Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas guru BK atau konselor adalah melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dan konseling
dimulai dari menyusun program bimbingan dan konseling, mengevaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut
dalam program
bimbingan terhadap
peserta didik
yang menjadi
tanggungjawabnya yaitu sekurang – kurangnya 150 peserta didik asuh setiap guru
BK dan paling banyak 250 peserta didik asuh. Bagi guru BK yang memliki peserta didik asuh kurang dari jumlah minimal maka guru BK diperkenankan
unutk memberikan layanan terhadap sekolah lain baik negeri maupun swasta. Maka pemahaman guru bimbingan dan konseling adalah kemampuan
seseorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan dan
konseling untuk mengerti, mengingat, memperoleh makna dari pengetahuan atau intervensi yang diperoleh kemudian dapat menjelaskan apa yang dipahami.
2.3 Layanan Bimbingan dan Konseling Format Klasikal
Direktorat jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan departemen pendidikan nasional 2007:
40 menjelaskan bahwa “layanan bimbingan klasikal adalah suatu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang
menuntut guru BK untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa didik di kelas secara terjadwal”. Sedang menurut Winkel dan Hastuti 2006: 561 bahwa
“bimbingan klasikal adalah bimbingan yang diberikan kepada sejumlah siswa yang tergabung dalam suat
u kegiatan pengajaran”. Bimbingan klasikal
berorientasi kepada kegiatan kelompok yang jumlahnya antara 30-40 siswa dalam
satu kelas.
Bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang digunakan untuk mencegah masalah-masalah perkembangan, meliputi: informasi pendidikan,
pekerjaan, personal, dan sosial yang dilaksanakan dalam bentuk pengajaran sistematis dalam ruang kelas yang berisi antara 20-25 siswa dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman diri dan orang lain serta perubahan sikap dengan menggunakan media dan dinamika kelompok Gazda 1984: 6. L. Gibson dalam
Siwabessy dan Hastoeti 2008: 136 dalam Triyono dan Mastur 2014: 2. Bimbingan klasikal sering disebut sebagai layanan dasar yakni layanan bantuan
bagi peserta didik melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya secara
optimal Yusuf dan Nurihsan 2008: 26 dalam Triyono dan Mastur 2014: 3. Tujuan bimbingan klasikal dalam Permendikbud No. 81A adalah
membantu konseli agar mampu menyesuaikan diri, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, mampu beradaptasi dalam kelompok, mampu menerima
support atau dapat memberikan support pada teman-temannya. Tujuan bimbingan klasikal menurut Sugandi 2008: 207 dalam Triyono dan Mastur 2014: 03
adalah membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan karir.
Tujuan bimbingan klasikal menurut Yusuf dan Nurihsan 2008: 6 dalam Triyono dan Mastur 2014: 03 adalah membantu siswa mengembangkan
potensinya secara optimal. Secara lebih terperinci Yusuf dan Nurihsan 2008: 13
dalam Triyono dan Mastur 2014: 03 menjelaskan bahwa tujuan bimbingan klasikal adalah agar individu dapat: 1 merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang, 2 mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal
mungkin, 3 dan menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan dasar bagi peserta didik yang berfungsi untuk mencegah
masalah belajar, karir, pribadi, dan sosial dengan memanfaatkan media dan dinamika kelompok yang terdiri antara 25-40 siswa, sehingga siswa dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Supriyo 2010: 9 mengemukakan bahwa “Layanan bimbingan dan konseling yang dapat
dilaksanakan dengan format klasikal antara lain layanan orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, dan layanan penempatan dan penyaluran
”. Setiap layanan mempunyai tujuan dan fungsi yang berbeda
– beda. Sehingga layanan bimbingan dan konseling format klasikal adalah layanan dalam
bimbingan konseling yang dapat dilaksanakan dalam format klasikal yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, dan layanan penempatan
dan penyaluran yang terdiri atas 25-40 siswa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa layanan bimbingan dan konseling yang dapat dilaksanakan dengan format klasikal antara lain layanan
orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, dan layanan penempatan dan penyaluran. Layanan BK format klasikal tersebut antara lain :
2.3.1 Layanan Orientasi
2.3.1.1 Konsep Dasar Layanan Orientasi Layanan Orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru dana tau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya Prayitno dan Amti, 2004: 255. Sedangkan menurut Sukardi dan
Kusmawa ti 2008: 56 “Layanan orientasi yaitu pelayanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan konseli memahami lingkungan seperti sekolah yang baru dimasuki konseli, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya
konseli di lingkungan baru”. Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru atau seseorang terhadap lingkungan
yang baru dimasukinya. Bagi siwa yang baru saja memasuki lingkungan sekolah yang baru layanan orientasi sangatlah penting karena tanpa adanya layanan
orientasi, penyesuaian siswa dengan lingkungan baru membutuhkan waktu yang relatif lama. Menurut Allan McKean 1984 dalam Supriyo 2010: 11
menyatakan bahwa tanpa program-program orientasi periode penyesuaian untuk sebagian besar siswa berlangsung kira-kira tiga atau empat bulan. Sehingga bila
siswa terlambat dalam menyesuaikan diri maka akan mengganggu proses belajar siswa tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan kepada siswa baru maupun seseorang agar dapat beradaptasi dengan lingkungan atau sesuatu yang baru sehingga siswa dapat berkembang dengan
maksimal. 2.3.1.2 Tujuan Layanan Orientasi
Menurut Sukardi dan Kusmawati 2008: 56 tujuan dari layanan orientasi ditunjukan untuk siswa baru dan pihak
– pihak lain terutama orang tua siswa guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan
sekolah yang baru dimasukinya. Fungsi dari layanan orientasi adalah fungsi pemahaman dan pencegahan Supriyo, 2010: 12. Pemahaman yang dihasilkan
dari layanan orientasi adalah pemahaman tentang keadaan lingkungan baru sekolah sebagai kondisi sekitar siswa yang secara langsung mempengaruhi
dalam proses belajar mengajar. Dengan diperolehnya pemahaman yang baik tentang keadaan lingkungan sekolah yang baru, maka siswa dapat menyesuaikan
diri dengan kondisi yang ada di sekolah dan dapat menjalani kehidupan sekolah dengan baik. Sedangkan pencegahan dimaksudkan siswa yang telah memperolah
pemahaman tentang lingkungan baru dapat menyesuaikan diri sehingga siswa akan dapat terhindar dari berbagai masalah yang akan menghambat, mengganggu
ataupun menimbulkan kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.
2.3.1.3 Komponen Layanan Orientasi Komponen dalam program bimbingan mencakup usaha untuk membekali
siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan hidupnya serta proses perkembangan dengan data dan fakta yang bukan berupa data psikologis
atau data sosial tentang diri sendiri, sebagaimana diperoleh dalam rangka pengumpulan data melalui alat-alat tes dan nontes Winkel dan Hastuti,
2004:316. Komponen dalam layanan orientasi terdiri atas konselor, peserta layanan orientasi, dan lingkungan baru atau suasana baru yang menjadi isi layanan
Prayitno, 2004: 31. Konselor merupakan ahli pelayanan bimbingan dan konseling, penyelanggara layanan orientasi. Konselor juga dapat dibantu oleh
penyaji atau nara sumber lain dan personil lapangan sesuai denga nisi layanan. Peserta layanan adalah orang
– orang atau indivisu yang sedang atau akan berada pada, atau memerlukan suasana, lingkungan, atau obyek baru. Materi layanan
adalah berbagai elemen berkenaan dengan suasana, lingkungan, dan objek-objek yang ada dilapanganyang terkait dengan apa yang dianggap baru oleh individu.
2.3.1.4 Asas Layanan Orientasi Asas dalam layanan orientasi terdiri dari asas kegiatan yaitu peserta
layanan di tuntut untuk aktif dalam menjalani berbagai kegiatan yang telah direncanakan konselor. Selanjutnya adalah asas kerahasiaan diberlakukan
terhadap hal-hal yang bersifat pribadi Prayitno, 2004: 35. 2.3.1.5 Pendekatan dan tenik Layanan Orientasi
Layanan orientasi diselenggarakan dengan pendekatan langsung dan terbuka. Menurut Prayitno 2004: 36 layananan orientasi bisa dilakukan dengan
format : 1 Format lapangan. Dalam format ini peserta layanan mengunjungi obyek-
obyek lapangan yang dimaksud.
2 Format klasikal. layanan orientasi dilakukan di dalam kelas dengan syarat obyek-obyek yang hendak dibahas dibawa di dalam kelas, dalam bentuk
contoh, miniature, video, atau bentuk-bentuk gambar. 3 Format kelompok. Format ini memanfaatkan dinamika dalam kelompok
untuk membahas obyek-obyek yang akan di perkenalkan. 4 Format individual. Diberikan kepada individu tertentu, dengan isi layanan
yang secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan individu. 5 Format kolaboratif. Format ini melibatkan pihak-pihak dari luar peserta
didik untuk ikut membantu dalam pelayanan orientasi. Sedangkan teknik yang bisa diterapkan dalam layanan orientasi dengan
penyajian bisa melalui: ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Pengamatan dengan melihat obyek-obyek yang ada, partisipasi melibatkan diri secara langsung dalam
suasana dan kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri. Teknik yang terakhir adalah teknik studi dokumentasi yaitu membaca dan mempelajari berbagai
dokumen yang ada. 2.3.1.6 Operasionalisasi Layanan Orientasi
Dalam pelaksanaanya layanan orientasi harus melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi agar tujuan dari layanan dapat tercapai dengan
maksimal. Menurut Supriyo 2010: 13 Guru BK harus merencanakan kegiatan terlebih dahulu meliputi:
1 menetapkan materi layanan orientasi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik,
2 mentapkan tujuan atau hasil yang ingin di capai,
3 menetapkan sasaran layanan, 4 menetapka bahan, sumber bahan, serta personil yang terkait dan peranan
masing-masing 5 menetapkan metode dan teknik serta media yang akan digunakan, f
menetapkan rencana penilaian, 6 mempertimbangkan keterkaitan antara layanan orientasi dengan layanan
lainya, 7 menetapkan waktu dan tempat.
Setelah tahap perencanaan selanjutnya guru BK masuk ke tahap pelaksanaan atau tahap inti dari layanan orientasi yang mana meiputi:
1 persiapan pelaksanaan, 2 persiapan fisik tempat dan peralatan,
3 persiapan bahan, 4 persiapan personil,
5 persiapan ketrerampilan menyiapkan, 6 persiapan administrasi,
7 pelaksanaan kegiatan, 8 persiapan metode,
9 penyampaian materi layanan orientasi, 10 administrasi.
Dalam penyampaian materi guru BK bisa menggunakan beberapa metode sebagai contoh metode ceramah, menggunakan media video dan audio,
menunjukan secara langsung objek yang ingin siswa ketahui.
Tahap terakhir adalah tahap evaluasi diamana setelah tahap pelaksanaan guru BK melakukan evaluasi meliputi evaluasi proses mulai dari perencananan
sampai pelaksanaan dan evaluasi hasil dari pelaksanaan layanan. Selanjutnya guru BK melakukan analiasi hasil dari layanan apakah ada kemajuan atau tidak jika
tidak apakah memerlukan tindak lanjut atau tidak.
2.3.2 Layanan Informasi
2.3.2.1 Konsep Dasar Layanan Informasi Pelayanan informasi merupakan salah satu layanan yang memfokuskan
pada pemberian informasi kepada peserta didik agar memahami diri dan lingkungannya Sugiyo 2011: 19. layanan informasi bermaksud memberikan
pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah
suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki Prayitno, 2004: 259. Pemberian informasi sebagai salah satu komponen dalam program bimbingan dan sebagai
salah satu layanan bimbingan Winkel dan Hastuti, 2004: 316. Senada dengan pengertian diatas menurut pendapat Sukardi dan Kusmawati 2008: 57
“pelayanan informasi merupaka pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli memahami suatu hal yang diperlukan konseli
”. Layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para
siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung seperti, melalui media
cetak maupun elektronik, seperti: buku, brosur, leaflet, majalah,, dan internet Yusuf: 2009: 80. Pemberian informasi sangat diperlukan untuk pemahaman diri
dan lingkungan dalam membuat keputusan secara tepat. Informasi bagi individu semakin penting mengingat kegunaan informasi sebagai acuan untuk bersikap
dan bertingkah laku sehari-hari, sebagai pertimbangan bagi arah pengembangan diri, dan sebagai dasar pengambilan keputusan. Kegunaan yang dimaksud terkait
juga dengan adanya berbagai kesempatan di masyarakat sekitar, masyarakat yang lebih kuat, maupun masyarakat global. Tanpa informasi yang cukup siswa tidak
akan mampu mengambil keputusan secara tepat. Salah pilih sekolah, salah pilih pekerjaan, seringkali menjadi akibat dari kurangnya informasi menurut
Prayitno 2004: 1. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian layanan informasi adalah memberikan pemahaman kepada individu- individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk
menjalani tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.
2.3.2.2 Tujuan Layanan Informasi Tujuan umum layanan informasi adalah dikuasainya informasi tertentu
oleh peserta layanan Prayitno, 2004: 2. Informasi tersebut selanjutnya digunakan oleh peserta untuk keperluan sehari-hari dalam rangka effective daily living dan
perkembangan dirinya. Sedangkan tujuan khusus layanan informasi terkait dengan fungsi-fungsi konseling. Fungsi pemahaman paling domain dan paling langsung
diemban oleh layanan informasi. Peserta layanan memahami informasi, dengan berbagai seluk beluknya sebagai isi layanan. Penguasaan layanan informasi
digunakan untuk memecahkan masalah, untuk mencegah timbulnya masalah,
untuk mengembangkan dan memelihara potensi yang ada, dan memungkinkan peserta didik untuk membuka diri dalam mengaktualisasikan hak
–haknya. Sedangkan menurut Winkel dalam Hastuti 2004: 316 layanan informasi
diadakan untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta dibidang pendidikan dan sekolah, bidang pekerjaan, dan bidang perkembangan
pribadi-sosial supaya mereka belajar tentang lingkungan hidupnya dan dapat mengatur dan merencanakannya. Tujuan pelayanan informasi ditunjukkan untuk
memeberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap hal baru yang perlu diketahui Sukardi dan Kusmawati, 2008: 57.
Untuk mencapai tujuan –tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan
kesempatan untuk: 1 mengenal dan memehami potensi, kekuatan, dan tugas- tugas perkembangannya, 2 mengenal dan memahami potensi atau peluang yang
ada dilingkungannya, 3 mengenal dan menentukan tujuan dari rencana hidupnya, 4 memahami dan mengatasi kesulitan sendiri, 5 menggunakan kemampuannya
untuk kepentingan dirinya, lembaga dan masyarakat, 6 menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan lingkungan, dan 7 mengembangkan kekuatan dan potensi
secara tepat, teratur, dan optimal Yusuf, 2009: 49. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
layanan informasi adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang suatu hal yang perlu diketahui untuk dapat mengatur dan merencanakan
perkembangan diri secara optimal.
2.3.2.3 Komponen Layanan Informasi Komponen dalam program bimbingan mencakup usaha untuk membekali
siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan hidupnya serta proses perkembangan dengan data dan fakta yang bukan berupa data psikologis
atau data sosial tentang diri sendiri, sebagaimana diperoleh dalam rangka pengumpulan data melalui alat-alat tes dan nontes Winkel dan Hastuti 2004:
316. Dalam layanan informasi terdapat beberapa komponen pokok yaitu, konselor dan peserta Prayitno, 2004: 44. Konselor sebagai tenaga ahli dalam
pelayanan informasi artinya menguasai sepenuhnya informasi yang menjadi isi layanan, mengenal dengan baik peserta layanan dan kebutuhannya akan
informasi, dan menggunakan cara-cara efektif untuk melaksanakan layanan. Sedangkan peserta layanan informasi dapat berasal dari berbagai kalangan. Pada
dasarnya seseorang bebas untuk mengikuti layanan informasi sepanjang isi layanan bersifat terbuka dan tidak menyangkut pribadi
– pribadi tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
komponen layanan informasi yaitu, konselor sebagai seorang ahli yang memberikan materi dan peserta sebagai seseorang yang membutuhkan suatu
informasi dengan suka rela menjadi pendengar dalam layanan informasi. 2.3.2.4 Asas Layanan Informasi
Asas adalah dasar atau landasan yang mendasari penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Berdasarkan landasan yang ada, maka dibuatlah
berbagai konsep penyelengggaraan bimbingan dan konseling termasuk prinsip-
prinsip bimbingan. Sedangkan menurut Prayitno 2004: 7 menyatakan bahwa ”layanan informasi umumnya merupakan kegiatan yang diikuti oleh sejumlah
perserta dalam suatu forum terbuka. Asas kegiatan mutlak diperlukan didasarkan pada kesukarelaan dan keterbukaan, baik dari para peserta maupun konselor”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asas layanan informasi adalah kesukarelaan dan keterbukaan yakni sesuatu kegiatan yang harus
dilakukan. 2.3.2.5 Jenis Layanan Informasi
Jenis informasi yaitu: informasi pendidikan, informasi jabatan, informasi sosial budaya Prayitno, 2004: 259. Sedangkan menurut Sukardi dan Kusmawati
2008: 58 jenis layanan informasi meliputi “informasi pengembangan pribadi,
informasi jabatan, informasi keidupan keluarga, sosial kemasyarakatan, keberagaman, sosial budaya, dan lingkungan
”. Materi layanan informasi dapat berupa : 1 Pemahaman dan pengenalan perilaku etis, 2 pemahaman dan
pengenalan kematanagan intelektual dan emosional, 3 pengenalan dan pemahaman perilaku bertanggungjawab, 4 pengenalan dan pengembangan
kemandirian, dan 5 pengenalan dan pemahaman wawasan karier Sugiyo, 2011: 19.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis layanan informasi meliputi informasi pengembangan pribadi, informasi jabatan,
informasi kehidupan keluarga, keberagaman, sosial kemasyarakatan, sosial budaya dan lingkungan.
2.3.2.6 Kriteria Layanan Informasi
Pelayanan penyajian informasi dikatakan berhasil dengan kriteri yaitu: 1 jika para siswa telah dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan
yang baru, 2 jika para siswa telah memperoleh sebanyak mungkin sumber informasi tentang: cara belajar, informasi sekolah, dan informasi pemilihan
jurusan atau program Sukardi dan Kusmawati, 2008: 61. Kriteria seseorang menjadi peserta layanan informasi pertama-tama menyangkut pentingnya isi
layanan bagi peserta yang bersangkutan. Informasi bergantung pada kebutuhan para peserta layanan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa layanan informasi dikatakan berhasil dengan kriteria, yaitu: 1 jika para siswa telah dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan yang baru, 2 jika para siswa telah memperoleh sebanyak mungkin sumber informasi.
2.3.2.7 Pendekatan dan Teknik Layanan Informasi Menurut pendapat Prayitno 2004: 8 pendekatan dan teknik layanan
informasi adalah sebagai berikut: 1 Ceramah, Tanya jawab dan Diskusi. Cara penyampaian informasi yang paling
bisa diguanakan adalah ceramah, yang diikuti dengan tanya jawab. Untuk mendalami informasi tersebut dapat dilakukan diskusi diantara para peserta
2 Media. Dalam penyampaian informasi dapat digunakan media pembantu berupa alat peraga, media tulis dan grafik, serta kerangka dan program
elektronik seperti radio, televisi, rekaman, komputer, OHP, LCD.
3 Acara khusus. Melalui acara khusus di sekolah misalnya, dapat digelar “hari
karir” yang didalamnya ditampilkan informasi tentang karier dalam spektrum yang luas.
4 Waktu dan tempat. Layanan informasi sangat bergantung pada format dan isi layanan. Format klasikal dan isi layanan yang terbatas untuk para siswa dapat
diselenggarakan di kelas –kelas menurut jadwal pembelajaran sekolah.
Layanan informasi dengan acara khusus memerlukan waktu dan tempat sendiri yang perlu diatur secara khusus.
5 Penilaian. Penilaian hasil layanan informasi difokuskan pada pemahaman para peserta terhadap informasi yang menjadi isi layanan unsur
understanding sangat dominan. Pemahaman para peserta layanan itu lebih jauh dapat dikatakan dengan kegunaan bagi peserta dan apa yang dilakukan
peserta berkenaan dengan informasi yang diperolehnya. Evaluasi lisan digunakan untuk mengungkapakan pemahaman peserta tentang informasi
yang baru saja disajikan sehingga dilakukan penilaian segera laiseg. Penilaian jangka pendek laijapen dan jangka penjang laijapang
diselenggarakan sesuai dengan kegunaan materi informasi dalam kaitannya dengan pengentasan masalah klien secara khusus dengan ditangani melalui
layanan informasi dan layanan konseling lainnya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan dan
teknik layanan informasi adalah ceramah, media, acara khusus, waktu dan tempat, dan penilaian.
2.3.2.8 Operasional Layanan Informasi Layanan informasi perlu direncanakan oleh konselor dengan cermat, baik
mengenal informasi yang menjadi isi layanan, metode maupun media yang digunakan. Kegiatan peserta selain mendengar dan menyimak perlu mendapat
pengarahan secukupnya. Langkah-langkah penyajian informasi yaitu: 1 langkah persiapan, 2 langkah pelaksanaan, 3 langkah evaluasi Sukardi dan Kusmawati
2008: 57. Sedangkan menurut Prayitno 2004: 15 operasionalisasi layanan informasi adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan 1 Identifikasi kebutuhan akan informasi bagi subjek calon peserta
layanan. 2 Menetapkan materi informasi sebagai isi layanan.
3 Menetapkan subyek sasaran layanan. 4 Menetapkan nara sumber.
5 Menyiapkan prosedur, perangkat, dan media layanan. 6 Menyiapkan kelengkapan administrasi.
2. Pelaksanaan 1 Mengkoordinasikan kegiatan layanan.
2 Mengaktifkan peserta layanan. 3 Mengoptimalkan penggunaan metode dan media.
3. Evaluasi 1 Menetapkan materi evaluasi.
2 Menetapkan prosedur evaluasi.
3 Menyusun instrumen evaluasi. 4 Mengaplikasikan instrumen evaluasi.
5 Mengolah hasil aplikasi instrumen. 4. Analisis hasil evaluasi
1 Menetapkan norma standar evaluasi. 2 Menetapkan analisis.
3 Menafsirkan hasil analisis. 5. Tindak lanjut
1 Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut. 2 Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait.
3 Melaksanakan rencana tindak lanjut. 6. Pelaporan
1 Menyusun laporan layanan orientasi. 2 Menyampaikan laporan pihak terkait.
3 Mendokumentasikan laporan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi
layanan informasi adalah : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, dan pelaporan.
2.3.3 Layanan Penguasaan Konten
2.3.3.1 Konsep Dasar Layanan Penguasaan Konten Menurut Supriyo 2010:
37 “layanan pembelajaran penguasaan konten yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya,serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya”. Layanan penguasaan konten
yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik konseli mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
Sedangkan Menurut Sukardi 2008: 62 layanan penguasaan konten pembelajaran yaitu
“layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap, kebiasaan, kesulitan
atau aspek dalam belajar lainnya ”. Layanan ini merupakan bagian integral dari
layanan bimbingan dan konseling, sedangkan layanan bimbingan konseling merupakan bagian dari progam pendidikan di sekolah.
Pemberian layanan penguasaan konten dapat dilakukan secara klasikal, kelompok dan perorangan. Namun biasanya dilakukan secara klasikal dengan
memberikan materi terlebih dahulu dengan metode ceramah maupun dengan diskusi lalu didukung dengan penggunaan teknik yang disesuaikan dengan
kebutuhan materi. Lanjut Prayitno 2004: 89 menjelaskan bahwa “layanan
penguasaan konten membantu individu menguasai aspek-aspek konten secara tersinergikan
”. Dengan konten yang diajarkan, diharapkan individu mampu memiliki sesuatu yang berguna untuk memenuhi kebutuhannya serta mengatasi
masalah-masalah yang dialaminya. Dari penjelasan kedua pendapat diatas, maka peneliti penyimpulkan bahwa
layanan penguasaan konten adalah suatu layanan dalam bimbingan dan
konseling yang diberikan dalam individu maupun kelompok dengan tujuan untuk memberikan pemahaman, mengembangkan, dan membelajarkan siswa
terhadap suatu konten tertentu yang dibutuhkan oleh siswa. 2.3.3.2 Tujuan dan Fungsi Layanan Penguasaan Konten
Mugiarso 2011: 61 “layanan penguasaan konten pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan
sikapdan kebiasaan belajar yang baik, ketrampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya serta tuntutan kemampuan yang
berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya”. Tujuan umum layanan penguasaan konten yakni dikuasainya suatu konten tertentu yang dibutuhkan,
sehingga siswa yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupannya secara efektif. Sedangkan tujuan khusus dalam layanan penguasaan konten dapat dilihat
dari kepentingan atau kebutuhan siswa dan isi konten tertentu. Penekanan pada fungsi layanan dan sesuai isi konten yang diinginkan akan mencapai tujuan
khusus layanan penguasaan konten. Dengan menguasai konten kemampuan atau kompetensi yang diajarkan dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
ketarampilan, sikap tertentu dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah kehidupan. Tujuan dalam layanan penguasaan konten lebih khusus dijelaskan
pada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Layanan penguasaan konten diharapkan mampu memberikan pengaruh
positif pada kehidupan siswa meliputi bidang pribadi, sosial, belajar, karir, dapat terpelihara dan berkembang optimal. Fungsi utama dalam layanan penguasaan
konten ialah fungsi pemeliharaan dan pengembangan yakni fungsi yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi
positif siswa dalam perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan Supriyo, 2010: 38. Sedangkan menurut Prayitno 2004: 90 tujuan khusus
layanan penguasaan konten terkait dengan fungsi-fungsi konseling yakni: 1 Fungsi pemahaman merupakan barbagai hal aspek konten yang perlu untuk
dipahami, seperti konsep, sikap, tindakan, nilai-nilai dan aturan. 2 Fungsi pencegahan, apabila kontennya terarah kepada terhindarkanya
individu dari mengalami masalah tertentu. 3 Fungsi pengentasan akan menjadi arah layanan penguasaan konten apabila
memang untuk mengatasi masalah yang dialami individu. 4 Fungsi pengembangan dan pemeliharaan yakni apabila konten dapat
mengembangkan potensi individu sekaligus memelihara potensi yang telang berkembang.
2.3.3.3 Asas – asas Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten sama halnya dengan layanan bimbingan dan konseling lainnya yang memiliki ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dalam
pemberian layanan atau biasa disebut dengan asas. Prayitno dalam Mugiarso 2011: 24 menyebutkan asas yang dimaksudkan dalam layanan bimbingan dan
konseling yakni asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih
tangan dan tut wuri handayani. Asas yang paling diutamakan dalam layanan penguasaan konten adalah asas kegiatan, artinya siswa diharapkan dapat benar-
benar aktif mengikuti dan menjalani semua kegiatan yang ada di dalam proses layanan. Selain itu layanan ini dilandasi juga dengan asas kesukarelaan dan
keterbukaan. Asas kesukarelaan yakni baik pemberi maupun penerima layanan secara suka dan rela tanpa ada paksaan untuk melaksanakan layanan ini.
Sedangkan asas keterbukaan yakni dimana penerima layanan bersedia untuk membuka diri dalam rangka untuk pemecahan masalahnya. Menurut Winkle
2004: 75 keberhasilan layanan bimbingan dan konseling sangat bergantung pada motivasi subyek yang dibimbing dan kesediaannya untuk membuka diri,
merefleksikan diri sendiri, serta mengusahakan perubahan dalam sikap dan tindakan.
2.3.3.4 Pendekatan dan Komponen Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten dilaksanakan secara langsung dengan format klasikal. Layanan ini megajak dan mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi
dalam mengikuti layanan, terutama siswa diharapkan dapat menguasai konten yang diajarkan. Pratyitno 2012: 95 menyebutkan bahwa ada dua nilai proses
pembelajaran yaitu :
1 High-touch yaitu sentuhan tingkat tinggi mengenai aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan peserta layanan. Terutama yang berkaiatan
dengan aspek afektif, sikap, nilai dan moral melalui implementasi konselor diantaranya kewibawaan, kasih sayang dan kelembutan,
keteladanan, pemberian penguatan, tindakan tegas yang mendidik. Dalam pendekatan ini, pembimbing konselor harus menguasi konten dari
berbagai aspek yang akan mempengaruhi kewibawaan dalam mengimplementasikannya di hadapan siswa.
2 High-tech yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten, melalui implementasi oleh konselor meliputi materi
pembelajaran, metode pmbelajaran, alat bantu pembelajaran, lingkungan pembelajaran, penilaian dan hasil pembelajaran. Dalam hal ini kreativitas
pembimbing konselor dalam memberikan layanan penguasaan konten dapat mempengaruhi kualitas konten yang akan diajarkan.
Layanan penguasaan konten diharapkan dapat berdampak positif bagi setiap individu yang berpartisispasi didalamnnya. Komponen layanan penguasaan
konten menurut Prayitno 2004: 92 adalah sebagai berikut: 1 Konselor yakni penyelenggara layanan penguasaan konten dengan
menggunakan media dan teknik layanan yang sesuai. Konselor menguasai konten yang akan diberikan kepada siswa.
2 Individu adalah subyek yang menerima layanan atau membutuhkan penguasaan konten tertentu demi pemenuhan tuntutan perkembangannya.
3 Konten yakni isi layanan yang menjadi pokok bahasan dan materi layanan meliputi bidang pribadi, sosial, belajar, karir. Konten dapat berbentuk materi
atau acuan yang terkait tugas perkembangan, kegiatan dan hasil belajar, nilai dan moral kehidupan, serta permasalahan khusus individu.
2.3.3.5 Operasionalisasi Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten pembelajaran dilakukan melalui tahap perencanaan program, pelaksanaan program, evaluasi pelaksanaan program,
analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut pelaksanaan program Supriyo, 2010: 43. Sedangkan Tohirin 2008: 162 menjelaskan operasionalisasi layanan penguasaan
konten kedalam beberapa tahap yaitu: 1. Perencanaan
1 Menetapkan subjek atau peserta layanan 2 Menetapkan dan menyiapkan konten yang akan dipelajari secara rinci
3 Menetapkan proses dan langkah-langkah layanan 4 Menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan
5 Menyiapkan kelengkapan administrasi Sedangkan menurut Prayitno 2004: 102 dalam tahap perencanaan
yakni menetapkan subyek, konten, proses dan langkah yang dikemas dalam bentuk satuan layanan
2. Pelaksanaan 1 Melaksanakan kegiatan layanan melalui pengorganisasian proses
pembelajaran penguasaan konten melalui tiga tahapan yaitu : penyajian materi konten, tanya jawab, kegiatan lanjutan diskusi kelompok,
kegiatan kelompok, penugasan atau latihan terbatas, survey lapangan, percobaan, atau latihan tindakan.
2 Mengimplementasikan high-touch dan high-tech dalam proses pembelajaran.
3. Evaluasi 1 Menetapakan materi evaluasi
2 Menetapkan prosedur evaluasi 3 Menyususun instrumen evaluasi
4 Mengaplikasikan instrumen evaluasi 5 Mengolah hasil aplikasi instrument
Menurut Prayitno 2004 : 103 mengemukakan bahwa “penilaian hasil
layanan penguasaan konten ditekankan kepada penguasaan peserta atau atas aspek-
aspek konten yang dipelajari”. Penilaian hasil layanan diselenggarakan dalam tiga tahap yakni Prayitno, 2004: 104 :
1 Penilaian segera laiseg, penilaian yang diadakan segera setelah diakhirinya setiap kegiatan layanan.
2 Penilaian jangka pendek laijapen, penilaian yang diadakan beberapa waktu satu minggu sampai satu bulan.
3 Penilaian jangka panjang laijapang, penilaian yang diadakan setelah satu bulan atau lebih pasca layanan.
Penilaian laijapen dan laijapang dapat dilakukan jika pemberian layanan penguasaan konten tertentu dilakukan sejumlah sesi konten-konten yang
berkelanjutan. 4. Ananlisis hasil evaluasi
1 Menetapkan norma atau standar evaluasi 2 Melakukan analisis
3 Menafsirkan hasil evaluasi 5. Tindak lanjut
1 Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut 2 Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada peserta layanan
3 Melaksanakan rancana tindak lanjut 6. Laporan
1 Menyusun laporan pelaksanaan layanan penguasaan konten 2 Menyampaikan laporan kepada pihak terkait
3 Mendokumentasikan laporan layanan
2.3.4 Layanan Penempatan dan Penyaluran
2.3.4.1 Konsep Dasar Layanan Penempatan dan Penyaluran Menurut Mugiarso 2011: 59 layanan penempatan penyaluran adalah
layanan yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan posisi dan pilihan yang tepat yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan
karier, kegiatan ekstrakulikuler, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan kondisi fisik dan psikologisnya. Dalam hal ini konselor merupakan
penasihat dan penyumbang utama bagi data, masukan, dan bahan-bahan pertimbangan tentang arah dan penempatan penyaluran. Peranan orang tua dan
wali siswa juga penting dalam memberikan data pendukung siswa, menjalankan keputusan penempatan penyaluran oleh sekolah dengan layanan dan perlakuan
orang tua terhadap siswa, dan memberika kemudahan berupa fasilitas, perizinan bagi kegiatan siswa prayitno dan Amti, 2004: 278.
2.3.4.2 Fungsi dan Tujuan Layanan Penempatan dan Penyaluran Fungsi utama layanan penempatan dan penyaluran yaitu fungsi
pencegahan dan fungsi pemeliharaan. Fungsi pencegahan yaitu usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layana yang diberikan
berupa bantuan bagi para siswa agar tehindar dari masalah yang menghambat mencapaian tugas perkembangannya. Fugsi pencegahan dalam layanan
penempatan dan penyaluran yaitu bantuan yang diberikan pada siswa agar siswa berada pada posisi yang sesuai dengan kondisi fisik dan psikologisnya agar
terhindar dari masalah yang dapat menganggu perkembangannya. Sedangkan fungsi pemeliharaan yaitu layanan yang diberikan dapat membantu siswa
memelihara keseluruhan pribadi secra terarah dan berkelanjutan. Fungsi pemeliharaan dalam penempatan penyaluran artinya pemberian layanan berfungsi
untuk memelihara dengan memantapkan pilihan atau posisi yang telah dipilih oleh siswa.
Tujuan umum layanan penempatan penyaluran diperolehnya tempat kondisi lingkungan baik fisik maupun psikososial seperti lingkungan akademik,
sosial, budaya yang sesuai bagi siswa untuk pengembangan potensi dirinya. Tujuan khusus layanan dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling yang meliputi
fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pengembangan dan pemeliharaan, fungsi advokasi.
2.3.4.3 Asas Layanan Penempatan dan Penyaluran Asas dalam layanan penempatan penyaluran yaitu asas kesukarelaan dan
keterbukaan. Posisi siswa untuk mengambil keputusan sendiri harus mendapat
penguatan, setelah itu asas kekinian dan kegiatan merupakan jaminan kelancaran dan kesuksesan. Asas kerahasiaan diterapkan untuk hal yang bersifat pribadi
khususnya kondisi siswa yang tidak boleh atau tidak layak diketahui pihak lain.
2.3.4.4 Isi Layanan Penempatan dan Penyaluran Materi layanan yang dapat diangkat melalui layanan penempatan
penyaluran sebagai berikut: 1 Bidang pribadi. Pemberian layanan penempatan dan penyaluran
kegiatannya dapat meliputi penempatan dan penyaluran posisi duduk dalam kelas sesuai kondisi tubuh dan pribadi siswa, pilihan
keterampilan dan kesenian, kegiatan ekstrakulikuler. 2 Bidang sosial. pemberian layanan dan penyaluran dapat meliputi
kegiatan penembaptan dan penyaluran kelompok kegiatan bersama, kegiatan kesiswaan.
3 Bidang belajar. Kegiatan penempatan dan penyaluran meliputi kelompok belajar berdasarkan kemampuan, campuran dan tambahan,
program pengajaran perbaikan, program pengayaan, kelompok penilitian remaja
4 Bidang karir. Kegiatan penempatan dan penyaluran meliputi kelompok latihan keterampilan, kelompok kerja penyususnan perta dunia kerja,
kelompok membahas pilihan program studi.
2.3.4.5 Operasional Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan penyaluran diselenggarakan secara terencana dan
mengikuti prosedur langkah-langkah sistematik seperti: 1 Perencanaan
Perencanaan layanan penempatan penyaluran dimulai dengan identifikasi kebutuhan atau adanya permasalahan pada diri siswa.
Materi perencanaan layanan dikemas dalam satlan. 2 Pengorganisasian unsur dan sasaran layanan
Tahap ini diisi dengan menyiapkan prosedur dan langkah-langkah, perangkat dan fasilitas layanan. Penyiapan kelengkapan administrasi
layanan penempatan dan penyaluran. 3 Pelaksanaan
Tahap ini diisi dengan berbagai kegiatan untuk melakukan pengkajian terhadap berbagai kondisi yang terklait dengan
permasalhan siswa, sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah yang ditetapkan, yang terarah pada kegiatan melaksanakan penempatan
penyaluran. 4 Penilaian
Layanan penempatan penyaluran dilakukan secara bertahap sehingga penilaian hasil layanan penempatan penyeluran dilakukan
setelah beberapa waktu siswa berada di lingkungan yang baru posisi siswa dengan kehendak penyaluran dalam hai ini dapat dilakukan
dengan penilaian jangka pendek laijapen setelah satu minggu sampai
satu bulan, penilaian jangka panjang setelah lebih dari satu bulan. Penilaian hasil layanan difokuskan pada kenyamanan siswa berada
pada posisi yang baru, dampak sosio-emosional, dampak akademik dan yang lainnya. Aspek-aspek akurs acuan, kompetensi, usaha, rasa,
kesungguhan yang menyertai hasil layanan perlu ditekankan sebagai focus penilaian
5 Tindak lanjut dan laporan Tindak lanjut dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang perlu
ditindaklanjuti. Kemudian arah tindak lanjut ditetapkan. Rencana tindak lanjut dan materi serta kegiatan dikomunikasikan kepada siswa
dan pihak terkait demi keterlaksananya seluruk aspek kegiatan penempatan penyaluran. Penilaian hasil dan tindak lanjutnya dikemas
dalam bentuk lapelprog dan dilaporkan pada pihak terkait serta didokumentasikan.
2.4 Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling Tentang