SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi sebagai suatu sarana bukan tujuan. Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai
pemanfaat beneficiaries bukan sebagai objek perubahan. Pendekatan kebutuhan- kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.
Konsep pembangunan manusia memenuhi dimensi yang sangat luas dengan banyak pilihan, hanya mungkin tercapai jika penduduk tersebut memiliki
peluang angka harapan hidup yang tinggi atau umur panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan atau keahlian serta mempunyai peluang atau
kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan yang produktif, sehingga penduduk memiliki tingkat daya beli yang tinggi.
Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia digunakan Indeks
Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Index HDI. IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan
manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup longetivity, pengetahuan knowledge, dan standar hidup layak decent living.
Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa PBB, menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada
skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut:
1. Rendah dengan nilai IPM 50 2. Menengah bawah dengan nilai IPM antara 50 sampai dengan 66
3. Menengah atas dengan nilai IPM antara 66 sampai 80 4. Atas dengan nilai IPM
≥ 80
Universitas Sumatera Utara
IPM Status IPM
100 ------------------------------------------ Atas
80 ------------------------------------------- Menengah Atas
66 -------------------------------------------- Menengah Bawah
50 -------------------------------------------- Rendah
---------------------------------------------
Gambar 1.1 Status Indeks Pembangunan Manusia
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS
Jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria rendah, hal ini berarti kinerja pembangunan manusia daerah tersebut masih memerlukan
perhatian khusus untuk mengejar ketertinggalannya. Begitu juga jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria menengah, hal ini berarti
pembangunan manusia masih perlu ditingkatkan. Dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia LPMI tahun 2004
menekankan perlunya Indonesia memberikan prioritas investasi yang lebih tinggi pada upaya pembangunan manusia dan bagaimana pembiayaannya. Laporan
tersebut menegaskan bahwa pembangunan manusia merupakan hak asasi manusia yang sangat penting untuk meletakkan dasar kokoh bagi pertumbuhan ekonomi
dan menjamin kelangsungan demokrasi dalam jangka panjang. Sebelum krisis tahun 1998, Indonesia berhasil membangun hak-hak dasar
manusia, mentransfer pertumbuhan ekonomi yang tinggi kepada pembangunan
Universitas Sumatera Utara
manusia. Dimulai dari tingkat rendah pada tahun 1960, akhirnya Indonesia berhasil melewati tingkat perkembangan yang dicapai oleh negara-negara
tetangga se-Asia Tenggara. Sebagai hasilnya dalam bidang pembangunan manusia, rangking global Indonesia sama dengan rangking pendapatan per
kapitanya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pembangunan manusia adalah dalam tingkat rata-rata dengan tingkat perkembangan ekonomi, tidak di bawah
dan tidak di atas Human Development ReportHDR, 2004. Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997
berdampak pada menurunnya tingkat pendapatan yang diakibatkan banyaknya PHK dan menurunnya kesempatan kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat
inflasi yang meningkat dari 6 menjadi 78 selama periode 1997 sampai 1998. Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat
memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli Purchasing Power Parity.
Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan menurunnya daya beli dan ini berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan
kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang dapat
menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek. Pada tahun 1999, IPM di Kota Binjai menunjukkan peningkatan yang
cukup menggembirakan yaitu mencapai 68,5 . Kemudian tahun 2002, meningkat mencapai 71,5 .. Selanjutnya, selama periode tahun 2004 sampai
2006 IPM Kota Binjai cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu dari 74,0 . pada tahun 2004 meningkat menjadi 74,4. pada tahun 2005
Universitas Sumatera Utara
dan meningkat lagi menjadi 75,3. pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2007 IPM Kota Binjai mencapai angka 75,5.
Dengan berlakunya UU No.22 tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka daerah otonom
diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus semua urusan pemerintah di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat, yakni untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu instrumen kebijakan
pemerintah daerah adalah Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah APBD dengan pengaturan distribusi anggarannya. Yang menjadi pertanyaan adalah
apakah pemerintah daerah otonom telah melakukan kebijakan anggaran untuk meningkatkan pembangunan manusia di daerahnya.
Dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia LPMI tahun 2004 dikatakan bahwa dalam jangka pendek, walaupun tidak ada pertumbuhan ekonomi
yang memuaskan, sebuah negara dapat meningkatkan pembangunan manusia yang cukup signifikan melalui pengeluaran publik yang direalisasikan dengan
baik. Untuk itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan realisasi belanja pembangunan terutama di sektor pendidikan dan sektor kesehatan akan memberi
pengaruh yang positif bagi perkembangan Indeks Pembanguan Manusia IPM. Untuk mengetahui seberapa besar kebijakan realisasi dana pembangunan
khususnya untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap perkembangan IPM, penulis tertarik menganalisis masalah ini dengan melakukan penelitian
ilmiah dengan judul “Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Di Kota Binjai”.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah