1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha dari
pemerintah yaitu bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Hal ini tentunya perlu diikuti dengan kesadaran semua pihak yang ada di sekolah
untuk membantu terselenggaranya bimbingan dan konseling, karena bimbingan dan konseling merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
pendidikan. Di dalam pendidikan khususnya di lingkungan sekolah bimbingan dan konseling mempunyai beberapa fungsi seperti yang dikemukakan Prayitno
dan Erman Amti 2004: 197 bahwa “bimbingan dan konseling mempunyai fungsi
yang dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi yaitu pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, dan fungsi pemeliharaan dan pengembangan
yang bertujuan untuk memaksimalkan perkembangan siswa dalam bidang pribadi, sosial, belajar dan karir kearah yang lebih baik”.
Bentuk layanan bimbingan dan konseling menurut Prayitno dan Amti 2004: 253 adalah dengan memberikan sembilan layanan dan enam kegiatan
pendukung. Sembilan layanan tersebut meliputi layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten,
layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konseling individual, layanan konsultasi dan layanan mediasi. Sedangkan enam kegiatan
pendukung yaitu himpunan data, tampilan pustaka, konfrensi kasus,dan kunjungan rumah. Semua layanan dan kegiatan pendukung tersebut mengacu pada
bidang bimbingan dan konseling yaitu bidang belajar, sosial, pribadi dan karir. Direktorat jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan
departemen pendidikan nasional 2007 2007: 40 menjelaskan bahwa “layanan
bimbingan klasikal adalah suatu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut guru BK untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa didik di
kelas secara terjadwal ”. Menurut Gysbers dan Henderson 2005 dalam Sunani
2012 menyatakan “bahwa bimbingan klasikal ini merupakan bentuk kegiatan
bimbingan yang diselenggarakan dalam Guidance Curriculum yang merupakan jantung dari layanan BK
”. Dari Sembilan layanan bimbingan dan konseling yang bisa dilaksanakan dengan format klasikal terdiri dari layanan orientasi, layanan
informasi, layanan penguasaan konten dan layanan penempatan dan penyaluran. Tiap layanan dalam bimbingan format klasikal mempunyai fungsi dan peranan
masing-masing, layanan informasi bertujuan untuk memberikan informasi tertentu kepada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa. Layanan orentasi bertujuan untuk
mengenalkan siswa kepada lingkungan baru misalnya lingkungan kelas dan lingkungan sekolah. Layanan penguasaan konten bertujuan untuk memberikan
pelatihan kepada siswa tentang konten tertentu sesuai dengan kebutuhan siswa, misalnya bagaimana memanajemen waktu yang baik. Sedangkan layanan
penempatan dan penyaluran bertujuan untuk membantu menempatkan dan menyalurkan potensi yang dimiliki siswa ke dalam kegiatan tertentu yang
mendukung pengembangan potensi tersebut.
Namun fungsi dan tujuan dari setiap layanan bimbingan dan konseling format klasikal tidak selalu dapat tercapai secara maksimal karena di lapangan
masih ditemui guru BK yang dalam pelaksanaanya antara layanan BK format klasikal yang satu dengan yang lain tidak ada beda. Contoh nyata yang diperoleh
peneliti selama mengikuti praktik pengalaman lapangan di SMP Negeri Mungkid dijumpai guru BK yang melaksanakan layanan penguasaan konten tetapi seperti
layanan informasi. Untuk mendukung apakah fenomena tersebut juga terjadi di kota Semarang, peneliti melakukan wawancara pada tanggal 9 mei 2015 dengan 2
guru BK di SMP Negeri 16 kota semarang. Hasil dari wawancara tersebut antara lain: 1 ada guru bimbingan dan konseling yang kurang memahami pelaksanaan
dari setiap layanan BK format klasikal. 2 ada guru bimbingan dan konseling yang melaksanakan layanan penguasaan konten dengan menggunakan metode
ceramah, 3 ada guru bimbingan dan konseling yang tidak membuat satuan layanan setiap kali memberikan layanan klasikal kepada siswa. lampiran 10
Beberapa hal yang menjadi penyebab kurang optimalnya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling format klasikal menurut Sunani 2012 dalam
artikel ilmiahnya tidak sedikit guru BK yang 1 tidak melaksanakan layanan format klasikal karena tidak tersedia jamjadwal, 2 melaksanakan layanan
format klasikal tanpa rencana palaksanaan layanan, 3 menggunakan metode ceramah sehingga terlihat monoton, 4 tanpa penilaian proses layanan sehingga
kurang dapat diketahui tingkat keberhasilannya, 5 tanpa memanfaatkan media atau lembar kerja sehingga pencapaian tujuan kurang signifikan. Kurang
optimalnya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bisa terjadi karena
faktor internal dan eksternal guru bimbingan dan konseling. Faktor internal berdasarkan fenomena di atas bisa terjadi karena guru bimbingan dan konseling
yang kurang memahami layanan bimbingan dan konseling format klasikal. Sedangkan faktor eksternal antara lain sarana yang kurang dan tidak adanya jam
layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling format klasikal penting bagi siswa
karena setiap layanan BK format klasikal layanan orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, dan layanan penempatan dan penyaluran terdapat
fungsi dan
peranan masing
–masing layanan yang bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan siswa. Selain itu dengan adanya layanan
bimbingan dan konseling format klasikal guru BK akan lebih dekat dengan siswa serta dapat mengetahui bagaimana kondisi siswa di dalam kelas. Layanan format
klasikal merupakan layanan yang efisien karena bisa mencangkup beberapa siswa sekaligus. Jika dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling format
klasikal guru BK tidak sesuai dengan apa yang seharusnya maka akan berdampak negatif terhadap pelayanan kepada siswa. Setiap tujuan dari layanan bimbingan
dan konseling format klasikal tidak tercapai secara optimal. Pemahaman guru BK tentang layanan BK format klasikal sangat
diperlukan karena setiap layanan mempunyai tujuan dan fungsi yang berbeda –
beda, sehingga apabila dalam pelaksanaanya kurang optimal maka tujuan dan fungsi setiap layanan tidak akan tercapai dengan optimal. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia 2005: 350 disebutkan bahwa “pemahaman mengandung arti
proses, perbuatan, cara memahami atau menanamkan”. Pemahaman tentang
fungsi, tujuan, dan tahap –tahap pelaksanaan dari layanan bimbingan dan
konseling format klasikal menjadi dipertanyakan ketika masih ada guru bimbingan dan konseling yang kurang maksimal dalam melaksankaan layanan
bimbingan dan konseling format klasikal. Dari latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan menyusun
penelitian yang berjudul “Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling Tentang Layanan Bimbingan dan Konseling Format Klasikal di SMP Negeri se-Kota
Semarang tahun 20152016”.
1.2 Rumusan Masalah