yang berisi cairan. Sewaktu membran timpani bergetar sebagai respon terhadap gelombang suara, rangkaian tulang-tulang tersebut ikut bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan frekuensi getar ini dari membran timpani ke jendela oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval yang ditimbulkan oleh setiap getaran akan menimbulkan gerakan cairan telinga dalam mirip gelombang dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal, tapi harus membutuhkan getaran yang besar supaya dapat mengetarkan cairan. 7 Sistem osikulus memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh gelombang suara diudara melalui dua mekanisme agar cairan dikoklea bergetar. Pertama, karena luas membran timpani jauh lebih besar dari pada luas jendea oval maka terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja pada membran timpani disalurkan oleh osikulus ke jendela oval. Kedua, efek tuas osikulus juga menimbulkan penguatan. Bersama-sama kedua mekanisme ini meningkatkan gaya yang bekeja pada jendela oval sebesar 20 kali. Penambahan tekanan ini sudah cukup untuk menggetarkan cairan di koklea. 7 Beberapa otot halus ditelinga tengah berkontraksi secara reflex sebagai respon terhadap suara keras lebih dari 70 dB, menyebabkan membran timpani mengencang dan membatasi gerakan rangkaian osikulus. 7 d. Telinga Dalam 7,8 Bagian koklea labirin adalah saluran melingkar pada manusia panjangnya 35 mm dan membentuk 2 ¾ kali putaran. Koklea yang seukuran kacang polong dan berbentuk mirip rumah siput ini adalah bagian telinga dalam yang “mendengar” dan merupakan sistem tubulus yang bergulung yang terletak jauh di dalam tulang temporal. koklea terdiri dari tiga tuba melingkar yang saling bersisian : 1 Skala Vestibuli kompartemen atas 2 Skala Media Duktus Koklearis buntu, yang membentuk kompertamen tengah , 3 Skala Timpani kompartemen bawah Skala vestibuli dan skala media dipisahkan satu sama lain oleh Membran Reissner disebut juga membran vestibular. Skala timpani dan skala media dipisahkan satu sama lain oleh Membran Basilar. Membran basilaris sangat penting karena mengandung Organ Corti, yaitu organ indra untuk pendengaran. 7,8

Dokumen yang terkait

Perbedaan maturasi plak pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan Non-SECC di Kecamatan Medan Selayang

3 104 65

Hubungan Karakteristik Saliva Pada Anak Usia 37-71 Bulan Dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) Dan NON S-ECC Di Kecamatan Medan Baru

2 56 77

Hubungan Karakteristik Saliva Pada Anak Usia 37-71 Bulan Dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan Non S-ECC di Kecamatan Medan Selayang

2 56 76

Pola Temperamen Bayi Usia 4 - 8 bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

0 30 68

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia 36-59 Bulan Pada Keluarga Peserta Dan Bukan Peserta Bina Keluarga Balita (BKB) Di Desa Tulaan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2009

0 38 110

Validasi Kuesioner Littlears Berbahasa Indonesia Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Jakarta

1 12 66

Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia Pada Pertumbuhan dan Perkembangan Pendengaran Anak Usia 0-24 Bulan dengan Faktor Risiko Gangguan Pendengaran

0 21 78

Validasi kuesioner Littlears berbahasa Indonesia untuk menilai tumbuh kembang pendengaran pada anak usia 7-12 bulan di Jakarta Tahun 2013

0 6 66

KAJIAN ONOMATOPE PADA LAGU ANAK USIA DINI BERBAHASA INDONESIA DI PLAYGROUP/KINDERGARTEN ANAK BINTANG Kajian Onomatope Pada Lagu Anak Usia Dini Berbahasa Indonesia Di Playgroup/Kindergarten Anak Bintang Purwodadi-Grobogan.

0 1 15

KUESIONER HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014

0 0 20