Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi usaha mikro kecil dan menengah UMKM selama ini telah memainkan peran yang cukup strategis dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional. Bahkan dalam periode paska krisis UMKM tetap memperlihatkan kinerjanya sebagai katup pengaman perekonomian dengan menyediakan ragam lapangan usaha yang luas bagi angkatan kerja. UMKM disini memiliki pengertian industry yang melibatkan 5-19 tenaga kerja untuk usaha kecil dan 20-99 orang tenaga kerja untuk usaha menengahBadan Pusat Statistik. Pertumbuhan produksi usaha menengah adalah yang paling dinamis. Kedua adalah usaha kecil dan yang ketiga adalah usaha besar. Ini merupakan pola umum, karena terjadi di banyak negara di mana yang tumbuh paling dominan bukan yang besar dan bukan juga yang yang kecil, tetapi yang menengah. Jenis UMKM Tahun 2003 Tahun 2005 Usaha Kecil 39,4 41,1 Usaha Menengah 14,8 15,6 Usaha Besar 45,5 43,3 Gambar 1. 1 Gambaran Perkembangan UMKM di Indonesia Sumber : Tempo Interaktif Sementara itu, UMKM di sektor pertanian mencapai 95 sektor perdagangan, hotel dan restoran jumlah UMKM mencapai 96,4, sektor bangunan sebanyak 66,4, pengangkutan dan komunikasi sebanyak 63,3. Sedangkan sisanya Universitas Sumatera Utara merupakan usaha besar Tempo Interaktif, 12 Mei 2005. Secara keseluruhan, jumlah UMKM dari tahun 2003 sampai tahun 2005 mengalami peningkatan dimana pada tahun 2003 berjumlah 39,2 juta Jawa Pos,11 Maret 2003, sedangkan pada tahun 2005 telah mencapai 42 juta unit. Ini setara dengan dengan 99 persen dari total unit usaha yang ada. Sektor UMKM juga menyerap tenaga kerja yang besar yaitu mencapai 79 juta jiwa, dari sekitar 100 juta angkutan kerja di Indonesia. Tempo Interaktif, 8 Juni 2005. Oleh karena itu, UMKM sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional karena merupakan sarana penyediaan lapangan kerja serta menjadi penyangga kehidupan masyarakat. Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo pertumbuhan UMKM juga mengalami peningkatan. Hal tersebut mendorong timbulnya kebutuhan kredit untuk pengembangan usahanya. Penyaluran kredit UMKM di Kabupaten Karo hingga tahun 2007 mencapai sedikitnya Rp 2,4 Miliar.Harian Sinar Indonesia Baru, 3 Desember 2007. Dimana sebagian besar UMKM yang ada masuk ke dalam kelompok kredit mikro. Kredit mikro adalah kredit yang diterima oleh usaha produktif milik warga Indonesia yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp100 jutatahun dan dapat mengajukan kredit paling banyak Rp 50 juta. Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding pada periode yang sama tahun lalu Kabupaten Karo menerima sekitar Rp 1,9 miliar untuk kredit UMKM. Ini merupakan indikasi bagi pemacuan sektor UMKM di Kabupaten Karo, khususnya kota Kabanjahe. Penyaluran kredit ini telah membantu 3.291unit UMKM yang bergerak di berbagai bidang usaha, dimana pada periode yang sama tahun sebelumnya, kredit yang disalurkan pemerintah untuk UMKM dapat membantu Universitas Sumatera Utara sekitar 2.663 unit UMKM. Data di BI Sumatera Utara mengungkapkan penyaluran kredit UMKM di Sumatera Utara didominasi bank swasta nasional yang nilainya mencapai Rp 14.459 triliun, disusul bank pemerintah sebesar Rp 11,161 triliun, sedang bank asingcampuran menyalurkan Rp 518.279 miliar. www.waspada.co.id. Adapun bank yang berperan dalam penyaluran kredit kepada UMKM di kota Kabanjahe ialah Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Mandiri, dan Bank Danamon Indonesia. Dari pertumbuhan penyaluran kredit UMKM bank swasta nasional juga paling ekspansif yaitu sebesar 50,74 sedang bank pemerintah hanya 15,86, sementara bank asing justru minus 47,58. Kualitas penyaluran kredit UMKM bank swasta nasional paling bagus. Hal itu terlihat dari posisi kredit bermasalahnya Non Performing loanNPL yang hanya 2,1 sementara bank pemerintah mencapai 4,25, sedang bank asingcampuran 6,21. Pesatnya pertumbuhan kredit bank swasta merupakan fenomena yang wajar karena secara umum bank swasta lebih fleksibel melayani nasabahnya. Dengan tidak mengabaikan aspek kehati-hatian, secara umum bank swasta lebih cepat dalam pemutusan kredit dibanding bank pemerintah yang cenderung masih dikendalikan dari pusat. Bank pemerintah dalam pemberian kredit skala tertentu masih harus menunggu keputusan kanwil, sedang pada bank swasta di tingkat kantor cabang sudah biasa diambil keputusan tersebut. Ini merupakan salah satu sebab mengapa ekspansi kredit bank pemerintah relatif lebih lamban. Meskipun penyaluran kredit pada sektor UMKM terus mengalami peningkatan tetapi dalam kenyataanya masih banyak UMKM yang menghadapi Universitas Sumatera Utara banyak kesulitan dalam hal pengajuan kredit. Ada beberapa alasan mengapa lembaga keuangan termasuk perbankan masih sulit diakses oleh UMKM antara lain: 1. Masih banyak UMKM yang belum memenuhi persyaratan bank teknis. 2. Masalah permodalan ternyata bukan merupakan kendala utama bagi UMKM. Permasalahan utamanya justru terkait dengan pemasaran, produksi, teknologi, SDM, administrasi, perijinan dan lain-lain. 3. Masih ada anggapan bahwa berhubungan dengan lembaga keuangan itu rumit, dan hanya orang-orang yang memiliki koneksi saja yang bisa mendapatkan kredit. Meskipun penyaluran kredit pemerintah semakin meningkat, tetapi masih banyak UMKM belum memanfaatkan dengan baik kredit yang disediakan pemerintah. Hal serupa diakui juga oleh Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali bahwa penyaluran kredit bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM dari surat utang pemerintah SUP 2005 baru 70 persen dari alokasi Rp3,1 triliunWarta Ekonomi, 11 Agustus 2005. Berdasarkan uraian diatas , maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PEMANFAATAN DANA KREDIT PEMERINTAH YANG DISALURKAN MELALUI LEMBAGA PERBANKAN STUDI KASUS TERHADAP USAHA KECIL DI KOTA KABANJAHE, KABUPATEN KARO” Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah