lanjut usia itu tidak sekolah dan tidak tamat SD 83 dan rata-rata menderita penyakit kronis 41 antara lain Reumatik, Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Diabetes
Melitus, Katarak, Asma, Osteoporosis, Jantung, Gastritis, Anemia. Berdasarkan beberapa hal itu penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik,
pengetahuan dan sikap penghuni dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.
1.2. Perumusan Masalah
Kondisi penghuni yang sudah tua dan mempunyai penyakit kronis dapat menyebabkan kebersihan diri penghuni yang sudah lanjut usia menurun dan menurunnya
kebersihan diri pada lanjut usia mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit. Oleh karena hal itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan karakteristik,
pengetahuan, dan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai tahun 2010
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik jenis kelamin, pendidikan, dan penyakit kronis
yang di derita penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 2.
Untuk mengetahui pengetahuan tentang kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010
3. Untuk mengetahui sikap tentang kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi
Dharma Asih Binjai Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui hubungan karakteristik jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
ada tidaknya penyakit kronis dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010
5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kebersihan diri penghuni Panti
UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 6.
Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai.
2. Sebagai bahan informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya. 3.
Menambah pengetahuan dan kemampuan peneliti tentang permasalahan tentang kebersihan diri yang dihadapi lanjut usia.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik
stimulus eksternal maupun stimulus internal. Dan yang terbesar adalah pengaruh dari stimulus eksternal Walgito, 2003.
Skinner 1938 seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang stimulus rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Skinner membedakan adanya dua respon Notoatmodjo, 2003.
1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Responden resposn ini juga
mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta dan
sebagainya. 2.
Operant respons atau Instrumental respons yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini
disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik
kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya, maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Perilaku tertutup cover behavior
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup covert. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuankesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Oleh sebab itu disebut covert behaviour atau unobservable behaviour, misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu
bahwa HIVAIDS dapat menular melalui hubungan seks dan sebagainya Notoatmodjo, 2003.
2. Perilaku terbuka open behavior
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek practice yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktek misalnya seorang ibu
memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB Paru minum obat secara teratur dan sebagainya.
2.1.1. Pengetahuan Knowledge
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba Notoatmodjo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,
petugas kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu
kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden Istiarti, 2000. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan
bersifat langgeng. Sebaliknya perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama. Ada enam tingkatan pengetahuan yaitu :
1. Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya.
2. Memahami comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi aplication
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
Universitas Sumatera Utara
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
4. Analisis analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja menggambarkan membuat bagan, membedakan,
memisahkan dan sebagainya. 5.
Sintesis Syntesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau kriteria yang telah ada.
2.1.2. Sikap attitude
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb seorang ahli
psikolog sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan reaksi
Universitas Sumatera Utara
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek Notoatmodjo, 1993.
Pengertian lain sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif,
reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap akan mempengaruhi proses berfikir, respon afeksi, kehendak dan perilaku berikutnya. Jadi sikap merupakan respon
evaluatif didasarkan pada proses evaluasi diri, yang disimpulkan berupa penilaian positif atau negatif yang kemudian mengkristal sebagai reaksi terhadap obyek Kartono, 1990.
Allport 1954 menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok : a.
Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek. b.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c.
Kecenderungan untuk bertindak trend to believe Ketiga komponen ini membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima Receiving
Menerima diartikan mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespons Responding
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai
Universitas Sumatera Utara
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah sikap yang paling tinggi.
2.1.3. Praktek atau Tindakan Practice
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior sehingga diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain
fasilitas dan dukungan dari pihak lain : Tingkat-tingkat tindakan :
1. Persepsi Perception Mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
praktek tingkat pertama. 2. Respon Terpimpin Guided Respons
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme Mecanism Apabila seseorang telah dapat melakukan dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adaptasi Adaption
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodisifikasikannya sendiri tanpa mengurangi kebenarn
tindakannya tersebut.
2.2. Kebersihan Diri
Universitas Sumatera Utara
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit dan kebersihan
dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal.
2.2.1. Kebersihan Rambut Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut terpelihara dengan
subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : a.
Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang- kurangnya 2x seminggu.
b. Mencuci rambut memakai sampoobahan pencuci rambut lainnya.
c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
2.2.2. Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan mulut seringkali terabaikan. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT 2004, tingkat kasus karies gigi di Indonesia ternyata mencapai
90,05 Wiranaga, 2007. Dua tipe masalah besar pada gigi adalah karies gigi lubang dan penyakit periodontal. Karies gigi merupakan masalah mulut paling umum,
perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium. Kekurangan kalsium adalah hasil dari
akumulasi musim, karbohidrat, basilus asam laktat pada saliva yang secara normal ditemukan pada mulut yang membentuk lapisan gigi yang disebut plak. Plak mencegah
dilusi asam normal dan netralisasi yang mencegah disolusi pada rongga mulut Potter dan Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan gigi diantaranya deposit kalkulus pada gigi digaris gusi, ginggipal menjadi bengkak dan perih, peradangan
menyebar, pemebentukan celah atau kantong antara gusi dan ginggipal, gusi menyusut, tulang alveolar hancur dan gigi lepas Setiadi, 2008.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah : a.
Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan b.
Memakai sikat gigi sendiri c.
Menghindari makan makanan yang merusak gigi. d.
Membiasakan makan buah-buhan yang menyehatkan gigi. e.
Memeriksa gigi secara teratur.
2.2.3. Kesehatan Mata
Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan mata adalah : a.
Membaca di tempat yang terang. Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seorang
melihat pekerjaannya dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan yang nikmat dan menyenangkan.
Sifat-sifat penerangan yang baik ditentukan oleh pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas
penerangan terhadap keadaan lingkungan. Nilai ambang batas tingkat pencahayaan adalah 100 lux Suma’mur, 1996.
b. Makan makanan yang bergizi
c. Istirahat yang cukup dan teratur
Setiap orang punya jam biologis yang mencatat dan melacak pola tidur. Ketika tubuh punya pola tidur teratur, otak secara otomatis akan mengirim
Universitas Sumatera Utara
sinyal ke tubuh untuk rileks dan pergi tidur. Tubuh pun secara otomatisakan bangun ketika sudah cukup mendapatkan istirahat acandra, 2011. Dalam
tidur yang terpenting kualitas bukan kuantitas. Tak masalah jika hanya bisa tidur selama 5 jam saja tapi merasa segar..
d. Memakai peralatan sendiri dan bersih handuk dan sapu tangan
e. Membersihkan kotoran mata setiap pagi.
2.2.4. Kebersihan Telinga
Higiene telinga mempunyai implikasi ketajaman pendengaran seabsea lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar yang menganggu konduksi suara.
Khususnya pada lansia rentan masalah Potter dan Perry, 2005. Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :
a. Membersihkan telinga secara teratur.
b. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
2.2.5. Kebersihan Kuku
Kuku yang kotor merupakan sumber penyakit misalnya saja cacingan. Cacingan merupakan penyakit yang paling sering disebabkan oleh kuku yang panjang dan kotor.
Selain itu penyakit yang disebabkan karena kurangnya kebersihan kuku antara lain : 1.
Pada kuku sendiri, terdapat cantengan yaitu radang bawah atau dipinggir kuku dan juga jamur kuku.
2. Pada tempat lain, luka dan infeksi pada tempat garukan dan cacingan.
Untuk menghindari hal-hal tersebut perlu diperhatikan sebagai berikut : a.
Membersihkan tangan sebelum makan b.
Memotong kuku secara teratur. c.
Membersihkan lingkungan
Universitas Sumatera Utara
d. Mencuci kaki sebelum tidur Odang, 2000.
2.2.6. Kesehatan Kulit
Kesehatan kulit biasanya merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan
kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-
kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti : 1.
Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri. 2.
Mandi minimal 2x sehari 3.
Mandi memakai sabun 4.
Menjaga kebersihan pakaian 5.
Makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah
2.3. Manusia Lanjut Usia
Manusia usia lanjut manula adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokkan tersendiri ini adalah populasi
berumur 60 tahun atau lebih. Umur kronologis kalender manusia dapat digolongkan dalam berbagai masa, yakni Masa Anak, Remaja, dan Dewasa. Masa dewasa dapat dibagi
atas dewasa muda 18-30 tahun, dewasa setengah baya 30-60 tahun, dan masa lanjut usia 60 tahun.
WHO mengelompokkan usia lanjut usia tiga kelompok : 1.Kelompok middle age 45-59
2. Kelompok elderly age 60-74 3. Kelompok old age 75-90
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan jumlah lansia ini terjadi baik dinegara maju maupun negara sedang berkembang. Peningkatan penduduk lansia di negara maju tampak relatif cepat
dibandingkan dengan yang terjadi di negara berkebambang. Namun demikian lansia di negara berkembang secara absolut lebih banyak dibandingkan dengan di negara maju.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah lansia tidak hanya di negara maju saja tetapi juga di negara berkembang.
Proses penuaan akan berkaitan dengan proses degenaratif tubuh dengan segala penyakit yang terkait, mulai dari gangguan mobilitas alat gerak sampai gangguan
jantung. Dengan demikian, golongan lansia ini akan memberikan masalah kesehatan yang khusus yang memerlukan bentuk pelayanan kesehatan tersendiri Bustan, 2007.
2.3.1. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah :
1. Lanjut usia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah
kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan wanita. Misalnya lansia pria sering terkena hipertropi prostat sedangkan wanita akan menghadapi osteoporosis.
2. Status Perkawinan; status masih pasangan lengkap atau sudah hidup jandaduda
akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis. 3.
Living arrangement; misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak atau keluarga lainnya.
- Tanggungan keluarga, masih menanggung anak atau anggota keluarga.
- Tempat tinggal adalah rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa ini
kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun, akan
Universitas Sumatera Utara
cenderung bahwa lansia akan ditinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.
4. Kondisi Kesehatan
- Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam
kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air kecil dan besar. -
Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena
penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus. 5.
Keadaan Ekonomi -
Sumber pendapat resmi dapat berupa pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih bisa bekerja. Lapangan kerja sektor pertanian
cukup banyak menyerap tenaga kerja lansia, disamping sektor perdagangan dan sektor jasa.
- Sumber pendapatan keluarga dimana ada tidaknya bantuan keuangan dari
anakkeluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
- Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan
semakin menurun sampai seberapa besar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya.
2.3.2. Kesehatan Lansia
Masalah kesehatan lansia cukup luas dan bervariasi. Secara umum dapat disebutkan seperti terjatuh accidental falls, easy fatiguability, acute confusion, chest
pain, sesak dsypnoe on exertion, oedema of the lower limbs, localized motor weakness, back pain, painful hip joint, urinsry incontinence, altered bowel habits, impaired visual
Universitas Sumatera Utara
acuity, sakit kepala headache, gatal-gatal pruritus, dan gangguan tidur sleep disorder.
Selain masalah penyakit, kehidupan lansia tidak dapat melepaskan diri dari perubahan dan masalah psikologis. Kelangsungan umur menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan yang menuntut adanya penyesuian diri secara terus menerus. Jika proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah Horlock, 1979, seperti : 1.
Ketidakberdayaan fisik yang mneyebabkan ketergantungan pada orang lain. 2.
ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola kehidupannya.
3. Membuat teman baru untuk menggantikan mereka yang sudah meninggal atau
berpisah tempat. 4.
Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang Bustan, 2007.
2.3.3. Perubahan pada proses menua
Secara alamiah, berbagai proses penuaan yang tidak bisa dihindari terjadi, berupa :
1. Perubahan fisik- biologisjasmani :
a. kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat lelah
dan stamina menurun. b.
Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil, hiprofis, terutama di bagian dada dan lengan.
c. Kulit mengerut dan menjadi keriput. Garis –garis pada wajah di kening
dan sudut mata. d.
Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
e. Gigi mulai rontok.
f. Perubahan pada mata yaitu pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap
melambat, lingkaran putih pada kornea arcus senilis, dan lensa menjadi keruh katarak.
g. Pendengaran, daya cium dan perasa mulut menurun.
h. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada
menjadi kaku dan sulit bernapas Bustan, 2007. 2.
Perubahan mental-emosionaljiwa : a.
Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi. b.
Sering pelupapikun; sering sangat menganggu dalam pergaulan dengan lupa nama orang.
c. Emosi mudah berupa, sering marah-marah, rasa harga diri mudah
tersinggung. 3.
Perubahan kehidupan seksual 4. Penyakit lansia dapat meliputi :
a. gangguan pembuluh darah : dari hipertensi sampai strok.
b. gangguan metabolik : DM
c. gangguan persendian : artitis, encok dan terjatuh.
d. gangguan sosial : kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi.
2.3.Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus dipunyai oleh setiap keluarga untuk memenuhi keperluan sehari-hari meliputi :
2.3.1. Penyediaan Air Bersih
Universitas Sumatera Utara
Bagi manusia, air adalah salah satu kebutuhan utama. Seperti telah diuraikan terdahulu manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus,
produksi pangan, papan dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan
air bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan, bahwa semakin banyak liputan masyarakat dengan air bersih, semakin turun
morbiditas penyakit bawaan air ini. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi air :
a. Besar kecilnyaluas wilayahdareah yang akan dilayani.
b. Ada tidaknya industri.
c. Kualitas dari air.
d. Harga air.
e. Tekanan air
f. Iklim
g. Karakteristik penduduk.
A. Kuantitas Air Bersih
Kuantitas air bersih harus memenuhi syarat, artinya apabila air bersih yang tersedia telah mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat untuk keperluan sehari-hari dan
keperluan lainnya. Banyaknya air yang digunakan sejalan dengan tingkat kebutuhan, kegiatan dan kebudayaan masyarakat pemakai air tersebut.
Untuk masyarakat di daerah pedesaan rata-rata pemakaian air bersih adalah 60 literoranghari, sedangkan untuk masyarakat di daerah perkotaan rata-rata pemakaian air
adalah 100-120 literoranghari Sanropie, 1993.
B. Kualitas Air Bersih
Universitas Sumatera Utara
Air bersih yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat
diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalakan endapan, darimanapun asalnya air harus memenuhi standart
baku mutu kualitas air yang berlaku. Persyaratan kualitas air minumbersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 416MENKESPERIX1990 tanggal 3 September 1990 adalah sebagai berikut : 1.
Syarat Fisik Air yang sebaiknya dipergunakan untuk air minumair bersih adalah air yang tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu, sebaiknya dibawah suhu udara, sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman.
2. Syarat kimia
air yang baik adalah yang tidak tercemar secara berlebihan dengan zat-zat kimia ataupun mineral, serta logam berat, terutama zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan.
Selain itu diharapkan pula zat ataupun bahan yang terdapat dalam air minum maupun air bersih tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan.
3. Syarat baketriologis
air minum dan air bersih hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri terutama yang bersifat patogen. Namun demikian dalam kehidupan
sehari-hari sulit untuk menentukan apakah air tersebut benar-benar suci hama atau tidak. Karena itulah untuk mengukur apakah ait itu bebas dari bakteri atau tidak,
maka parameter yan digunakan adalah E.coli. tergantung dari pemeriksaan yang dilakukan, maka jumlah E.coli yang masih dibenarkan terdapat dalam sumber air
bermacam-macam. Sumber air minum dari sumber perpipaan, atau bukan perpipaan
Universitas Sumatera Utara
kadar maksimum yang diperbolehkan untuk koliform tinja adalah 0100 ml air. Sedangkan untuk sumber air bersih perpipaan kadar maksimum ang diperbolehkan
untuk koliform tinja adalah 10100 ml air dan sumber air bersih bukan perpipaan kadar maksimum yang diperbolehkan koliform tinja adalah 50100 ml air Wardhana,
1995.
C. Peranan Air Dalam Penularan Penyakit
Adanya penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Penyebab penyakit yang mungkin ada dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian besar yaitu : 1.
Penyebab hidup yang menyebabkan penyakit menular. 2.
Penyebab tidak hidup yang menyebabkan penyakit tidak menular. Peranan air dalam memindahkan penyakit dapat melalui empat cara :
1. Water Borne Desease
Kuman patogen dapat berada di dalam air minum manusia dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat terjadi perjangkitan penyakit
pada orang yang bersangkutan, diantaranya adalah penyakit : Kholera, Thypoid, Hepatitis Infeksiosa dan penyakit Disentri basiler.
2. Water Washed Desease
Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kebersihan diri dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada
kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Apalgi di antara masyarakat keadaan gizi yang kurang seperti kekurangan vitamin A, B, dan C.
Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini diantaranya penyakit Trachoma dan segala macam penyakit kulit yang disebabkan jamur dan bakteri. Juga termasuk di
Universitas Sumatera Utara
sini penyakit Scabies yang disebabkan sarcoptes scabei sejenis tungauSlamet, 2007.
3. Water Based Desease
Infeksi yang ditularkan oleh hewan air. Penyakit yang tergolong kategori ini dan terpenting adalah penyakit cacing Schistomiasis dan Dracontiasis.
4. Water Related Desease
Infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada air. Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta
sedemikian disebut sebagai vektor penyakit. Penyakit yang tergolong kategori ini adalah Demam kuning, filariasis, demam berdarah, dan malaria Slamet,2007.
2.4.2. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah suatu bahan atau benda yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara-cara
saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia Kusnoputranto, 2000. Menurut definisi diatas, maka sampah dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan
kimia, untuk memudahkan pengelolaanya. Pengelolaan sampah didasarkan atas berbagai pertimbangan :
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit
b. Konservasi Sumber Daya alam
c. Mencegah gangguan estetika
d. Pemanfaatan kembali
e. Kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat.
Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Tersedianya tempat sampah yang dilengkapi penutup.
2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan bagian
dalam rata dan dilengkapi dengan penutup. 3.
Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 23 bagian telah terisi penuh. 4.
Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan setiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk setiap radius 10
meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan tunggu. 5.
Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara yang mudah dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang terjangkau kenderaan
pengangkut sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam Kusnoputranto, 2000.
2.4.3. Pengelolaan Air Limbah
Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut di atas diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya-upaa sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut :
a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.
b. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.
c. Tidak menyebabkan pencemaran atau air untuk mandi, perikanan, air sungai,
atau tempat-tempat rekreasi. d.
Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vektor.
e. Tidak kena udara luar jika tidak diolah serta tidak dapat dicapai oleh anak-
anak. f.
Baunya tidak menganggu Kusnoputranto, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Pembuangan Kotoran Manusia
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dri dalam tubuh. Zat-zat yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja feces, air seni urine dan CO
2
sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia di dalam buku ini
dimaksudkan hanya tempat pembungan tinja urine yang pada umumnya disebut latrine jamban atau kakus
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut
dalam suatu tempat tertentu tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit mengotori lingkungan pemukiman.
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit seperti diare, kolera, disentri, ascariasis, dan sebagainya. Kotoran manusia
merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat Notoatmodjo, 2003.
Pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka suatu jamban disebut sehat apabila
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : a.
Tidak memenuhi sumber air minum untuk ini dibuang lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
c. Air seni, air pembersih dan penggelontoran tidak mencemari tanah
disekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Mudah dibersihkan, aman digunakan dan harus terbuat dari bahan-bahan yang
kuat dan tahan lama. e.
Dilengkapi dinding dan atap perlindungan, dinding kedap air dan berwarna terang
f. Luas ruangan cukup
g. Ventilasi cukup baik
h. Tersedia air dan alat pembersih
i. Cukup penerangan.
Tabel 2.1 Penyakit Yang Ditularkan Oleh Tinja
No Agent
Penyakit Ket
1 Virus
1. V.Hepatitis
2. Polio Viruses
Viral Hepatitis Poliomyelitis
2 Bakteri
1. Vibrio cholera
2. E.coli
3. salmonella Thypii
4. salmonella
5. shigella Dysentriae
6. clostridium perferingens
Cholera Diaredysentri
Thypus abdominalis Salmonella
Clostridium perferingens
3 Protozoa
1. Entamoeba
2. Balantidium coli
Disentri amoeba Balantiais
4 Metazoa
1. Ascariasis Lumbricoides
2. Trichuris
Ascariasis Trichuriasis
Sumber : Slamet, 2002
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka dan latar belakang maka peneliti membuat suatu kerangka konsep penelitian seperti bagan di bawah ini :
2.6. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti Unit Pelaksana Teknis Daerah Abdi Dharma Asih Binjai
Tahun 2010 Ho : Tidak ada hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kebersihan
diri penghuni Panti Unit Pelaksana Teknis Daerah Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010.
Sikap
Sanitasi Dasar - Penyediaan air bersih
- Pengelolaan air limbah - Pengelolaan sampah
- Jamban
Pengetahuan Karakteristik Penghuni
Panti -
Jenis Kelamin
-
Pendidikan
-
Ada tidaknya Penyakit kronis
Kebersihan Diri Penghuni Panti
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional yaitu untuk melihat hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kebersihan diri
penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai tahun 2010
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian di Panti UPTD Abdi Dharma Asih
Binjai dikarenakan panti ini merupakan panti lanjut usia yang memiliki penghuni terbesar di Sumatera Utara dan lokasi dapat dijangkau.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November– Desember 2010.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh penghuni yang berjumlah 160 orang.
3.3.2. Sampel Penelitian
Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus : n =
_____N______ 1+N d
2
n= Besar sampel
Universitas Sumatera Utara
N= Jumlah populasi yaitu 160 orang d = presisi atau ketetapan absolute 0,1
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang digunakan adalah : n = ____
1+ 160 0.1
2
160____
n = 62 orang Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut maka didapat sampel sebanyak 62
orang. Dimana terdapat kriteria sampel yang meliputi : 1.
Bersedia di wawancarai. 2.
Tidak mengalami disorientasi terhadap tempat, waktu dan orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan penghuni panti yang menjadi sampel dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan
jawaban yang telah disediakan.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui catatan dan dokumen pada Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai.
3.5. Defenisi Operasional
1. Karakteristik penghuni panti adalah pembagian ciri atau sifat khusus pada diri
penghuni yang dilakukan untuk mengklasifikasikan penghuni panti menurut keadaan tertentu.
Klasifikasi karakteristik yang dilakukan meliputi :
Universitas Sumatera Utara
a. Jenis kelamin adalah pembagian manusia menurut anatomis dan fisiologis laki-
laki dan perempuan. a
laki-laki b
perempuan b.
Pendidikan adalah usaha seseorang menempuh ilmu pengetahuan untuk menjadi lebih baik lagi dan setinggi-tingginya.
c. Penyakit kronis adalah penyakit yang diderita seseorang yang sudah lama atau
sifatnya menahun. 2.
Pengetahuan adalah tingkat kemampuan penghuni panti tentang segala sesuatu yang terkait dengan kebersihan dirinya sendiri.
3. Sikap adalah tanggapan penghuni panti sehubungan dengan kebersiha diri pada
dirinya. 4.
Sanitasi dasar adalah usaha dasar yang dilakukan dalam memenuhi kesehatan lingkungan dan diri menjadi lebih baik. Sanitasi dasar meliputi :
a. Penyediaan air bersih adalah pemenuhan air dari segi kualitas, kuantitas dan
kontinuitas di setiap wisma. b.
Pengelolaan limbah adalah pengelolaan air limbah secara berkala untuk menjauhkan dari vektor-vektor penyakit.
c. Pengelolaan sampah adalah pengelolaan terhadap sampah organik maupun non
organik dengan cara ditimbun dan dibakar. d.
Pengendalian vektor adalah mengendalikan diri dari vektor-vektor yang menjadi perantara masuknya penyakit ke dalam tubuh dengan melakukan kebersihan diri
dan lingkungan. e.
Jamban adalah bangunan yang dibuat untuk membuang kotoran penghuni panti.
Universitas Sumatera Utara
5. Kebersihan diri adalah usaha individu dalam memelihara kebersihan diri yang
meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit dan kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal.
6. Panti Werdha adalah tempat penampungan bagi ruang yang sudah lanjut usia dan
tidak memiliki anak atau sanak saudara untuk merawatnya. 3.6. Aspek Pengukuran
a. Karakteristik Penghuni Panti dibagi menjadi tiga klasifikasi :