BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan
November 2013 di Pantai Muara Indah, Desa Denai Kuala, Kecamatan Pantai
Labu, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, teropong binokuler Bushnell 12 x 50 dan monokuler Bushnell 15-60 x 60 mm, alat tulis, buku
panduan lapangan burung Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan Macckinnon at al. 1998, buku identifikasi Siput dan Kerang Indonesia Dharma, 1988, GPS
Global Positioning System Garmin 60 CSx, termometer, refraktometer, erlenmeyer, hygrometer, spektrofotometer, pH meter, kamera Canon PowerShot
SX40 HS, botol terang dan gelap, pipa paralon, ayakan 1 mm, tanur, ember, kantung plastik, yang digunakan untuk menyimpan sampel tanahlumpur serta
botol koleksi. Bahan yang digunakan yaitu, alkohol 70, aquades, ascorbicacid, brucine sulfat sulfanic acid, reagen amstrong.
3.3 Deskripsi Area
Pantai Muara Indah merupakan hamparan lumpur berpasir dengan kedalaman lumpur sekitar 10
– 40 cm. Secara geografis Pantai Muara Indah terletak pada 03
40’ 44,5” N dan 098 56’ 48,6” E. Tipe lahan basah yang
terdapat di sekitar lokasi pengamatan, yaitu areal tambak dan rawa. Pantai ini terdapat hamparan lumpur yang luas, dan terdapat aktivitas pariwisata,
pertambakan, perkebunan serta aktivitas Gambar 6. Vegetasi dominan terdiri dari jenis Avicennia spp. dan Rhizophora spp.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Lokasi Penelitian
3.4 Metoda Penelitian 3.4.1 Pengamatan dan Identifikasi Burung Pantai
Pengambilan data burung dilakukan dengan mengidentifikasi jenis dan menghitung jumlah burung. Penentuan lokasi penelitian dengan menggunakan
Metode Purposive, yaitu penentuan lokasi dengan memilih lokasi tempat burung pantai berada dan lokasi tersebut dapat mewakili atau mendekati kebenaran
dengan keadaan secara keseluruhan Fachrul, 2007. Sedangkan untuk pengamatan keberadaan jenis burung pantai dengan menggunakan metode
Concentration Count. Metode ini mengamati burung pada suatu lokasi dan waktu tertentu berdasarkan kelompok makan pada lokasi tempat burung air berkumpul
mencari makan Bibby et al., 2000. Pengamatan disesuaikan dengan waktu pasang surut. Kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan
lapangan burung Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan Mackinnon et al. 1998. Metode perhitungan jumlah burung dengan menggunakan metode blok.
Perhitungan dengan cara ini dapat dilakukan pada kelompok burung yang sedang terbang atau hinggap di daerah terbuka dalam jumlah yang cukup besar. Pada
metode ini, pengamat menghitung burung dengan cara melakukan perkiraan terhadap jumlah individu yang diamati berdasarkan jumlah blok yang ada dalam
Universitas Sumatera Utara
suatu kelompok. Satu blok terdiri dari 10 atau 20 jumlah individu. Pengamat kemudian menghitung ada berapa blok dalam kelompok tersebut. Total perkiraan
jumlah individu adalah jumlah blok dalam suatu kelompok dikalikan dengan jumlah individu dalam suatu blok ditambah beberapa individu yang tersisa, yang
dianggap tidak termasuk dalam blok yang ada Howes et al., 2003. Contoh perhitungan dengan metode blok dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7. Contoh Perhitungan Jumlah Burung dengan Metode Blok
Data burung pantai diambil pada bulan Februari-April 2013. Pengambilan data dilakukan pada minggu pertama dan ketiga, dalam 1 minggu pengamatan
dilakukan selam tiga hari berurut-turut. 3.4.2 Pengambilan Makrozoobenthos
Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan menggunakan pipa paralon Swennen Marteijjen 1985 dalam Howes et al., 2003 dan di identifikasi
dengan menggunakan buku Siput dan Kerang Indonesia Dharma, 2005. Penggunaan pipa paralon bertujuan untuk mengambil sampel yang berada dalam
substrat. Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan pada lokasi tempat burung pantai mencari makan, dan juga pada lokasi yang tidak digunakan oleh
burung. Pengambilan makrozoobenthos menggunakan pipa paralon melalui
beberapa tahapan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan pada lokasi tempat burung
pantai mencari makan, dan juga pada lokasi yang tidak digunakan oleh burung. Pengambilan dilakukan pada 3 lokasi, 2 lokasi yang digunakan oleh
burung dan 1 lokasi yang tidak digunakan oleh burung. Masing-masing lokasi berukuran 100m x 100m dan dalam 1 lokasi diambil sebanyak 5 titik. Setiap 1
titik diambil sampai kedalaman 30cm dan dibagi menjadi 6 strata 5cm, 10cm, 15cm, 20cm, 25cm dan 30cm,
2 Sedimen yang diambil dicampur dengan air.
3 Selanjutnya, diayak dengan menggunakan ayakan yang berukuran 1 mm, hal
ini bertujuan agar makrozoobenthos yang ukurannya lebih dari 1 mm dapat disaring dan tertinggal dalam ayakan.
4 Kemudian, makrozoobenthos yang diperoleh dimasukkan ke dalam plastik
yang telah berisi alkohol 70 dan diidentifikasi di laboratorium Sistematika Hewan.
3.4.3 Pengukuran Biomassa
Pengukuran biomassa dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar LIDA, yang bertujuan untuk mengetahui kerapatan rata-rata makrozoobenthos,
penyebaran serta kepentingan jenis makanan burung air Howes et al, 2003. Khusus untuk kelas polychaeta tidak dilakukan pengukuran biomassa karena kelas
ini telah luruh pada saat pengambilan sampel. Pengukuran biomassa dilakukan dengan cara berikut ini:
1 Makrozoobenthos yang telah di identifikasi dikelompokkan dan dihitung
jumlah kemudian ditimbang berat basahnya dan disimpan dalam cawan petri yang teleh di beri label.
2 Sampel dikeringkan dengan oven pada suhu 105
o
C selama 2 hari untuk mendapatkan berat kering yang konstan dan selanjutnya di timbang beratnya.
3 Sampel dikering abukan dalam tanur dengan suhu 900
o
C selama 4 jam. Selanjutnya dihitung berat bersih dengan demikian akan diketahui secara pasti
kalkulasi kerapatan rata-rata, penyebaran dan kepentingan jenis makanan burung pantai.
Universitas Sumatera Utara
3.4.4 Pengukuran Parameter Fisika-Kimia
Faktor fisika-kimia yang di ukur adalah suhu, kecerahan, salinitas, pH, kadar organik dan tekstur tanah. Pengukuran suhu, kecerahan, salinitas dan pH
dilakukan di lokasi penelitian. Alat dan metode yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Pengukuran Faktor Fisika-Kimia
No. Variabel
Satuan Alat Metode
A. Faktor fisik
1. Suhu
o
C
Termometer 2.
Kecerahan Cm
Secchi disk
B. Faktor Kimia
3. Salinitas
00
Refraktometer 4.
pH -
pH meter
3.4.5 Tekstur Tanah
Pengukuran tekstur tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Prosedur pengukuran tekstur
tanah dapat dilihat pada Gambar 8 dan Lampiran A. Tekstur sedimen yang telah diukur dikelompokkan menjadi beberapa kelas berdasarkan komposisi pasir, debu
dan liat. Selanjutnya sedimen tersebut dianalisis menggunakan software segitiga tekstur tanah dengan macromedia flash player 7 Copyright: Mahbub, ps ilmu
tanah Universitas Lampung ’06.
Gambar 8. Segitiga untuk mengetahui tekstur sedimen Copyright: Mahbub, ps ilmu tanah universitas lampung ’06
Universitas Sumatera Utara
3.4.6 Pengukuran Kadar Organik
Pengukuran kadar organik yang diambil dari lokasi penelitian akan diuji di Laboratorium Pusat Penelitian, Universitas Sumatera Utara. Prosedur pengukuran
kadar organik dapat dilihat pada Lampiran B.
3.5 Analisis Data 3.5.1 Burung Pantai
1. Indeks Keanekaragaman Jenis
Berdasarkan jumlah individu burung air yang didapatkan ditentukan indeks keanekaragaman jenis burung pada tiap lokasi digunakan Indeks Shannon
Magurran, 1988 yaitu: ∑
dengan pi =
∑ ∑
dimana H’: merupakan nilai indeks diversitas Shannon
pi : merupakan proporsi kelimpahan spesies ke i atau niN ni : jumlah individu spesies ke i
2 Indeks Kemerataan Jenis E
Untuk menentukan indeks kemerataan jenis makrozoobentos digunakan Indeks Shannon Magurran, 2004 yaitu:
⁄ dengan S = jumlah spesies
3.5.2 Makrozoobentos 1 Indeks Keanekaragaman Jenis
Untuk menentukan indeks keanekaragaman makrozoobentos digunakan Indeks Shannon Magurran, 1988 yaitu:
∑
dengan pi =
∑ ∑
Universitas Sumatera Utara
2 Indeks Kemerataan Jenis E
Untuk menentukan indeks kemerataan jenis makrozoobentos digunakan Indeks Shannon Magurran, 2004 yaitu:
⁄ dengan S = jumlah spesies
3.5.3 Biomassa Makrozoobentos
Berat kering bebas abu dihitung menggunakan rumus Howes et al., 2003: ADW Ash-free Dry Weight gr = berat X - berat Y
Dimana X = berat awal spesies 1,2 ... dst Y = berat akhir spesies 1,1 ... dst setelah jadi abu
ADW total gr.m
2
= ∑
Dimana Bj = biomassa semua spesies LA = luas area πr
2
x n N = jumlah pipa paralon
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Komposisi dan Keanekaragaman Burung Pantai 4.1.1 Keanekaragaman burung pantai
Hasil penelitian yang dilakukan dari bulan Februari sampai April 2013 didapatkan 19 spesies burung pantai yang terdiri dari 2 famili, yaitu Charadriidae sebanyak 7
spesies dan Scolopacidae sebanyak 12 spesies. Ke 2 famili burung pantai ini merupakan burung pantai migran. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel
2 berikut ini.
Tabel 2. Jenis-jenis burung pantai yang didapatkan di pantai Muara Indah Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara
No. Famili
Nama Spesies Nama
Indonesia Status
Feb Mar
April
1. Charadriidae
Charadrius alexandrines
Cerek tilil LC
+ -
+ Charadrius
mongolus Cerek-pasir
Mongolia LC
+ +
+ Charadrius
veredus Cerek asia
LC +
+ +
Charadrius leschenaultia
Cerek-pasir besar
LC +
+ +
Charadrius dealbatus
Cerek muka putih
LC +
- -
Pluvialis fulva Cerek kernyut
LC +
+ +
Pluvialis squatarola
Cerek besar LC
+ -
- 2.
Scolopacidae Arenaria interpres
Trinil pembalik-batu
LC +
+ -
Calidris alba Kedidi putih
LC +
+ +
Calidris canutus Kedidi merah
LC +
- -
Calidris ferruginea
Kedidi golgol LC
+ -
- Calidris ruficollis
Kedidi leher- merah
LC +
- -
Limosa lapponica Biru-laut ekor-
blorok LC
+ -
- Numenius
phaeopus Gajahan
pengala LC
+ +
+ Numenius arquata
Gajahan besar NT
+ +
- Numenius
madagascariensis Gajahan timur
VU +
- -
Tringa cinereus Trinil bedaran
LC +
+ +
Tringa hypoleucos Trinil pantai
LC +
+ +
Tringa tetanus Trinil kaki-
merah LC
+ -
-
Total 19
10 9
Kategori status keterancaman mengacu kepada Redlist IUCN 2007 yang meliputi EX = Extinct; EW = Extinct in the Wild; CR = Critically Endangered; EN = Endangered; VU = Vulnerable; NT
= Near Threatened; LC = Least Concern; DD = Data Deficient.
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 2 di atas terlihat bahwa pada pengamatan bulan Februari ditemukan sebanyak 19 jenis burung pantai. Sedangkan pada bulan Maret mengalami
penurunan yang drastis, yaitu hanya ditemukan sebanyak 10 jenis dan penurunan juga terjadi pada bulan April dimana hanya ditemukan sebanyak 9 jenis burung
pantai. Perbedaan jumlah spesies pada setiap bulannya diduga terjadi karena kebiasaan dari masing-masing jenis berbeda dalam melakukan perjalanan
migrasinya. Hal ini dinyatakan juga oleh Arifin 2010, pada umumnya bulan September sampai November merupakan waktu perjalanan migrasi ke selatan
winter migration, sedangkan burung pantai migran akan kembali ke lokasi berbiak pada bulan April sampai Juni. Dalam perjalanannya bermigrasi, masing-
masing jenis burung pantai migran mempunyai strategi yang berbeda. Pada Tabel 2 juga terlihat status burung pantai di Pantai Muara Indah,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara meliputi Least Concern, Vulnerable, dan Near Threatened, dimana 17 spesies berstatus Least Concern
sedangkan 1 spesies berstatus Vulnerable yaitu Numenius madagascariensis dan 1 spesies berstatus Near Threatened yaitu Numenius arquata.
Menurut Sukmantoro et al. 2007, sebagian besar burung pantai tergolong
kedalam 2 suku besar, yaitu Charadriidae dan Scolopacidae. Sementara itu, beberapa jenis lainnya termasuk kedalam suku lain yang memiliki jumlah jenis
yang lebih
sedikit, yaitu
Jacanidae, Rostratulidae,
Haematopodidae, Recurvirostridae, Burhinidae, Glareolidae dan Phalaropidae. Burung pantai di
Indonesia terdiri dari 15 jenis burung pantai penetap dan 50 jenis burung pantai
migran. Dimana dari 50 jenis burung pantai migran yang ada di Indonesia, hanya terdapat 19 jenis burung pantai migran di Pantai Muara Indah, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Sedikitnya jumlah jenis burung pantai yang ditemukan pada Pantai Muara
Indah, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara dapat disebabkan karena habitat atau lahan basah yang digunakan oleh burung pantai terganggu oleh
aktivitas manusia, seperti adanya pembukaan lahan untuk perkebunan, dan pertambakan. Hal ini dinyatakan juga oleh Hasudungan 2005, ada
kecenderungan penurunan jumlah burung pantai yang ditemukan baik dari jumlah jenis maupun jumlah individu. Hal ini, diduga berkaitan dengan penurunan
Universitas Sumatera Utara
kualitas habitat akibat adanya konversi lahan karena pembukaan tambak, perkebunan, dll.
Kehadiran burung migran di Pantai Muara Indah, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara dipengaruhi oleh kondisi tempat burung migran mencari
makan dan beristirahat. Hal ini juga dinyatakan oleh Howes et al. 2003, bahwa faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan pakan, tempat
untuk istirahat, berbiak, bersarang, bertengger dan berlindung. Arifin 2010 menyatakan bahwa burung pantai migran dilindungi secara
Internasional, namun ada juga yang mendapat perlindungan secara khusus karena status keterancamannya. Pada penelitian di Pantai Muara Indah, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara terdapat 1 spesies berstatus Vulnerable yaitu Numenius madagascariensis dan 1 spesies berstatus Near Threatened yaitu
Numenius arquata.
4.1.2 Kehadiran Burung Pantai
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan burung pantai dari famili Charadriidae dan Scolopacidae yang paling banyak ditemukan pada bulan Februari 446 ekor
dan terendah pada bulan April 101 ekor Gambar 9 dan Gambar 10.
Gambar 9. Jumlah individu dari Famili Charadriidae
50 100
150 200
Charadrius alexandrinus Charadrius mongolus
Charadrius veredus Charadrius leschenaultii
Charadrius dealbatus Pluvialis fulva
Pluvialis squatarola
Jumlah Individu N
am a
S p
e si
e s
April Maret
Februari
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Jumlah individu dari Famili Scolopacidae
Berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 10 perbedaan jumlah individu pada famili Charadriidae dan famili Scolopacidae yang sangat signifikan terjadi pada
pengamatan bulan Februari. Pada pengamatan bulan Februari curah hujan relatif rendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya sehingga mendukung burung pantai
untuk mencari makan di mudflat. Menurunnya jumlah burung pantai pada pengamatan bulan Maret dan April disebabkan burung pantai mulai kembali ke
Negara asalnya karena waktu migrasi mulai habis. Jenis burung pantai yang ditemukan di Pantai Muara Indah, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera
Utara sebanyak 19 jenis dengan jumlah 699 individu lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian Arifin 2010 di Pantai Cemara Jambi sebanyak 23 jenis dengan
jumlah 3665 individu. Berdasarkan penelitian Arbi 2008,
kehadiran jenis burung pantai tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat.
Meskipun tidak dapat dijadikan sebagai panduan utama, namun habitat dapat dijadikan sebagai panduan untuk membantu identifikasi terhadap jenis burung
pantai tersebut. Menurut Boettcher 1995, pemilihan habitat oleh burung pantai
migran ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, ketersediaan dan kemelimpahan pakan, kondisi cuaca, tipe substrat, pasang surut air laut, salinitas
air laut, ketinggian genangan air, dan morfologi setiap jenis burung.
20 40
60 80
100 120
140 160
Arenaria interpres Calidris alba
Calidris canutus Calidris ferruginea
Calidris ruficollis Limosa lapponica
Numenius phaeopus Numenius arquata
Numenius madagascariensis Tringa cinereus
Tringa hypoleucos Tringa totanus
Jumlah individu N
am a
S p
e si
e s
April Maret
Februari
Universitas Sumatera Utara
Menurut Howes, et. al. 2003,
keteraturan dan ketepatan waktu dalam merespon tekanan alam merupakan kunci sukses burung migran dalam
melanjutkan hidupnya. Dari informasi tersebut secara umum dapat disimpulkan bahwa waktu terbaik untuk mengamati burung pantai migran adalah pada saat
mereka memulai perjalanan menuju belahan bumi selatan September – Maret
dan saat mereka kembali ke lokasi berbiak Maret – April.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada kondisi air mulai surut masing- masing jenis tampak semakin bertambah jumlah individunya tetapi tidak terjadi
pada famili Charadriidae, jenis Calidris spp. dan Tringa spp. Jenis burung pantai ini pada saat pasang terlihat berkurang jumlah individunya. Arifin 2010
menyatakan bahwa hal ini kemungkinan karena jenis-jenis ini lebih menyukai daerah tergenang dengan arus yang lemah. Kondisi pasang tinggi memaksa jenis
ini untuk mencari lokasi yang sesuai dengan kebiasaan mereka. Jenis-jenis ini terlihat terbang ke arah darat kemungkinan untuk mencari lahan basah di darat
berupa tambak, sungai, rawa ataupun sawah yang berada tidak jauh dari Pantai Muara Indah.
Jamaksari 2011 menyatakan bahwa pasang surut air laut menjadi faktor pembatas bagi burung pantai dalam mencari makan. Pasang surut akan
berpengaruh terhadap luasan areal mencari makan yang berakibat pada jumlah dan ketersediaan makanan.
4.3 Indeks Keanekaragaman Spesies H’ dan Indeks Kemerataan E Burung Pantai
Indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan burung pantai pada bulan Februari, Maret dan April di pantai Muara Indah, Kabupaten Deli Serdang,
Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah spesies S, jumlah individu N, indeks keanekaragaman spesies H’ dan indeks keanekaragaman E burung pantai
Februari Maret
April
S 19
10 9
N 446
152 101
H’ 1,50
0,76 0,57
E 0,51
0,33 0,26
Berdasarkan Tabel 3dapa t dilihat nilai indeks keanekaragaman jenis H’
burung pantai di pantai Muara Indah dengan nilai tertinggi terdapat pada bulan
Universitas Sumatera Utara
Februari dengan nilai 1,50, kemudian bulan Maret dengan nilai 0,76 sedangkan nilai H’ terendah terdapat pada bulan April dengan nilai 0,57. Dapat dilihat juga
indeks kemerataan jenis tertinggi terdapat pada bulan Februari dengan nilai 0,51 dan indeks kesamaan jenis terendah terdapat pada bulan April dengan nilai 0,26.
Keanekaragaman jenis burung pantai di Pantai Muara Indah, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara relatif rendah, hal ini bisa jadi disebabkan oleh
aktivitas masyarakat yang mengganggu lokasi makan bagi burung pantai. Nilai H’ yang tinggi pada bulan Februari bisa jadi disebabkan oleh jenis
burung pantai yang mendominasi pada bulan tersebut. Jenis burung pantai yang mendominasi adalah Pluvialis fulva dan Numenius phaeopus, hal ini dapat dilihat
dari jumlah individu dari kedua spesies ini sangat banyak dibandingkan dengan spesies yang lain. Faktor yang mempengaruhi rendahnya indeks keanekaragaman
terkait dengan luas area. Luas area akan mempengaruhi sumber makanan yang menjadi faktor utama kehadiran spesies burung migran pada suatu lokasi.
Menurut Alikondra 2002, faktor yang mempengaruhi nilai H’
Keanekaragaman adalah kondisi lingkungan, jumlah jenis dan sebaran individu pada
masing-masing jenis.
Komunitas yang
memiliki nilai
indeks keanekaragaman tinggi memiliki hubungan komponen dalam komunitas yang
kompleks. Namun menurut Widodo 1996, bila keadaan sebaliknya keadaan jenis komunitas sedang mengalami tekanan. Habitat yang kondisinya baik dan jauh dari
gangguan manusia serta di dalamnya mengandung bermacam-macam sumber makanan, memungkinkan memiliki jenis burung yang banyak.
4.4 Faktor Fisik dan Kimia Perairan Pantai Muara Indah