I. PENDAHULUAN A. Pengertian Ekologi Hutan
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel 1869, yang mana ekologi ini berasal dari bahasa Yunani,
yaitu :
Oikos
= Tempat tinggal rumah
Logos
= ilmu, telaah.
Oleh karena itu, Ekologi adalah ilrnu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya
dan dengan lingkungannya. Hubungan tersebut demikian komplek dan eratnya se-
hingga Odum 1959 menyatakan bahwa ekologi adalah Envi- romental Ecology.
Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohonan dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda
dengan keadaan di luar hutan. Didalam suatu hutan, hubungan antara tumbuh-tumbuhan, margasatwa, dan alam
lingkungannya demikian eratnya, sehingga hutan dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem.
Ekologi Hutan adalah cabang ekologi yang khusus mempelajari masyarakat atau ekosistim hutan.
B. Bidang Kajian Ekologi Kutan
Didalam Ekologi ada dua bidang kajian, yaitu
1. Autekologi : Ekologi yang mempelajari suatu jenis
organisma yang berinteraksi dengan 1ingkungannya atau ekologi sesuatu
jenis atau bagian ekologi yang mempela jari pengaruh sesuatu
faktor lingkungan terhadap satu atau lebih jenis-jenis organisme.
2. Sinekologi : Bagian ekologi yang mempelajari
berbagai kelompok organisme sebagai satu kesatuan yang saling
berinteraksi antar sesamanya
dan dengan lingkungannya dalam suatu daerah.
Dalam ekologi hutan, autekologi mempelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan
tumbuhnya satu atau lebih jenis-jenis pohon. Jadi, penyelidikannya mirip fisiologi tumbuh-tumbuhan,
sehingga aspek-aspek tertentu dari autekologi, seperti penelitian tentang pertumbuhan pohon serir.g disebut
fisioekologi phisiological ecology. Contoh penelitian autekologi adalah :
1 Pengaruh intensitas cahaya terhadap
pertumbuhan jenis Shorea leprosula 2
Pengaruh dosis pupuk N terhadap pertumbuhan jenis sengon.
Sedangkan Sinekologi mempelajari hutan sebagai suatu ekosistem. Contoh kajian sinekologi adalah pengaruh
keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi, struktur dan produktivitas hutan.
Dalam ekologi hutan baik penge tahuan autekologi maupun sinekologi bersama-sama diperlukan, karena kita
memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat berbagai jenis pohon yang membentuk hutan dan pengetahuan tentang hutan
sebagai suatu ekosistem.
C. Sangkut Paut Ekologi Hutan dengan Bidang Ilmu Lain
Berhubung di dalam ekologi hutan yang dipelajari adalah tumbuh-tumbuhan hutan dan keadaan tempat tumbuhnya,
maka semua bidang ilmu yang mempelajari kedua komponen ekosistem hutan tersebut sangat diperlukan, yakni:
1. Taksonomi tumbuh-tumbuhan terutama Dendrologi. Bidang ilmu ini sangat diperlukan untuk pengenalan
jenis-jenis tumbuhan di hutan. Untuk pengenalan jenis ini diperlukan buku-buku pengenalan jenis yang praktis, selain
buku-buku flora yang sudah ada yang bersifat komprehensif. Cara pengenalan jenis pohon dalam buku-buku itu
dititikberatkan pada sifat-sifat generatif reproduktif, yaitu berdasarkan sifat-sifat bunga dan buah. Padahal
menurut pengalaman di lapangan seringkali dijumpai pohon- pohon yang sedang tidak berbunga atau berbuah, atau sukar
sekali untuk mendapatkan contoh-contoh bunga dan buah. Karena itu, untuk keperluan di lapangan dibutuhkan
cara pengenalan jenis pohon yang terutama didasarkan pada sifat-sifat vegetatif, yaitu sifat-sifat batang pohon
kulit, getah dan kayu , daun dan kuncup, kemudian baru sifat-sifat generative. Cara pengenalan ini tidak terikat
pada sistem taksonomi tumbuh-tumbuhan. Di Filipina cara pengenalan demikian telah dirintis oleh Tamolang 1959,
di Malaysia oleh Kochummen 1963, di Indonesia oleh Endert 1928, 1956 dan Verteegh 1971 dan di Pantai
Gading, Afrika, oleh den Outer 1972 . Kepulauan Indonesia, sebagai bagian dari daerah flora
Malesia, terkenal sebagai daerah flora hutan yang kaya. tetapi pengetahuan kita tentang jenis tumbuh-tumbuhan di
daerah ini masih amat kurang. Banyaknya jenis tumbuh- tumbuhan di daerah inipun belum diketahui dengan pasti
Van Steenis, 1948. Menurut taksiran Van Steenis op.cit di daerah Malesia terdapat kira-kira 3000 jenis pohon.
Menurut Lembaga Penelitian Hutan di Indonesia terdapat lebih kurang 4000 jenis pohon. Dari sekian banyak jenis
itu baru sebagian kecil tercakup dalam buku-buku flora yang tersedia. Akibatnya, pengenalan masih tergantung pada
jasa para pengenal pohon setempat. Dengan bantuan koleksi contoh tumbuh-tumbuhan yang kemudian dideterminasi,
dapatlah disusun daftar nama pohon-pohon untuk daerah tertentu, yang dapat mempermudah inventarisasi hutan.
2. Geologi dan Geomorfologi
Ilmu-ilmu ini diperlukan dalam ekologi hutan, karena keadaan geologi dan geomorfologi mempengaruhi pembentukan
dan sifat-sifat tanah serta penyebaran dan hidup tumbuh-
tumbuhan. Pada keadaan iklim yang sama, jenis-jenis batuan yang
berbeda akan menghasilkan jenis-jenis tanah yang berlainan. Pada jenis dan keadaan tanah yang khusus,
seperti tanah pasir kuarsa dan tanah serpentin, akan terbentuk tipe hutan yang khusus pula.
Keadaan topografi juga mempengaruhi komposisi dan kesuburan tegakan hutan, melalui perbedaan pada kesuburan
dan keadaan air tanah. Disamping itu, perbedaan letak tinggi mempengaruhi
penyebaran tumbuh-tumbuhan, melalui perbedaan iklim yang ditimbulkannya.
3. Ilmu Tanah
Ilmu tanah yang murni seringkali disebut pedologi tetapi sebagai faktor tempat tumbuh disebut edafologi.
Perbedaan jenis tanah, sifat-sifat serta keadaan tanah seringkali mempengaruhi penyebaran tumbuh-tumbuhan,
menyebabkan terbentuknya tipe-tipe vegetasi berlainan, serta mempengaruhi kesuburan dan produktivitas hutan.
4. Klimatologi
Iklim adalah faktor terpenting yang mempengaruhi penyebaran tumbuh-tumbuhan. Faktor-faktor iklim seperti
suhu temperatur, curah hujan, kelembaban, dan defisit tekanan uap air besar pengaruhnya pada pertumbuhan pohon.
Iklim mikro dari sesuatu ternpat yang dipengaruhi keadaan
topografi dapat mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan pohon.
5. Geografi tumbuh-tumbuhan
Pada permulaan perkembangannya ekologi tumbuh- tumbuhan merupakan cabang dari geografi tumbuh-tumbuan
phytogeografi yang membahas pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap penyebaran tumbuh-tumbuhan. Dari
cabang inilah berkembang sosiologi tumbuh-tumbuhan phytososiologi dan ekologi tumbuh-tumbuhan.
Pada taraf kemajuan sekarang ekologi hutan masih memerlukan informasi dari geografi tumbuh-tumbuhan untuk
mengerti pola penyebaran berbagai jenis pohon dalam hubungannya dengan keadaan fisik bumi, terutama iklim dan
geomorfologi atau fisiografi, dan akan sangat membantu dalam mempelajari susunan serta penyebaran £ormasi-formasi
hutan.
6. Fisiologi Tumbuh-tumbuhan dan Biokimia
Telah dikemukakan bahwa autekolcgi mempunyai kegiatan yang mendekati fisiologi tumbuh-tumbuhan. Jadi pada
umumnya informasi dari fisiologi tumbuh-tumbuhan akan sangat berguna untuk mempelajari proses-proses hidup
tumbuh-tumbuhan, yang mana memerlukan pengetahuan tentang proses-proses kimia yang berhubungan dengan aktivitas
biologis yang terjadi. Informasi tersebut bisa diperoleh dari ilmu biokimia. Misalnya, untuk dapat mempelajari
pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap produksi getah karet atau getah pinus perlu pula pengetahuan tentang
proses pembentukan getah dan proses-proses biokimia lainnya yang mempengaruhi atau berkaitan dengannya.
7. Genetika Tumbuh-tumbuhan
Suatu jenis tumbuh-tumbuhan yang penyebarannya luas seringkali memperlihatkan perbedaan menurut letak geografi
dan keadaan lingkungan-nya. Perbedaan ini bukan hanya dalam bentuk pertumbuhannya tetapi seringkali pula dalam
hal adaptasi dan persyaratan terhadap keadaan tempat tumbuhnya, yang berakar pada sifat-sifat genetis, sebagai
akibat dari mutasi dan polyploidy. Adakalanya apabila daerah penyebaran dari dua jenis
pohon berimpitan pada suatu tempat, maka pada tempat itu terjadi hybridisasi antara kedua jenis itu, sehingga
timbul jenis pohon baru yang sifat-sifatnya berada diantara sifat-sifat kedua jenis induknya. Demikianlah,
pada keadaan-keadaan tertentu, untuk mengerti sifat-sifat ekologis sesuatu jenis atau beberapa jenis pohon
diperlukan pula pengatahuan tentang genetika.
8. Matematika dan Statistika
Kedua ilmu ini sangatlah penting untuk memformulasikan dugaan kuantitatif terhadap berbagai
proses ekologis yang terjadi pada ekosistem hutan. Oleh karena itu, melalui penggunaan kedua bidang ilmu ini
faktor lingkungan yang berperan dan seberapa jauh peranannya terhadap penelitian kelestarian suatu hutan
dapat diperkirakan.
D. Status Ekologi Hutan dalam Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Ekologi Hutan merupakan ilmu dasar yang bersifat integratif mengintegrasikan ilmu-ilmu dasar lain yang
merupakan ilmu dasar penting bagi silvikultur. dalam terminologi kehutanan, ekologi hutan hampir sama dengan
silvika. Perbedaan ekologi hutan dengan silvika hanyalah pada lawasan kajiannya, yakni ekologi hutan mempelajari
hutan sebagai ekosistem jadi lawasannya lebih luas, sedangkan silvika lebih terarah pada silvikultur dan lebih
mendekati autekologi. Dengan pengetahuan ekologi hutan dan fisiologi pohon yang tepat bisa ditentukan tindakan
silvikultur yang tepat, sehingga produksi hutan dapat ditingkatkan baik kualita rnaupun kuantitanya.
E. Aspek-aspek Ekologi Hutan yang renting