Hubungan Morfologi Burung Pantai dengan Makrozoobenthos sebagai mangsanya

terhadap pengelompokan makrozoobenthos diantaranya adalah tipe atau fraksi substrat, bahan organik dan derajat keasaman pH. Menurut Howes et al. 2003, Jenis-jenis mangsa yang berbeda cenderung menempatihabitat yang berbeda serta memiliki relung yang berbeda pula didalam suatu lingkungan pasang surut. Kehadiran serta pergerakan mereka akan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan siklus pasang surut yang terjadi didaerah tersebut. Jenis-jenis organisme yang mencari makan dipermukaan akan melakukan seluruh aktivitas makannya pada saat airsedang surut, dan kemudian mengubur diri pada saat air sedang pasang naik. Makrozoobenthos merupakan makanan bagi burung pantai, bila makanan yang tersedia pada suatu lokasi tidak mencukupi bagi burung pantai maka akan mengganggu migrasi burung pantai dan menyebabkan adanya kompetisi pada burung pantai. Hal ini juga dinyatakan oleh Goss-Custard 1980, bahwa berkurangnya suplai makanan akan mempengaruhi kemampuan hidup burung pantai, karena burung pantai yang mencari makan pada hamparan lumpur akan mengalami kompetisi intraspesifik dimana kompetisi ini akan terjadi dalam dua bentuk yaitu gangguan memperoleh makan dan kekurangan mangsa.

4.6 Hubungan Morfologi Burung Pantai dengan Makrozoobenthos sebagai mangsanya

Gambar 11. Hubungan genus Numenius dengan mangsanya Universitas Sumatera Utara Gambar 12. Hubungan famili Charadriidae dan Scolopacidae dengan mangsanya Berdasarkan Gambar 11 menunjukkan hubungan Numenius phaeopus, Numenius arquata dan Numenius madagascariensis dengan mangsanya. Jenis dari genus Numenius merupakan jenis burung pantai yang paling potensial dalam mendapatkan mangsanya karena jenis dari genus ini memiliki paruh yang panjang dan melengkung kebawah sehingga memungkinkan untuk mengambil makanan pada kedalaman berkisar 5-25 cm. Dapat dinyatakan pula bahwa kelas Bivalvia, Crustacea, Echinoidea, Gastropoda dan Polychaeta yang ditemukan pada penelitian merupakan mangsa dari genus Numenius. Berdasarkan Gambar 12 terlihat hubungan dari beberapa jenis burung pantai seperti Limosa sp., Charadrius sp., Pluvialis sp., Tringa sp., Calidris sp. dan Arenaria interpres dengan mangsanya. Burung pantai dari famili Charadriidae Charadrius sp. dan Pluvialis sp. memiliki paruh yang pendek, ujungnya tumpul dan tebal. Burung pantai dari famili ini mencari mangsanya pada kedalaman berkisar 0-5 cm. Sedangkan burung pantai dari famili Scolopacidae Limosa sp., Tringa sp. dan Calidris sp. memiliki paruh yang ramping dan panjang serta ada pula yang memiliki paruh pendek dan melengkung keatas seperti pada jenis Arenaria interpres. Burung pantai dari famili ini mengambil mangsanya pada kedalaman berkisar 0-15 cm, kecuali pada Arenaria interpres dimana jenis ini mengambil mangsanya dengan cara membalikkan batu. Perbedaan morfologi pada burung pantai bertujuan untuk meminimalis kompetisi diantara burung pantai dalam mencari makan. Hal ini dinyatakan juga Universitas Sumatera Utara oleh Howes et al. 2003, Kompetisi dalam mencari makan tersebut kemudian diatasi diantaranya dengan adanya spesialisasi pada masing-masing burung, dalam bentuk penampakan karakter morfologi, sehingga mereka dapat mencari makanpada strata tanah dan jenis makanan yang berbeda pada lokasi yang sama. 4.7 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Kemerataan E Indeks keanekaragaman H’ dan indeks kemerataan E makrozoobenthos pada lokasi 1, lokasi 2 dan lokasi 3 di Pantai Muara Indah Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Tabel 6. Tabel 6. Indeks keanekaragaman H’, Indeks kemerataan E, Jumlah spesies S dan Jumlah individu makrozoobentos Npada lokasi penelitian Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 H’ 2,40 3,44 2,91 E 0,61 0,87 0,81 S 18 18 13 N 19348 5471 4246 Berdasarkan Tabel 6dapat dilihat indeks keanekaragaman makrozoobenthos tertinggi terdapat pada lokasi 2 dengan nilai 3,44 dan indeks keanekaragaman makrozoobenthos terendah terdapat pada lokasi 1 dengan nilai 2,40. Dapat dilihat juga indeks kemerataan jenis tertinggi terdapat pada lokasi 2 dengan nilai 0,87 dan indeks kemerataan jenis terendah terdapat pada lokasi 1 dengan nilai 0,61. Indeks keanekaragaman dan kemerataan tertinggi terdapat pada lokasi 2, hal ini disebabkan karena faktor fisik maupun kimia pada lokasi 2 mendukung kehidupan dan kehadiran bagi makrozoobenthos di lokasi tersebut. Emiyarti 2004 menya takan bahwa indeks keanekaragaman H’ dan keseragaman jenis E makrozoobenthos sering digunakan untuk menduga kondisi suatu lingkungan berdasarkan komponen biologisnya. Dengan melihat besarnya nilai indeks tersebut dapat diduga tingkat kestabilan suatu lingkungan perairan. Kondisi lingkungan suatu perairan dikatakan masih baik stabil apabila diperoleh nilai kedua indeks tinggi. Jika hanya satu saja yang berlimpah, maka tingkat keragamannya rendah. Namun demikian telah diketahui bahwa kekayaan jenis dan diversitas bentos di daerah tropika adalah sangat bervariasi tergantung Universitas Sumatera Utara pengaruh stress alami seperti adanya fluktuasi salinitas dan sedimentasi yang dilalui aliran sungai maupun adanya curah hujan tinggi. Menurut Jing et al. 2007, ada keterkaitan antara keberadaan burung pantai dengan keberadaanmakrozoobenthos sebagai makanannya. Penyebaran burung pantai tersebut sangatdipengaruhi oleh keberadaan makrozoobenthos yang ada pada lokasi tersebut.

4.8 Biomassa Makrozoobenthos