Isolasi dan Identifikasi Salmonella sp.
28 mayonaise diberikan tambahan asam asetat sehingga pH mayonaise 4 serta fungsi
dari asam asetat yaitu dapat membunuh Salmonella.
41
Bahan makanan kebab juga terdiri dari daging sapi, daging sapi mudah rusak dan terkontaminasi bakteri
terutama Salmonella sp.. Faktor yang menyebabkan terkontaminasi bakteri yaitu dari hewan ternak yang terinfeksi oleh Salmonella sp. dan kebersihan dari
lingkungan peternakan serta cara pengolahan daging yang tidak matang.
39
Pada sampel no. 2 batagor didapatkan kontaminasi Salmonella sp., dikarenakan proses
pembuatannya langsung menggunakan tangan tanpa sarung tangan sehingga kebersihan dari penjamah makanannya kurang menjaga kebersihannya serta sampel
batagor yang telah digoreng disimpan ditempat terbuka sehingga mudah untuk terkontaminasi bakteri.
Pada sampel kebab untuk bahan sayurannya tidak dilakukan pengolahan sehingga sayuran dalam keadaan mentah hal tersebut juga mendukung untuk
pertumbuhan Salmonella sp.. Menurut Elisa R dan Srianta pada tahun 2003, selain dari bahan makanan yang menjadi faktor pertumbuhan bakteri Salmonella sp.
proses pengolahan bahan makanan juga dapat menjadi faktor pertumbuhannya. Suhu optimum pertumbuhan Salmonella sp. yaitu 37
o
C sedangkan suhu pada proses penggorengan yaitu lebih dari 100
o
C namun bahan yang digoreng belum tentu mengalami proses penggorengan dengan suhu 100
o
C secara menyeluruh sehingga terdapat bagian yang belum matang dan menjadi faktor pertumbuhan
Salmonella sp.. Pada proses penggorengan juga tergantung dari kebersihan alat- alatnya serta waktu penggorengannya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri Salmonella sp..
39
Pada sampel bakso bakar tidak terdapat kontaminasi Salmonella sp., ini dibuktikan bahwa tidak ada pertumbuhan koloni Salmonella sp. pada media SSA.
Hal ini disebabkan bakteri Salmonella sp. sudah mati dikarenakan pada sampel ini pengolahan makanannya dipanggang atau dibakar karena pada saat proses
pembakaran pemanasan dengan suhu tinggi sehingga Salmonella sp. tidak dapat tumbuh. Selain itu kemungkinan bakteri yang terdapat pada sampel ini bukan
bakteri Salmonella sp. ataupun Shigella sp. sehingga tidak dapat tumbuh pada
29 media SSA yang merupakan medium selektif untuk bakteri Salmonella sp. dan
Shigella sp.. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Andreano, dkk pada tahun 2015 mengenai identifikasi bakteri aerob pada jagung bakar yang dilakukan
di Manado. Pada penelitian tersebut tidak ditemukan bakteri Salmonella sp. pada seluruh sampelnya melainkan bakteri lain.
42
B. Pewarnaan Gram Pewarnaan Gram yang dilakukan menggunakan larutan gentian violet, iodine,
alkohol dan safranin. Pewarnaan Gram dilakukan pada semua sampel penelitian. Hasil pewarnaan Gram pada penelitian didapatkan sifat dan morfologi bakteri
seperti yang terdapat pada tabel 4.2 Tabel 4. 2 Hasil Pewarnaan Gram
No. Sampel Penelitian
Hasil Pewarnaan Gram Sifat dan morfologi bakteri
1 Tahu jeletot
Gram negatif, batang 2
Batagor Gram negatif, batang
3 Es pisang hijau
Gram negatif, batang 4
Combro Gram negatif, batang
5 Kue cubit
Gram negatif, batang 6
Takoyaki Gram negatif, batang
7 Kebab
Gram negatif, batang 8
Bakso bakar Gram negatif, batang
9 Dimsum
Gram negatif, batang 10
Seblak Gram negatif, batang
11 Lumpia basah
Gram negatif, batang
30
Gambar 4. 2 Hasil pewarnaan Gram berwarna merah yang menunjukan Gram negatif
Berdasarkan hasil pewarnaan Gram didapatkan seluruh sampel penelitian memiliki sifat Gram negatif dan berbentuk batang basil. Pada pewarnaan Gram
bakteri Gram negatif terlihat berwarna merah dikarenakan bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipopolisakarida yang tinggi pada lapisan dinding selnya
sehingga pada saat pewarnaan tahap decolorizing menggunakan alkohol 95, lapisan lipopolisakarida menjadi tidak berwarna dikarenakan pewarnaan pertama
dengan gentian violet melekat pada lapisan lipopolisakarida dan saat diberikan pewarnaan kedua yaitu safranin menghasilkan gambaran berwarna merah secara
mikroskopis yang mencerminkan bakteri Gram negatif.
43
Penelitian yang dilakukan oleh Haryani dkk tahun 2012 di Riau, dari sampel makanan jajanan
didapatkan bakteri Salmonella sp. dan pada hasil pewarnaan Gram bakteri Salmonella sp. menunjukan warna merah secara mikroskopis yang menandakan
bahwa bakteri tersebut merupakan sifat bakteri Gram negatif.
44
31 C. Uji TSIA
Uji ini dilakukan pada 4 sampel yaitu sampel tahu jeletot, sampel batagor, sampel kebab dan sampel lumpia basah dikarenakan terdapat koloni bakteri
Salmonella sp. yaitu koloni colorless with black center. Hasil pada sampel tahu jeletot yaitu
agar miring berwarna merah dan dasar agar kuning dengan H
2
S, hasil pada sampel batagor dan sampel kebab yaitu
tanpa H
2
S dan pada sampel lumpia basah yaitu
tanpa H
2
S. Hasil uji TSIA pada penelitian ini disajikan pada tabel 4.3
Tabel 4. 3 Hasil Uji TSIA Pada Penelitian
No. Sampel
Agar miring Dasar agar
H
2
S Gas
Keterangan 1
Tahu jeletot Merah
Kuning +
- Salmonella sp.
2 Batagor
Merah Merah
- -
3 Es pisang hijau
Tidak dilakukan uji TSIA karena tidak terdapat koloni
colorless with black center
yang menggambarkan koloni Salmonella sp.
4 Combro
5 Kue cubit
6 Takoyaki
7 Kebab
Merah Merah
- -
8 Bakso bakar
Tidak dilakukan uji TSIA karena tidak terdapat koloni
colorless with black center
yang menggambarkan koloni Salmonella sp.
9 Dimsum
10 Seblak
11 Lumpia basah
Merah Kuning
- -
Shigella sp.
32
Gambar 4. 3 Hasil uji TSIA A Agar miring merah dasar agar kuning, tanpa gas, dengan
H2S. B dan C Agar miring merah dasar agar merah, gas -, H2S -. D Agar
miring merahdasar agar kuning, gas - dan H2S -
Pada hasil Uji TSIA sampel tahu jeletot didapatkan hasil
dengan H
2
S yaitu pada agar miring berwarna merah, dasar agar berwarna kuning dan terdapat
H
2
S positif yang ditandai dengan warna hitam. Pada sampel ini hanya terdapat sedikit H
2
S. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa koloni yang diinokulasikan merupakan bakteri Salmonella sp.. Hal tersebut sesuai berdasarkan
Standar Nasional Indonesia SNI tahun 2008 pada metode untuk uji Salmonella sp. pada hasil uji TSIA didapatkan hasil pada agar miring berwarna merah
alkalin, dasar agar berwarna kuning asam, H
2
S positif hitam dan gas bisa positif ataupun negatif.
18
Salmonella sp. memfermentasikan glukosa serta tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa karena terjadi proses fermentasi dari salah
satu gula yaitu glukosa maka dari itu terjadilah produksi asam yang A
B C
D
33 mengakibatkan perubahan warna menjadi warna kuning pada dasar agar. Pada
bagian agar yang miring, asam akan teroksidasi oleh udara dan oleh pemecahan protein sehingga menghasilkan warna merah. Salmonella sp. juga menghasilkan
H
2
S yang menghasilkan warna hitam.
43,45
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Haryani, dkk pada tahun 2012 di Riau, sampel yang digunakan
adalah makanan dan minuman yang dijual di pinggir jalan kemudian hasil yang didapatkan yaitu ditemukan Salmonella sp. dan dilakukan uji TSIA dan LIA
sebagai uji biokimia pada bakteri Salmonella sp.. Hasilnya didapatkan bahwa pada TSIA berwarna merah-hitam yang menandakan reaksi spesifik Salmonella
sp..
44
Pada sampel batagor dan sampel kebab didapatkan hasil
tanpa H
2
S yaitu pada agar miring dan dasar agar berwarna merah, H
2
S negatif dan tidak terdapat gas. Pada dasar agar tetap berwarna merah dikarenakan kemungkinan
bakteri yang dinokulasikan sudah mati sehingga tidak terjadi perubahan pada uji TSIA. Pada sampel lumpia basah didapatkan hasil
tanpa H
2
S yaitu pada agar miring berwarna merah, pada dasar agar berwarna kuning, H
2
S negatif dan tidak terdapat gas. Menurut Kumar S tahun 2012 menyatakan bahwa bakteri yang
diinokulasikan memfermentasikan gula yaitu glukosa yang mengakibatkan perubahan warna menjadi kuning dikarenakan adanya produksi asam. Pada hasil
uji ini bakteri yang didapatkan bukan Salmonella sp. dikarenakan tidak terdapat produksi H
2
S, kemungkinan bakteri pada uji ini adalah Shigella sp..
44,46