Pendidikan Nonformal Pendidikan Islam setelah Masuknya Nahdlatul Ulama dan

pendidikan Islam yang cukup sering dilaksanakan secara bergilir di setiap ranting NU.Para kelompok JQH melakukan kegiatan khataman setiap bulan sekali secara bergilir pada setiap ranting.Sedangkan seminggu sekali mengadakan simakan Al- Qur‟an pada masing-masing ranting.Kegiatan tersebut dilakukan oleh para anggota JQH bahkan diluar anggota JQH juga ikut dalam kegiatan tersebut secara rutin 90 . c Muslimat Nahdlatul Ulama disingkat Muslimat NU Muslimat NU memiliki beberapa kegiatan yang dilaksanakan baik ditingkat ranting maupun PAC.Seperti untuk kegiatan setiap minggu sekali ada pengajian bergilir di rumah-rumah anggota Muslimat NU Untuk tingkat ranting.Selain itu, setiap bulan sekali ada koordinasi Muslimat NU pada tingkat ranting juga yang dilaksanakan secara bergilir seperti pengajian mingguan. Untuk tingkat anak cabang PAC, biasanya mengadakan acara pengajian bulanan yang dilakukan secara bergilir pada setiap ranting. Ada juga pengajian triwulan yang dilaksanakan di GSG Kecamatan Gadingrejo. Setiap Harlah Muslimat, juga diadakan lomba- lomba yang diikuti oleh para ibu-ibu Muslimat se-Kecamatan Gadingrejo 91 . d Fatayat Nahdlatul Ulama disingkat Fatayat NU 90 Umi Sya‟adah, Pengurus Simakan AL-Qur‟an NU Ranting Tegalsari, Wawancara, Tanggal 20 November 2016 91 Nurauni, Ketua PAC Muslimat NU Kecamaan Gadingrejo, Wawancara, Tanggal 20 November 2016. Fatayat NU di Kecamatan Gadingrejo juga memiliki kegiatan yang hampir serupa dengan Muslimat NU.Fatayat NU berisi pemudi NU yang memiliki beberapa kegiatan yang memakmurkan masjid atau musholla di lingkungan masyarakat. Kegiatan Fatayat NU di Kecamatan Gadingrejo yaitu mengadakan pengajian-pengajian yang berpusat di masjidmusholla. Selain itu juga, Fatayat NU mengadakan lomba-lomba yang biasanya diikuti oleh para anggota Fatayat maupun diluar anggota Fatayat NU, seperti pada tingkat TPATPQ. Selain itu juga, para anggota Fatayat ada yang ikut mengajar di salah satu Madrasah di Kecamatan Gadingrejo, yaitu Madrasah Nurul Ulum yang pendidikan Islamnya bermuatan ajaran Nahdlatul Ulama. Selanjutnya, kegiatan ketiga yaitu Fatayat NU kecamatan Gadingrejo mulai memanfaatkan media sosial sebagai salah satu sarana dakwah, walaupun masih pada tingkat anggota Fatayat NU saja.Selain itu, ada juga kegiatan yang dilakukan bersama oleh GP Anshor NU. e Gerakan Pemuda Anshor GP Anshor Gerakan Pemuda Anshor GP Anshor memiliki kegiatan yang tidak jauh berbeda dengan Fatayat NU. Karena tugas pokok kedua banom tersebut relatif sama. Kadang ada kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh Fatayat NU. Kegiatan Gerakan Pemuda Anshor yang dilaksanakan di Kecamatan Gadingrejo adalah sebagai berikut 92 : a. Pendidikan dan Kaderisasi 1 Mengadakan PKD dan DIKLATSAR BANSER 2 Pelatihan Da‟i b. Ideologi Agama dan Dakwah 1 Pendataan pengajian remaja atau TPA 2 Perekrutan ustadz-ustadzah TPA dengan pengajian bulanan c. Seni Budaya 1 Pelatihan Hadroh 2 Muhammadiyyah Muhammadiyyah memiliki 13 ranting di Kecamatan Gadingrejo.Memiliki ≤30 TPA yang berbasis Muhammadiyyah sebagai lembaga pendidikan nonformalnya.Pengajian bapak-bapak, Ibu-ibu Aisyiyah, Nasyiyatul Aisyiyah dan Pemuda Muhammadiyyah sebanyak 13 kelompok.Sama halnya seperti NU, pendidikan informal pendidikan dalam keluarga juga berjalandalam organisasi Muhammadiyyah. Bahkan, anak-anaknya kelak bisa dijadikan sebagai salah satu kader yang nantinya akan detraining dalam DAD Darul Arqom Dasar hingga DA 2 untuk calon kader Muhammadiyyah selanjutnya. 92 Rendi Oktora, Anggota GP Anshor Kcamatan Gadingrejo, Wawancara, Tanggal 06 Januari 2017 Menurut Imam Wahyudi, kontribusi Muhamadiyyah dalam pendiikan Islam nonformal, yaitu dengan beberapa ustadz-ustadzah dari Muhamadiyah mengajar di TPA yang berafiliasi ke Muhamadiyah, selain itu meberikan saranawadah bagi masyarakat untuk mendapatkan pegajaran Islam baik berupa TPA maupun keolpok-kelompok pegajian yang dinaungi oleh Muhamadiyah dan badan otonom dibawahnya 93 . Dalam organisasi Islam Muhammadiyyah di kecamatan Gadingrejo memiliki 3 badan otonom dibawah naungan Muhammadiyyah yang aktif antara lain: a Aisyiyah, organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar ma‟ruf nahi munkar, yang berasaskan Islam serta bersumber pada Al- Qur‟an dan As-Sunnah. Kegiatan ibu-ibu Aisiyah di Kecamaatan Gadingrejo memiliki beberapa kegiatan, yaitu antara lain: 1 Muhammadiyyah meiliki ibu-ibu Aisiyah yang rutin mengadakan pengajian yang dipusatkan di Masjid At-Taqwa setiap bulan. 2 Setiap minggu sekali, ibu-ibu Aisiyah pada masing-masing ranting juga mengadakan kajian keislaman. 93 Imam Wahyudi, Tokoh Muhamadiyyah dan Pengurus Ranting Muhammadiyah, Wawancara, Tanggal 04 Februari 2017. 3 Ibu-Ibu Aisiyah juga banyak yang ikut membantu pengajaran di dalam pendidikan formal maupun nonformal Muhammadiyyah 94 . b Nasyiatul Aisyiyah, adalah organisasi remaja putri yang merupakan salah satu organisasi otonom Muhammadiyyah. Nasyiyatul Aisiyah memiliki beberapa kegiatan yaitu: 1 Kajian yang dilaksanakan setiap sebulan sekali 2 Pengkaderan bagi putri Muhammadiyyah di setiap ranting 3 Meengadakan seminar pendidikan dan kesehatan bagi remaja putri c Pemuda Muhammadiyyah, salah satu organisasi otonom pemuda Muhammadiyyah yang merupakan gerakan Islam amar ma‟ruf nahi munkar, bersumber pada Al- Qur‟an dan As-Sunnah. Kegiatan yang dilakukan oleh pemuda Muhamadiyyah antara lain: 1 Kajian yang dilaksanakan sebulan sekali 2 Pengkaderan bagi putera Muhammadiyyah pada setiap ranting 3 Transformasi kader Pemuda Muhammadiyyah Gadingrejo sebagai Mubaigh muda di kalangan masyarakat Gadingrejo 4 Penerbitan bulletin Khutbah Jum‟at 95 94 Marwati, Pengurus PAC Aisiyah dan Kepala Sekolah TK Aisiyah Wonokarto, Wawancara, Tanggal 07 Januari 2017. 95 Sujani, Ketua PCM Muhammadiyyah Gadingrejo, Wawancara, Tanggal 23 Desember 2016.

3. Kendala yang Dihadapi oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyyah

dalam Mendukung Perkembangan Pendidikan Islam di Kecamatan Gadingrejo Dalam setiap organisasi, kendala sudah pasti akan ditemukan bagaimanapun baiknya manajemen dalam organisasi tersebut. Namun, ketika kendala tersebut kita sikapi dengan tepat, maka kendala tersebut akan membawa organisasi tersebut semakin eksis dan naik tingkat karena telah menemukan solusi dari kendala tersebut. Sehingga apabila kendala yang sama muncul kembali, kita sudah tahu cara menyelesaikannya. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyyah merupakan dua oganisasi besar yang tentu memiliki kendalamasalah tersendiri, khususnya daam mendukung perkembangan pendidikan Islam.

a. Internal

Nahdlatul Ulama memiliki kendala dalam mendukung perkembangan pendidikan Islam di Kecamatan Gadingrejo.Salah satunya yaitu kurangnya tenaga pendidik dalam lembaga pendidikan nonformal.Bahkan, ada yang sampai menjadikan anak yang belum memiliki keilmuan yang matang sebagai tenaga pendidiik dalam TPA tersebut.Pendidikan formal di Kecamatan Gadingrejo yang berbasis NU juga belum tersedia.Hanya ada satu yayasan yaitu Nurul Ulum yang memiliki konten keilmuan berbasis NU 96 . 96 Eko Subagyo, Sekretaris MWC NU Gadingrejo, Wawancara, Tanggal 22 Desmber 2016. Sedangkan Muhammadiyyah juga memiliki kendala tersendiri yaitu sulitnya mencari kader-kader yang berkalitas untuk meneruskan dakwah dan kepemimpinan Muhammadiyyah. Kader-kader tersebut nantinya juga akan membantu proses pengajaran di lembaga pendidikan formal Muhammadiyyah. Sulitnya mencari kader-kader berkualitas disebabkan oleh dua hal, yaitu: a. Para warga memiliki mindset bahwa belajar Islam itu tidak menarik. Hal ini biasanya disebabkan karena tidak adanya pemahaman Islam yang utuh. b. Tidak menjanjikan secara finansial. Calon kader kadang tidak bersemangat untuk melaksanakan program pengkaderan karena memang tidak menjanjikan secara finansial, sehingga mereka memiih menyibukkan diri dengan hal lain yang lebih menguntungkan 97 .

b. Eksternal

Untuk kendala eksternal, Nahdlatul Ulama memiliki kendala dari masyarakat sekitar.Contohnya seperti masyarakat lebih memilih pendidikan umum negeri dari pada memasukkan anaknya ke madrasah.Menurut salah satu warga di Kecamatan Gadingrejo, ia lebih memilih sekolah umum negeri karena menurut mereka propek ke depanya lebih cerah ketimbang masuk ke madrasah. Apalagi untuk mencari pekerjaan atau memilih perguruan tinggi 97 Sujani, Ketua PCM Muhammadiyyah Gadingrejo, Wawancara, Tanggal 23 Desmber 2016. negeri yang bagus kualitasnya harus memiliki latar belakng penddikan yang mendukung 98 . Sedangkan untuk organisasi Islam Muhammadiyah, memiliki kendala yang hampir sama dengan NU yaitu dari masyarakat sekitar. Untuk tingkat TK dan SMPM tidak ada masalah yang berarti.Namun, untuk tingkat SMA, warga lebih memilih memasukkan anaknya ke SMA N atau SMKNSMKS dari pada ke SMAM.Padahal, ada jenjang pendidikan untuk SMA pada organisasi Muhamadiyah.Dari hasil wawancara, salah seorang warga teraang- terangan lebih memilih memasukkan anaknya ke SMKSTM yang letaknya berdampingan dengan SMAM 1.Alasannya adalah karena kalau masuk SMKSTM anak langsung memiliki keterampilan, sedangkan kalauada anak- anak yang masuk ke SMAM, itu hanya anak-anak yang tiidak diterima di sekolah manapun. Walaupun ada program beasiswa di SMAM, namun tidak membuat SMAM memiliki banyak peminat 99 .

4. Upaya yang Dilakukan untuk Menghadapi Kendala dari Nahdlatul

Ulama dan Muhammadiyyah dalam Mendukung Perkembangan Pendidikan Islam di Kecamatan Gadingrejo Setiap masalah sudah pasti aka nada jalan keluarnya apabila kita terus berikhtiar untuk memecahkannya.Masalah-masalah yang dihadapi Nahdlatul 98 Solikhat, Warga Gadingrejo, Wawancara, 01 Februari 2017. 99 Nurhalimah, Warga Gadingrejo, Wawancara, 01 Februari 2017.