Jenis Kelamin Pendidikan Faktor Internal Responden 1. Umur

5.1.2. Jenis Kelamin

Dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa responden laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan. Dilihat dari mayoritas pengguna Napza suntik yang mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon di RSUP H. Adam Malik Medan, mayoritas penasun adalah laki-laki. Hal ini tentunya selaras dengan data yang diperoleh di Komisi Penanggulangan AIDS Sumatera utara tahun 2009, bahwa jumlah penderita HIVAIDS lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Adapun faktor risiko penularan HIV pada kelompok penasun adalah perilaku tukar menukar jarum dan alat suntik pada saat menyuntik sehingga mengakibatkan penularan HIV tetap tinggi di kalangan penasun KPA, 2009.

5.1.3. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar artinya di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, individu, kelompok, atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar. Kegiatan belajar dapat terjadi dimana, kapan, dan oleh siapa saja. Seseorang dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan. Sama halnya dengan pendapat Notoatmodjo 1993 bahwa pendidikan akan membuat individu menuju kepada suatu perubahan yang diinginkan. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan tamat SMA. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah Universitas Sumatera Utara berada pada tingkat pendidikan dasar yang disarankan oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu pendidikan dasar 9 tahun. Dari tingkat pendidikan yang baik dapat dijadikan peluang dalam program pencegahan dampak buruk Napza karena dengan tingkat pendidikan yang baik maka akan mudah bagi responden untuk memahami informasi yang diberikan.

5.1.4. Pekerjaan