Analisis Kebutuhan Responden Terhadap Program-program Pembangunan

5.2.6. Analisis Kebutuhan Responden Terhadap Program-program Pembangunan

Analisis kebutuhan responden kepada berbagai pihak, baik terhadap pengembangan perumahan, pemerintah daerah terkait dengan penataan ruang, maupun kepada masyarakat sekitar lokasi perumahan. • Kebutuhan responden terhadap pengembang perumahan 81,7 responden membutuhkan informasi tentang lokasi perumahan, mengharapkan kondisi infrastruktur perumahan yang perlu ditingkatkan lagi dan membutuhkan sarana dan prasarana transportasi juga perlu diperbaiki. 88 responden mengharapkan fasilitas umum, sosial dan ruang terbuka hijau perlu diperbaiki. Kebutuhan responden terhadap pengembang perumahan disajikan pada Gambar 13. 81.7 81.7 81.7 88 88 18.3 18.3 18.3 12 12 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Informasi lokasi Infrastruktur Sarana prasarana Transportasi FasosFasum RTH 81,7-88 12-18,3 Gambar 13. Kebutuhan responden terhadap pengembang perumahan • Kebutuhan responden kepada pemerintah daerah terkait penataan ruang. 91,27 responden mengharapkan informasi kegiatan pembangunan yang lebih terbuka lagi, 83,3 membutuhkan informasi perencanaan ruang yang menyeluruh, 90,48 membutuhkan subsidi pembangunan perumahan untuk rakyat dan pengendalian pembangunan perumahan, 80,16 membutuhkan insentif pembangunan vertikal atau rumah bertingkat. Kebutuhan responden kepada pemerintah daerah terkait penataan ruang disajikan pada Gambar 14. 91.27 83.3 90.48 80.16 8.73 16.7 9.52 19.84 20 40 60 80 100 Transparansi pembangunan Perencanaan ruang Subsidi pembangunan perumahan Insentif pembangunan vertikal 80,16-91,27 8,73-19,84 Gambar 14. Kebutuhan responden terhadap pemerintah • Kebutuhan responden terhadap masyarakat 90 responden membutuhan perlunya kegiatan pelatihan dan penyuluhan pembangunan perumahan, 93 adanya peran serta masyarakat terhadap pembangunan, 93,7 membutuhkan sosialisasi kawasan konservasi dan lahan subur, 96 masyarakat membutuhkan peningkatan pengelolaan sampah, 93,7 masyarakat membutuhkan peningkatan pengelolaan limbah rumah tangga dan 94,4 masyarakat membutuhkan peningkatan informasi manfaat dan pengorbanan kegiatan pembangunan perumahan serta adanya peningkatan kesadaran lingkungan perumahan yang sesuai dan sehat. Kebutuhan responden terhadap masyarakat disajikan pada Gambar 15. 90 93 93.7 96 93.7 94.4 10 7 6.3 4 6.3 5.6 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pelatihan penyuluhan Peranserta masyarakat Sosialisasi kawasan Pengelolaan sampah Pengelolaan limbah RT Informasi manfaat pengorbanan 90-96 45-10 Gambar 15. Kebutuhan responden terhadap masyarakat 5.3. Perubahan Lingkungan di Zona Buruk untuk Lahan Perumahan 5.3.1. Tingkat Pelayanan Lalu Lintas Kendaraan Pembangunan Bandung Utara berdampak terhadap beban jalan yang mempengaruhi kelancaran, keselamatan dan kepadatan lalu-lintas yang dapat dilihat dari volume lalu-lintas yang lebih padat. Biasanya besar bangkitan lalu-lintas dipengaruhi oleh luas perumahan dan tingkat pengisiannya. Semakin besar luas perumahan dan tingkat pengisian maka semakin besar pula bangkitan lalu-lintasnya. Disamping itu pembangunan perumahan meningkatkan tarikan penduduk sehingga menambah volume kendaraan di koridor jalan. Secara garis besar permasalahan yang timbul adalah bangkitan pergerakan penduduk, yang membebani dan menambah volume lalu lintas di ruas jalan yang berada di wilayah pengaruh kawasan ini serta kemacetan dan penurunan tingkat pelayanan jalan. Wilayah pengaruh perkembangan akibat pembangunan perumahan di kawasan Bandung Utara adalah ruas jalan Lembang-KH Mustopha-Cilengkrang dan persimpangan jalan KH. Mustopha-Bojong Koneng-Cimuncang dan Padasuka-Jatihandap yang sebelumnya memang mempunyai volume lalu lintas yang cukup tinggi. Kondisi ini dikarenakan jalan Lembang-KH.Mustopha-Cilengkrang merupakan jalan arteri primer yang berfungsi sebagai trought traffic kota Bandung yang merupakan jalur lalu lintas kearah Subang dan Cirebon. Selain itu arus lalu lintas di ruas jalan pengaruh merupakan arus menerus menuju ke kawasan pusat kota dan juga merupakan arus pergerakan lokal yang dihasilkan oleh kegiatan yang berada di wilayah studi. Wilayah pengaruh perkembangan akibat pembangunan perumahan di kawasan Bandung Utara dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Wilayah Pengaruh Pembangunan Bandung Utara Ruas Jalan Lebar Jalan m Kapasitas smp Cikutra-Bojong Koneng 7,5 3366 PPH.Mustopa-Cimuncang 8,8 3770 PPH.Mustopa-Padasuka 9,0 3960 PPH. Mustopa-Jatihandap 11,4 7665 Raya Ujungberung- Cilengkrang 8,8 3402 Raya Lembang- Sersan Bajuri 8,8 3527 Sumber : Hasil Perhitungan 2007. Hasil studi lapangan didapat jumlah kendaraan terbesar pada ruas jalan K.H. Mustopha-Jatihandap berkisar antara 6294 sampai dengan 9603 per jam untuk masing- masing arah. Untuk lebih jelasnya kondisi sekarang unit kendaraan pada ruas jalan dapat dilihat pada Tabel 24 dan Gambar 16. Tabel 24. Hasil Survei Lalu-Lintas Unit Kendaraan Per Jam Unit Kendaraan Per jam No. Lokasi Pagi Siang Sore Malam 1. Lembang 3401 4148 4884 3456 2. Bojongkoneng 2731 2780 3693 1780 3. Cimuncang 2217 2832 2225 2085 4. Padasuka 3365 2617 2819 1842 5. Jatihandap 4231 9603 6294 4231 6. Cilengkrang 2256 2125 2570 2710 Sumber : Hasil Perhitungan 2007. 10 00 20 00 30 00 40 00 50 00 60 00 70 00 80 00 90 00 100 00 Pa gi Sia ng Sore Malam Lembang Bojongkoneng Cimuncang Padasuka Jatihandap Cilengkrang Gambar 16. Hasil Survei Lalu Lintas di Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang Volume lalu lintas terbesar dijumpai pada ruas jalan K.H. Mustopha-Jatihandap yaitu 10356 smp per jam pada jam sibuk siang untuk masing-masing arah. Untuk lebih jelasnya kondisi eksisting volume lalu lintas pada ruas jalan terlihat pada Tabel 25. Tabel 25. Volume Lalu-Lintas Satuan Mobil Penumpang smp Volume Lalu lintas smp No. Lokasi Pagi Siang Sore Malam 1. Lembang 5031 4496 5170 3614 2. Bojongkoneng 3141 3052 4119 2050 3. Cimuncang 4199 3332 4165 3428 4. Padasuka 4527 4084 4018 3709 5. Jatihandap 5549 10356 7692 5958 6. Cilengkrang 2620 2517 2922 3080 Sumber : Hasil Perhitungan 2007 Hasil analisis tingkat pelayanan jalan menunjukkan sudah tidak ada lagi arus jalan yang lancar, volume lalu lintas rendah dan kendaraan tidak dapat dikemudikan dengan kecepatan tinggi. Arus lalu lintas stabil dengan kecepatan terbatas serta volume sesuai untuk jalan luar kota hanya pada ruas jalan Cikutra-Bojongkoneng kelas tingkat pelayanan B. Untuk lebih jelasnya hasil analisis tingkat pelayanan jalan di Kecamatan Cimenyan, Lembang dan Cilengkrang dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Tingkat Pelayanan Jalan di Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang Tingkat Pelayanan Jalan VCR Lokasi Pagi Siang Sore Malam Lembang 1,43 F 1,27 F 1,47 F 1,02 F Bojongkoneng 0,93 E 0,91 E 1,22 F 0,61 B Cimuncang 1,17 F 0,93 E 1,16 F 0,96 E Padasuka 1,2 F 1,08 F 1,07 F 0,98 E Jatihandap 0,72 C 1,35 F 1,00 E 0,78 C Cilengkrang 0,77 C 0,74 C 0,86 D 0,91 E Pada jam sibuk pagi, tingkat pelayanan ruas jalan PPH. Mustopa-Jatihandap dan Cilengkrang adalah kelas C yang berarti arus lalu lintas stabil tetapi kecepatan dipengaruhi oleh lalu lintas dan volume masih sesuai untuk jalan kota. Pada ruas jalan Cikutra-Bojongkoneng menunjukkan tingkat pelayanan E artinya arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas. Sementara itu, di ruas jalan PPH Mustopa-Cimuncang, PPH. Mustopa - Padasuka dan Raya Lembang-Setiabudhi tingkat pelayanan jalan F artinya arus sudah terhambat, kecepatan rendah, volume di bawah kapasitas dan kendaraaan banyak berhenti. Fluktuasi tingkat pelayanan jalan sepanjang ruas jalan Lembang-Cimenyan-Cilengkrang disajikan pada Gambar 17. 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1 2 3 4 V C R Waktu Pengamatan Lembang Bojongkoneng Cimuncang Padasuka Jatihandap Cilengkrang Gambar 17. Fluktuasi tingkat pelayanan jalan di Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Cikutra-Bojong Koneng Pada jam sibuk pagi dan siang, ruas jalan Cikutra-Bojongkoneng menunjukkan tingkat pelayanan E berarti arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas. Sementara itu, pada jam sibuk sore menunjukkan tingkat pelayanan jalan kelas F artinya arus sudah terhambat, kecepatan kendaraan rendah, volume lalu lintas di atas kapasitas jalan dan kendaraaan banyak berhenti. Arus lalu lintas kembali stabil dengan kecepatan terbatas serta volume sesuai untuk jalan luar kota hanya pada jam sibuk malam kelas B. Grafik tingkat pelayanan jalan dapat dilihat pada Gambar 18. 3141 3052 4119 2050 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 1 2 3 4 Volume Lalu Lintas Bojongkoneng Kapasitas jalan bojongkoneng Gambar 18. Tingkat pelayanan ruas Jalan Cikutra-Bojong Koneng ƒ Tingkat Pelayanan Ruas Jalan PPH.Mustopa-Cimuncang Ruas jalan PPH.Mustopa-Cikutra pada jam sibuk pagi dan sore menunjukkan tingkat pelayanan jalan kelas F artinya arus sudah terhambat, kecepatan kendaraan rendah, volume lalu lintas di bawah kapasitas jalan dan kendaraaan banyak berhenti. Pada jam sibuk siang dan malam, menunjukkan tingkat pelayanan E berarti arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas.Grafik tingkat pelayanan jalan dapat dilihat pada Gambar 19. 4199 3332 4165 3428 1000 2000 3000 4000 5000 1 2 3 4 Volume Lalu Lintas Cimuncang Kapasitas Jalan Cimuncang Gambar 19. Tingkat pelayanan ruas Jalan PPH.Mustopa-Cimuncang • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan PPH.Mustopa-Padasuka Ruas jalan PPH.Mustopa-Padasuka pada jam sibuk pagi, siang dan sore menunjukkan tingkat pelayanan jalan F artinya arus sudah terhambat, kecepatan rendah, volume di atas kapasitas dan kendaraaan banyak berhenti. Sementara itu, pada jam sibuk malam menunjukkan tingkat pelayanan jalan E artinya arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas. Grafik tingkat pelayanan jalan dapat dilihat pada Gambar 20. 4527 4084 4018 3709 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 1 2 3 4 Volume Lalu Lintas Padasuka Kapasitas jalan Padasuka Gambar 20. Tingkat pelayanan ruas Jalan PPH.Mustopa-Padasuka • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan PPH.Mustopa-Jatihandap Ruas jalan PPH.Mustopa-Jatihandap pada jam sibuk pagi dan malam menunjukkan tingkat pelayanan jalan kelas C yang berarti arus lalu lintas stabil tetapi kecepatan dipengaruhi oleh lalu lintas dan volume masih sesuai untuk jalan kota. Pada jam sibuk siang mengalami penurunan tingkat pelayanan jalan F artinya arus sudah terhambat, kecepatan rendah, volume di atas kapasitas dan kendaraaan banyak berhenti. Pada jam sibuk sore menunjukkan tingkat pelayanan jalan E artinya arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas. Grafik tingkat pelayanan ruas jalan PPH. Mustopha-Jatihandap dapat dilihat pada Gambar 21. 5549 10356 7692 59 58 2000 4000 6000 8000 10000 12000 1 2 3 4 Volume Lalu Lintas Jatihandap Kapasitas Jalan Jatihandap Gambar 21. Tingkat pelayanan ruas Jalan PPH.Mustopa-Jatihandap • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Raya Ujung Berung- Cilengkrang Hasil analisis menunjukkan ruas jalan Raya Ujungberung-Cilengkrang pada jam sibuk pagi dan siang dan malam kelas menunjukkan tingkat pelayanan C yang berarti arus lalu lintas stabil tetapi kecepatan dipengaruhi oleh lalu lintas dan volume masih sesuai untuk jalan kota. Pada jam sibuk sore arus lalu lintas tidak stabil dengan kecepatan rendah kelas D dan mengalami penurunan pada jam sibuk malam menjadi kelas E dimana arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan kendaraan rendah dan volume mendekati kapasitas. Grafik tingkat pelayanan ruas jalan Raya Ujung Berung-Cilengkrang dapat dilihat pada Gambar 22. 2620 2517 2 922 3080 1000 2000 3000 4000 1 2 3 4 Volume Lalu Lintas Cilengkrang Kapasitas Jalan Cilengkrang Gambar 22. Tingkat pelayanan ruas Jalan Raya Ujung Berung-Cilengkrang • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Raya Lembang- Setiabudhi Pada jam sibuk pagi sampai malam di ruas jalan Lembang- Setiabudhi tingkat pelayanan jalan adalah kelas kelas F artinya arus sudah terhambat, kecepatan rendah, volume di bawah kapasitas dan kendaraaan banyak berhenti. Grafik tingkat pelayanan ruas jalan Raya Lembang-Setiabudi dapat dilihat pada Gambar 23. 5031 4496 5170 3614 1000 2000 3000 4000 5000 6000 1 2 3 4 Volume Lalu lintas Lembang Kapasitas Jalan Lembang Gambar 23. Tingkat pelayanan ruas Jalan Raya Lembang-Setiabudhi ƒ Keterkaitan Antara Luas Terbangun, Kapasitas Koridor, Volume Lalu Lintas, Kepadatan Lalu Lintas dan Laju Bangkitan Lalu Lintas Perumahan Tingkat aksesibilitas menuju perumahan berkaitan dengan laju bangkitan lalu lintas perumahan. Tingkat aksesibilitas menuju perumahan dapat digambarkan antara lain oleh kapasitas jalan pada koridor dimana perumahan berada. Jalan dengan kapasitas besar, selain mudah dilalui penduduk juga dapat menampung banyak kendaraan. Tabel 27 menunjukkan keterkaitan luas terbangun terhadap kapasitas, volume lalu lintas dan bangkitan lalu lintas perumahan. Tabel 27. Keterkaitan Antara Luas Terbangun, Kapasitas Koridor, Volume Lalu Lintas, Kepadatan Lalu Lintas dan Laju Bangkitan Lalu Lintas Perumahan Laju Bangkitan Kecamatan Luas Terbangun Ha Volume Lalu Lintas smp Kapasitas Jalan smp Kepadatan Lalu Lintas VCR Masuk smp Keluar smp Lembang 438.214 5031 3527 1,43 2629 1402 Cilengkrang 108.630 2922 3402 0,86 494 263 Cimenyan 476.025 5549 3770 1,47 3070 1638 Dari Tabel 27 terlihat adanya keterkaitan antara luas terbangun dengan laju bangkitan lalu lintas, semakin luas wilayah terbangun laju bangkitan masuk dan keluar semakin besar. Selain itu, ada kaitan antara kapasitas jalan dan volume lalu lintas terhadap bangkitan lalu lintas perumahan. Semakin besar volume lalu lintas dan kapasitas jalan, semakin tinggi laju bangkitan lalu lintas perumahan. Volume lalu lintas menggambarkan besarnya tarikan bepergian pada koridor. Bepergian pada koridor ini adalah masuk dan keluarnya kendaraan dari lokasi perumahan. Kapasitas jalan berkaitan dengan laju bangkitan lalu lintas perumahan. Semakin besar kapasitas jalan pada koridor dimana perumahan berlokasi, semakin besar laju bangkitan lalu lintas perumahan. Kapasitas jalan yang besar lebih memperlancar dan mempermudah menuju perumahan bila dibandingkan dengan jalan yang kapasitasnya kecil walaupun kepadatannya sama. Kepadatan lalu lintas yang ditunjukkan oleh rasio volume per kapasitas VC tertinggi berada di sepanjang koridor jalan Cimenyan. Hal ini menunjukkan bahwa luas wilayah terbangun di Kecamatan Cimenyan mengakibatkan bangkitan lalu lintas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lainnya. ƒ Pola Perubahan Lingkungan Akibat Penambahan Bangkitan Lalulintas Hasil pengukuran volume lalu lintas pada periode tahun 2004 sampai tahun 2007 menunjukkan parameter volume lalu lintas harian rata-rata mengalami kenaikan. Sedangkan untuk parameter laju pertumbuhan atau rate volume lalu lintas memiliki pola turun naik. Hasil pengukuran volume lalu lintas dan laju pertumbuhan volume lalu lintas tahun 2004-2007 di kecamatan dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Volume Lalu Lintas tahun 2004-2007, Laju Pertumbuhan, dan Dampak Bangkitan Dampak Laju Bangkitan Kecamatan 2004 2005 2006 2007 Laju Masuk Keluar Lembang 3530 3848 4964 5031 0,131 52.26 27.87 Cilengkrang 2346 2404 2705 2922 0,077 18.85 10.04 Cimenyan 3207 3739 4310 5549 0,202 55.33 29.52 Dari Tabel 26 terlihat bahwa ada kontribusi laju bangkitan lalu lintas terhadap volume lalu lintas. Laju bangkitan masuk di Kecamatan Cimenyan menyumbang 55,33 terhadap volume lalu lintas dan 29,52 laju bangkitan keluar sepanjang koridor jalan di Kecamatan Cimenyan. Luas wilayah terbangun yang besar di Kecamatan Cimenyan meningkatkan tarikan penduduk sehingga menambah volume kendaraaan. Selain itu, besarnya luas wilayah terbangun mempengaruhi besarnya bangkitan lalu lintas di sepanjang koridor jalan. Tingkat kepadatan lalu lintas jalan terlihat sudah melampaui kapasitas jalan yang ada, sehingga tingkat pelayanan jalan di masing-masing ruas jalan di ketiga kecamatan tersebut mengalami penurunan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas dan ketidaknyamanan para pengguna jalan. Perubahan lingkungan akibat penambahan bangkitan lalu lintas karena adanya pembangunan perumahan di Kecamatan Cimenyan, Lembang dan Cilengkrang Kawasan Bandung Utara dapat dilihat pada Gambar 24. Waktu Tahun 2004-2007 Volume Lalu Lint as s mp Kapasitas_Jalan_Cimenyan_ 1 Kapasitas_Jalan_Cilengkrang 2 Kapasitas_Jalan_Lembang 3 Volume_LL_Cimenyan 4 Volume_LL_Cilengkrang 5 Volume_LL_Lembang 6 1 2 3 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 4 5 6 Gambar 24. Pola Perubahan Volume Lalu Lintas Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang Alternatif solusi terhadap dampak lalu lintas yang timbul dari pembangunan perumahan di Kawasan Bandung Utara terbagi menjadi dua bagian yaitu penambahan jumlah lajur jalan dan penambahan lebar jalan di tiap ruas jalan. Tabel 29. Alternatif Kebijakan Penambahan Lajur dan Lebar Jalan Ruas Jalan Jumlah Lajur Lebar Jalan Bojong Koneng 1 4 Cimuncang 1 5 Padasuka 2 5 Jatihandap 2 6 Cilengkrang 1 3 Lembang 1 4 Sumber : Hasil Perhitungan 2008 5.3.2. Komponen Fisik dan Kimia Udara • Hasil Analisis Fisik dan Kimia Udara di Kecamatan Cimenyan Analisis kualitas udara di Kecamatan Cimenyan dilaksanakan di Desa Padasuka. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 30 sampai 32. Tabel 30. Pemantauan kualitas udara di Desa Padasuka Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung selama 8 jam No x O 3 SO 2 CO SPM HC 4 Non HC Standard Baku Mutu Udara Ambien Kep.41MENKLH1999 Waktu

0.05 ppm 0.10ppm

0.10 ppm 20 ppm

150ugm 3

0.24 ppm

08.00-09.00 0.0795 0.0265 0.0233 4.501 120 2.931 0.136 09.00-10.00 0.0934 0.0495 0.0200 2.111 150 0.120 0.065 10.00-11.00 0.1177 0.0520 0.0167 2.511 189 0.538 0.431 11.00-12.00 0.1209 0.0438 0.0196 2.100 139 0.119 0.127 12.00-13.00 0.1196 0.0416 0.0155 2.890 143 0.406 0.494 13.00-14.00 0.1641 0.0450 0.0156 5.012 181 0.769 1.285 14.00-15.00 0.1421 0.0364 0.0180 2.370 111 1.280 2.536 15.00-16.00 0.0841 0.0375 0.0183 2.451 140 2.021 4.624 Jumlah 0.9214 0.3323 0.1470 23.946 1173 8.184 9.698 Rata-rata 0.1152 0.0415 0.0184 2.993 147 1.023 1.212 Maksimal 0.1641 0.0520 0.0233 5.012 189 2.931 4.624 Minimal 0.0795 0.0265 0.0155 2.100 111 0.119 0.065 Tabel 31. Pemantauan tingkat kebisingan di Desa Padasuka Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung untuk perumahan dan permukiman dengan standar 55 dBA berdasarkan Kep.MENLH No.Kep 48MENLH111996 JAM PENGUKURAN Leq dBA 08.00-09.00 81.9 09.00-10.00 77.4 10.00-11.00 77.0 11.00-12.00 78.3 12.00-13.00 78.0 13.00-14.00 77.8 14.00-15.00 76.6 15.00-16.00 77.7 Tabel 32. Hasil pemantauan kualitas udara di Desa Padasuka Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dari 3 titik pengukuran Hasil Pengukuran No Parameter Standar Titik 1 Titik 2 Titik 3 1. Sulfur Dioksida SO2 0.10 ppm 0.018 0.013 0.011 2. Karbon Monoksida CO 20 ppm 2.993 2.092 1.762 3. Oksida Nitrogen NOx 0.05 ppm 0.115 0.104 0.049 4. Oksidan O3 0.10 ppm 0.042 0.034 0.031 5. Debu TSP 230 ugrm 3 231.01 228.81 225.91 6. Debu SPM10 150 ugrm 3 146.63 144.7 143.75 7. Hidro Karbon HC 0.24 ppm 1.023 0.906 0.625 8. Kebisingan 55 dBA 78.1 75.6 69.4 9. Temperatur Rata-rata 0C 27 27 27 10. Kelembaban Rata-rata 67.72 67.72 67.72 11. Arah Angin - Utara Utara Utara Dari Tabel 32 kualitas udara di Kecamatan Cimenyan dari hasil pengukuran di tiga titik terlihat bahwa parameter NOx, Debu TSP, HC dan kebisingan kualitasnya sudah diatas baku mutu yang ditetapkan. • Pola Perubahan Kualitas Udara di Kecamatan Cimenyan Hasil pengukuran kualitas udara pada periode tahun 2004-2006 menunjukkan parameter-parameter kualitas udara di Kecamatan Cimenyan mengalami pola yang meningkat. Untuk parameter NO x , Pb, HC dan kebisingan memiliki nilai diatas baku mutu. Kualitas udara Kecamatan Cimenyan tahun 2004-2006 dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Kualitas Udara Kecamatan Cimenyan Tahun 2004-2006 No Parameter Baku mutu 2004 2005 2006 Rate 1 Rate 2 1. Sulfur Dioksida SO2 0.10 ppm 0.014 0.017 0.0184 0.214 0.146 2. Karbon Monoksida CO 20 ppm 2.216 2.282 2.993 0.03 0.162 3. Oksida Nitrogen NOx 0.05 ppm 0.102 0.112 0.1152 0.098 0.063 4. Oksidan O3 0.10 ppm 0.03 0.0036 0.0415 -0.88 0.176 5. Debu SPM10 150 ugrm 3 141.05 145.027 146.63 0.028 0.02 6. Pb Timbal 2 ugrm 3 1.5 2.23 2.92 0.487 0.395 7. Hidro Karbon HC

0.24 ppm

0.678 0.851 1.023 0.255 0.228 8. Kebisingan 55 dBA 74.37 74.47 78.1 0.001 0.025 Sumber : Hasil perhitungan 2007 Hasil pengukuran parameter NO x Oksigen Nitrogen di Kecamatan Cimenyan memiliki nilai di atas baku mutu yang ditetapkan. NO x dihasilkan dari pembakaran bensin dengan O 2 dan N 2 . Tingginya nilai NOx dipengaruhi oleh beban dan kecepatan putaran mesin kendaraan pada saat mesin bekerja dengan beban yang berat, waktu penyalaan api pada mesin bensin dan temperatur yang tinggi. Sementara itu, parameter Pb selain memiliki nilai di atas baku mutu juga memiliki laju kenaikan yang paling tinggi dibanding parameter-parameter yang lainnya. Parameter Hidrokarbon memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan. Hidrokarbon ini merupakan pencemar utama yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dari padatnya lalu lintas di sepanjang ruas jalan PPH.Mustopa-Padasuka. Kemacetan kendaraan di ruas jalan ini meningkatkan kadar hidrokarbon di udara. Kadar hidrokarbon ini pada tahun 2006 walaupun mempunyai laju perubahan yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya tetapi tetap di atas baku mutu yang telah ditetapkan. Hasil pengukuran parameter kebisingan noise memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan untuk kawasan perumahan dan permukiman hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertumbuhan luas jalan dan jumlah kendaraan. Selain itu, hal ini juga disebabkan banyaknya persimpangan jalan dan lampu lalu lintas serta pertemuan jalan yang sempit dan lebar di sepanjang ruas jalan PPH. Mustopa- Padasuka. Sementara itu, parameter Pb selain memiliki nilai di atas baku mutu juga memiliki laju kenaikan yang paling tinggi dibanding parameter-parameter yang lainnya. Pola perubahan kualitas udara untuk parameter NO x , Pb, HC dan kebisingan dapat dilihat pada Gambar 25. Waktu Tahun Nilai P a ra m e te r NOx Baku_Mutu_NOx_005 1 NOx_Cimenyan 2 1 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun Nilai P ar am et er HC Baku_Mutu_HC_024 1 HC_Cimenyan 2 1 2 3 1 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Nili P a ra m e te r P b Baku_Mutu_Pb_2 1 Pb_Cimenyan 2 1 2 3 5 10 1 2 1 2 1 2 1 Waktu Nilai P a ra m e te r B is ing Baku_Mutu_Bising_55 1 Kebisingan_Cimenyan 2 1 2 3 50 55 60 65 70 75 80 2 1 2 1 2 1 Gambar 25. Pola Perubahan Kualitas Udara Parameter NO x , Pb, HC dan Kebisingan di Kecamatan Cimenyan Hasil pengukuran parameter debu SPM 10 walaupun masih dibawah baku mutu tetapi memiliki kecenderungan pola meningkat. Partikulat ini dihasilkan akibat proses mekanis yang dapat menghasilkan abu dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari kendaraan, kontribusi sumber transportasi dalam mengemisikan partikulat lebih dari 51 dari total emisi partikulat dan sisanya dari aktifitas lain. Selain debu, parameter-parameter SO 2 , CO, dan O 3 masih memiliki nilai di bawah baku mutu tetapi memiliki pola perubahan yang meningkat karena memiliki rate kenaikan yang tinggi. Pola perubahan kualitas udara untuk parameter SO 2 , CO, O 3 dan SPM 10 dapat dilihat pada Gambar 26. Waktu Tahun Nila i Pa ra me te r O3 O3_Cimenyan 1 Baku_Mutu_O3_01 2 1 2 3 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun Nila i Pa ra me te r SO2 SO2_Cimenyan 1 Baku_Mutu__SO2_01 2 1 2 3 0.05 0.10 0.15 0.20 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun Nilai Par a met e r SPM SPM_Cimenyan 1 Baku_Mutu__SPM _150 2 1 2 3 50 100 150 200 1 2 1 2 1 2 1 Waktu Tahun Nila i Pa ra me te r CO C0_Cimenyan 1 Baku_Mutu_CO_2 2 1 2 3 5 10 15 20 1 2 1 2 1 2 1 2 Gambar 26. Pola Perubahan Kualitas Udara Parameter SO 2 , CO, O 3 dan SPM 10 di Kecamatan Cimenyan • Hasil Analisis Fisik dan Kimia Udara di Kecamatan Cilengkrang Analisis fisik dan kimia udara di Kecamatan Cilengkrang dilaksanakan di Desa Jatiendah. Hasil analisis kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 34 sampai 36. Tabel 34. Pemantauan Kualitas Udara di Desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung selama 8 jam No x O 3 SO 2 CO SPM HC 4 Non HC Standard Baku Mutu Udara Ambien Kep.41MENKLH1999 Waktu

0.05 ppm 0.10ppm

0.10 ppm 20 ppm

150 ugm 3

0.24 ppm

08.00-09.00 0.0552 0.0288 0.0095 1.553 57.40 3.357 0.137 09.00-10.00 0.0356 0.0384 0.0176 2.013 93.00 2.070 7.855 10.00-11.00 0.0513 0.0455 0.0161 1.798 71.20 2.062 5.025 11.00-12.00 0.0235 0.0352 0.0164 2.236 25.30 1.867 3.408 12.00-13.00 0.0270 0.0404 0.0109 1.783 45.90 3.806 3.915 13.00-14.00 0.0589 0.0441 0.0202 2.312 106.80 2.377 5.772 14.00-15.00 0.0409 0.0522 0.0185 2.055 81.70 2.367 9.023 15.00-16.00 0.0634 0.0404 0.0188 2.568 26.40 2.145 0.157 Jumlah 0.3558 0.3250 0.1280 16.318 507.70 20.051 35.292 Rata-rata 0.0445 0.0406 0.0160 2.040 63.46 2.506 4.412 Maksimal 0.0634 0.0522 0.0202 2.568 106.80 3.806 9.023 Minimal 0.0235 0.0288 0.0095 1.553 25.30 1.867 0.137 Tabel 35. Pemantauan Tingkat Kebisingan di Desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung untuk Perumahan dan Permukiman dengan Standar 55 dBA berdasarkan Kep.MENLH No.Kep.48MENLH111996 JAM PENGUKURAN Leq dBA 08.00-09.00 67.3 09.00-10.00 68.9 10.00-11.00 69.8 11.00-12.00 68.4 12.00-13.00 69.2 13.00-14.00 74.5 14.00-15.00 68.9 15.00-16.00 67.4 Tabel 36. Hasil Pemantauan Kualitas Udara di Desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung dari 3 titik pengukuran Hasil Pengukuran No Parameter Standar Titik 1 Titik 2 Titik 3 1. Sulfur Dioksida SO 2 0.10 ppm 0.016 0.013 0.011 2. Karbon Monoksida CO 20 ppm 2.040 1.966 1.818 3. Oksida Nitrogen NOx 0.05 ppm 0.0445 0.040 0.038 4. Oksidan O 3 0.10 ppm 0.0406 0.027 0.018 5. Debu TSP 230 ugrm 3 152.000 150.030 148.920 6. Debu SPM10 150 ugrm 3 63.460 62.020 61.980 7. Hidro Karbon HC 0.24 ppm 2.506 2.473 2.058 8. Kebisingan 55 dBA 69.30 67.70 62.90 9. Temperatur Rata-rata 0C 24 24 24 10. Kelembaban Rata-rata 81.44 81.44 81.44 11. Arah Angin - Utara Utara Utara Dari Tabel 36 terlihat bahwa kualitas udara di Kecamatan Cilengkrang dari hasil pengukuran di tiga titik hanya parameter Hidrokarbon dan kebisingan kualitasnya sudah diatas baku mutu yang ditetapkan. • Pola Perubahan Kualitas Udara di Kecamatan Cilengkrang Hasil pengukuran kualitas udara di Kecamatan Cilengkrang pada periode tahun 2004-2006 menunjukkan parameter NOx Oksida Nitrogen, debu Suspended Particulate Matter, Pb timbal, HC Hidrokarbon dan Kebisingan mengalami kenaikan, sedangkan untuk parameter SO 2, CO, dan O 3 memiliki pola turun naik. Kualitas udara di Kecamatan Cilengkrang tahun 2004-2006 dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Kualitas Udara Kecamatan Cilengkrang Tahun 2004-2006 No Parameter Baku mutu 2004 2005 2006 Rate1 Rate 2 1 Sulfur Dioksida SO 2 0.10 ppm 0.0197 0.02 0.016 0.015 -0.099 2 Karbon Monoksida CO 20 ppm 1.276 2.054 2.04 0.61 0.264 3 Oksida Nitrogen NOx 0.05 ppm 0.018 0.02 0.0445 0.111 0.572 4 Oksidan O 3 0.10 ppm 0.0295 0.0414 0.0406 0.403 0.173 5 Debu SPM10 150 ugrm 3 55.53 60.07 63.46 0.082 0.069 6 Pb Timbal 2 ugrm 3 - 1.17 1.2 - 0.026 7 Hidro Karbon HC 0.24 ppm 1.667 2.27 2.506 0.362 0.226 8 Kebisingan 55 dBA 62.2 66.27 69.3 0.065 0.056 Hasil pengukuran parameter HC Hidrokarbon memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan dan mempunyai pola meningkat. Hidrokarbon ini merupakan pencemar utama yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dari padatnya lalu lintas di sepanjang ruas jalan Raya Ujung Berung-Cilengkrang. Kemacetan kendaraan di sepanjang ruas jalan ini meningkatkan kadar hidrokarbon di udara. Walaupun laju kenaikan parameter hidrokarbon ini pada tahun 2006 menurun dibandingkan tahun sebelumnya tetapi nilai pengukuran tetap diatas baku mutu yang telah ditetapkan. Hasil pengukuran parameter kebisingan noise memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan untuk kawasan perumahan dan permukiman. Hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertumbuhan luas jalan dan jumlah kendaraan serta banyaknya persimpangan jalan dan lampu lalu lintas di sepanjang ruas jalan Raya Ujung Berung- Cilengkrang. Pola perubahan kualitas udara untuk Hidrokarbon dan kebisingan di Kecamatan Cilengkrang dapat dilihat pada Gambar 27. Waktu Tahun Nilai Par a meter HC HC 1 Baku_Mutu_HC_024 2 1 2 3 1 2 3 1 2 1 2 1 2 2 Waktu Tahun Nilai Par a meter Bis ing Kebisingan 1 Baku_Mutu_Bising_55 2 1 2 3 20 40 60 80 1 2 1 2 1 2 1 2 Gambar 27. Pola Perubahan Kualitas Udara Untuk Parameter Hidrokarbon dan Kebisingan di Kecamatan Cilengkrang Parameter NOx Oksida Nitrogen, debu Suspended Particulate Matter, Pb timbal walaupun masih dibawah baku mutu tetapi memiliki kecenderungan pola meningkat. Parameter NOx selain memiliki pola meningkat juga memiliki nilai laju yang tinggi setelah CO. NO x dihasilkan dari pembakaran bensin dengan O 2 dan N 2 . Tingginya nilai NOx dipengaruhi oleh beban dan kecepatan putaran mesin kendaraan pada saat mesin bekerja dengan beban yang berat, waktu penyalaan api pada mesin bensin dan temperatur yang tinggi. Pola perubahan kualitas udara untuk NOx, SPM10 dan Pb di Kecamatan Cilengkrang dapat dilihat pada Gambar 28. Waktu Nilai Parameter NO x NOx 1 Baku_Mutu_NOx 2 1 2 3 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun 2004-2006 Nilai Parameter SPM SPM 1 Baku_Mutu__SPM 2 1 2 3 50 100 150 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun Nilai Parameter Pb PB 1 Baku_Mutu_Pb 2 1 2 3 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 1 2 1 2 1 2 1 2 Gambar 28. Pola Perubahan Kualitas Udara Untuk Parameter NOx, SPM10 dan Pb di Kecamatan Cilengkrang Parameter-parameter SO 2, CO, dan O 3 masih dibawah baku mutu dan memiliki pola naik turun. Parameter CO selain memiliki pola turun naik juga memiliki nilai laju tertinggi dibandingkan parameter-parameter lainnya. Pola perubahan kualitas udara untuk CO, O 3 dan SO 2 di Kecamatan Cilengkrang dapat dilihat pada Gambar 29. Waktu Tahun Nilai Parameter O3 O3 1 Baku_Mutu_O3 2 1 2 3 0.00 0.05 0.10 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun 2004-2006 Nilai Para me te r SO 2 SO2 1 Baku_Mutu__SO2 2 1 2 3 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun Nilai Parameter CO C0 1 Baku_Mutu_CO 2 1 2 3 5 10 15 20 25 1 2 1 2 1 2 1 2 Gambar 29. Pola Perubahan Kualitas Udara Untuk Parameter CO, O 3 dan SO 2 di Kecamatan Cilengkrang • Hasil Analisis Fisik dan Kimia Udara Kecamatan Lembang Analisis fisik dan kimia udara di Kecamatan Lembang dilaksanakan di Desa Kayuambon. Kualitas udara di Kecamatan Lembang dari hasil pengukuran di tiga titik, menunjukkan bahwa parameter Debu TSP, Debu SPM10, Hidrokarbon dan kebisingan kualitasnya sudah diatas baku mutu yang ditetapkan. Hasil analisis kualitas udara di Kecamatan Lembang dapat dilihat pada Tabel 38 sampai 40. Tabel 38. Pemantauan Kualitas Udara di Desa Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung selama 8 jam No x O 3 SO 2 CO SPM HC 4 Non HC Standard Baku Mutu Udara Ambien Kep.41MENKLH1999 Waktu

0.05 ppm 0.10 ppm

0.10 ppm 20 ppm

150 ugm 3

0.24 ppm

08.00-09.00 0.0373 0.0437 0.0312 17.739 90.00 5.069 0.140 09.00-10.00 0.0076 0.0319 0.0227 15.217 100.00 1.639 4.468 10.00-11.00 0.0020 0.0367 0.0202 14.279 300.00 1.606 3.108 11.00-12.00 0.0015 0.0350 0.0202 14.159 660.00 1.607 2.566 12.00-13.00 0.0428 0.0502 0.0358 12.849 103.00 5.817 11.647 13.00-14.00 0.0087 0.0367 0.0261 13.249 120.00 1.883 5.132 14.00-15.00 0.0023 0.0421 0.0232 15.320 300.00 1.845 3.570 15.00-16.00 0.0017 0.0402 0.0231 15.183 700.00 1.846 2.948 Jumlah 0.1039 0.3165 0.2025 117.995 2373.00 21.31 33.579 Rata-rata 0.0130 0.0396 0.0253 14.749 296.63 2.664 4.197 Maksimal 0.0428 0.0502 0.0358 17.739 700.00 5.817 11.647 Minimal 0.0015 0.0319 0.0202 12.849 90 1.606 0.140 Tabel 39. Pemantauan Tingkat Kebisingan di Desa Kayuambon Kecamatan Lembang untuk Perumahan dan Permukiman selama 8 jam dengan standar 55 dBA berdasarkan Kep.MENLH No.Kep.48MENLH111996 JAM PENGUKURAN Leq dBA 08.00-09.00 77.6 09.00-10.00 78.8 10.00-11.00 77.4 11.00-12.00 74.6 12.00-13.00 75.4 13.00-14.00 75.7 14.00-15.00 74.6 15.00-16.00 75.6 Tabel 40. Hasil Pemantauan Kualitas Udara di Desa Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung dari 3 Titik Pengukuran Hasil Pengukuran No Parameter Standar Titik 1 Titik 2 Titik 3 1. Sulfur Dioksida SO2 0,10 ppm 0,0253 0,013 0,008 2. Karbon MonoksidaCO 20 ppm 14,749 12,25 10,98 3. Oksida Nitrogen Nox 0,05 ppm 0,013 0,011 0,008 4. Oksidan O3 0,10 ppm 0.0396 0.025 0,022 5. Debu TSP 230 ugrm 3 377 375,1 372,96 6. Debu SPM10 150 ugrm 3 296,63 287,23 276,13 7. Hidro Karbon HC 0,24 ppm 2,664 2,499 2,386 8. Kebisingan Rata-rata 55 dBA 76,2 73,1 69,9 9. Temperatur Rata-rata 0C 26 26 26 10. Kelembaban Rata-rata 72,37 72,37 72,37 11. Arah Angin Rata-rata - Utara Utara Utara Dari Tabel 40 dapat terlihat bahwa kualitas udara di Kecamatan Lembang dari hasil pengukuran di tiga titik untuk parameter Debu TSP, SPM10, Hidrokarbon dan kebisingan kualitasnya sudah diatas baku mutu yang ditetapkan. • Pola Perubahan Kualitas Udara di Kecamatan Lembang Hasil pengukuran kualitas udara di ruas jalan Raya Lembang- Setiabudhi pada periode tahun 2004-2006 menunjukkan parameter-parameter CO, O 3 , Debu SPM 10, Pb timbal, HC dan kebisingan mengalami kenaikan, sedangkan untuk parameter SO 2 dan NO x memiliki pola turun naik. Kualitas udara di Kecamatan Lembang tahun 2004-2006 dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Kualitas Udara di Kecamatan Lembang Tahun 2004-2006 No. Parameter Baku mutu 2004 2005 2006 Rate 1 Rate 2 1. Sulfur Dioksida SO 2 0.10 ppm 0.028 0.03 0.0253 0.012 -0.049 2. Karbon Monoksida CO 20 ppm 12.433 12.67 14.749 0.019 0.089 3. Oksida Nitrogen NOx 0.05 ppm 0.065 0.01 0.013 -0.831 -0.553 4. Oksidan O 3 0.10 ppm 0.029 0.03 0.0396 0.366 0.169 5. Debu SPM10 150 ugrm 3 237.96 286.70 296.63 0.035 0.116 6. Pb Timbal 2 ugrm 3 2.050 2.07 - 0.01 - 7. Hidro Karbon HC 0.24 ppm 2.385 2.520 2.664 0.057 0.057 8. Kebisingan 55 dBA 73.07 74.50 76.2 0.02 0.021 Hasil pengukuran kualitas udara untuk parameter debu SPM 10 selain memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan juga memiliki kecenderungan pola meningkat. Partikulat ini dihasilkan akibat proses mekanis yang dapat menghasilkan abu dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari kendaraan, kontribusi sumber transportasi dalam mengemisikan partikulat lebih dari 51 dari total emisi partikulat dan sisanya dari aktifitas lain. Selain debu, parameter timbal Pb juga memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan dengan kecenderungan meningkat. Hasil pengukuran kualitas udara untuk parameter hidrokarbon juga memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan dan memiliki kecenderungan pola meningkat.. Hidrokarbon ini merupakan pencemar utama yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dari padatnya lalu lintas di sepanjang ruas jalan Raya Lembang-Setiabudhi. Kemacetan kendaraan di ruas jalan ini meningkatkan kadar hidrokarbon di udara. Kadar hidrokarbon ini pada tahun 2006 walaupun meningkat tetapi laju pertumbuhan kadar emisi tetap atau sama dengan tahun sebelumnya. Hasil pengukuran parameter kebisingan noise memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan untuk kawasan perumahan dan permukiman hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertumbuhan luas jalan dan jumlah kendaraan. Selain itu, banyaknya persimpangan jalan dan lampu lalu lintas serta pertemuan jalan yang sempit dan lebar di sepanjang ruas jalan Raya Lembang. Pola perubahan kualitas udara untuk parameter SPM 10, Pb, HC dan Kebisingan di Kecamatan Lembang dapat dilihat pada Gambar 30. Waktu Tahun N ilai Parameter SPM SPM_10 1 Baku_Mutu__SPM_150 2 1 2 3 50 100 150 200 250 300 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun N ilai Parameter H C HC 1 Baku_Mutu_HC_024 2 1 2 3 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun N ilai Paramete r Kebisingan Kebisingan 1 Baku_Mutu_Bising_55 2 1 2 3 20 40 60 80 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun N ilai Parameter Pb Pb 1 Baku_Mutu_Pb 2 1 2 3 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 1 2 1 2 1 2 1 Gambar 30. Pola Perubahan Kualitas Udara Untuk Parameter Debu SPM10, Pb Hidrokarbon dan Kebisingan di Kecamatan Lembang Hasil pengukuran parameter karbon monoksida CO walaupun masih dibawah baku mutu tetapi memiliki pola dengan kecenderungan meningkat. Partikulat ini dihasilkan akibat proses mekanis yang dapat menghasilkan abu dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari kendaraan, kontribusi sumber transportasi dalam mengemisikan partikulat lebih dari 51 dari total emisi partikulat dan sisanya dari aktifitas lain. Selain CO, parameter O 3 masih memiliki nilai di bawah baku mutu tetapi memiliki pola perubahan yang meningkat karena memiliki laju kenaikan yang meningkat. Hasil pengukuran parameter SO 2 di Kecamatan Lembang memiliki pola dengan kecenderungan naik-turun. SO 2 dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak, dimana belerang teroksidasi dengan oksigen menjadi belerang dioksida SO 2. Keberadaan SO 2 tidak diharapkan karena sifatnya yang merusakkorosif terhadap bahan logam. Sementara itu, parameter NOx Oksigen Nitrogen di Kecamatan Lembang selain masih dibawah baku mutu juga memiliki pola dengan kecenderungan menurun. Pola perubahan kualitas udara untuk parameter CO, O 3, SO 2 , dan NOx dapat dilihat pada Gambar 31. Waktu Tahun Nilai Par a m e te r CO C0 1 Baku_Mutu_CO 2 1 2 3 5 10 15 20 25 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun Nilai Par a m e te r NO x NOx 1 Baku_Mutu_NOx_ 005 2 1 2 3 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun Nilai Par a m e te r SO 2 SO2 1 Baku_Mutu__SO2 2 1 2 3 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 1 2 1 2 1 2 1 2 Waktu Tahun Nilai Par a m e te r O 3 O3 1 Baku_Mutu_O3 2 1 2 3 0.00 0.05 0.10 0.15 1 2 1 2 1 2 1 2 Gambar 31. Pola Perubahan Kualitas Udara Parameter CO, O 3, SO 2 , dan NOx di Kecamatan Lembang Berdasarkan hasil analisis Paired Sample T Test diperoleh angka signifikansi P value sebesar 0,047 atau lebih kecil dari α 0,05 dan -t hitung -2,054 -t tabel -2,023 dengan angka tersebut dapat disimpulkan bahwa pada taraf kepercayaan 95 berbeda secara nyata, yang berarti Ho diterima artinya bahwa ada perbedaan perubahan yang berarti antara sebelum dan sesudah pembangunan perumahan di zona buruk untuk perumahan di Kecamatan Lembang, Cimenyan dan Cilengkrang.

5.3.3. Komponen Fisik dan Kimia Air