60
menghabiskan uang, namun itu tidak jadi masalah bagi dirinya. Dampak bagi masyarakat sekitar sangat mengganggu kenyamanan. Karena disaat mereka bermain
judi itu sangatlah ribut. Sampai saat ini FM belum ada niat untuk berhenti bermain judi.
“saya udah kecanduan bermain judi kak, apalagi saya gak pernah terjaring razia, jadi sulit untuk berhenti. Walaupun duit saya habis, saya bisa pinjam
uang keteman saya agar tetap bermain judi”.
5.2.4 Informan Kunci: Orang tua dari remaja pemakai narkoba
Nama : Sri
Tempat Tanggal lahir : Medan, 08 Agustus 1967
Usia : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Wiraswasta
Ibu Sri sudah lama tinggal di Kampung Kubur kurang lebih 30 tahun, tentunya sudah paham dengan kondisi dari Kampung Kubur sebagai sarangnya narkoba.
Sampai saat ini Kampung Kubur masih dikenal oleh berbagai kalangan sebagai kampungnya narkoba.
“saya udah lama tinggal disini, saya juga udah lama tau kalau disini adanya peredaran narkoba, apalagi Kampung Kubur udah lama juga dikenal sebagai
sarangnya narkoba. Jenis narkoba yang pertama kali ada di Kampung Kubur itu adalah ganja, dulu belum ada sabu ataupun jenis lainnya”.
Ibu Sri sendiri sebagai salah satu warga masyarakat tidak bisa berkata dan bersikap keras dan merasa risih dengan transaksi yang dilakukan tanpa ada rasa
Universitas Sumatera Utara
61
takut. Ditambah dengan anak ibu Sri sendiri adalah salah satu dari remaja yang menggunakan narkoba. Ibu Sri mengatakan bahwa lingkungan mempengaruhi
remaja untuk menggunakan narkoba dan mendapatkan narkoba itu sangatlah mudah. “sebenarnya saya risih adanya peredaran narkoba ataupun transaksi yang
mereka lakukan disini, tapi mau gimana lagi saya marahi pun mereka tidak open. Kalau saya, selagi mereka gak buat keributan saya diam aja”.
Pekerjaan ibu Sri sehari- hari adalah berjualan nasi di depan Kampung Kubur. Ia memiliki empat orang anak, yang masing- masing berbeda sifatnya. Dimana salah
satu anak ibu Sri adalah pengguna narkoba. Ibu Sri baru mengetahui jika anaknya seorang pemakai, setelah anaknya ditangkap sama pihak kepolisian dan tanggapan
ibu Sri cuma memarahi anaknya saja, tidak ada tindakan atau sanksi yang ia diberikan.
“pertamanya saya tidak tau kalau anak saya pemakai. Saya mengetahuinya pas anak saya ditangkap samapolisi, disitu saya baru tau kalau anak saya
menggunakan narkoba”. Hubungan ibu Sri dengan anak- anaknya biasa- biasa saja, tidak ada waktu
untuk berkumpul, makan sama, maupun bercerita dengan anaknya. Dimana ibu Sri yang sibuk dengan pekerjaannya. Pola asuh cuek dan cenderung tidak peduli yang
diterapkan kepada anaknya membuat salah jalan menjadi pengguna narkoba. “saya akui kalau saya kurang perhatikan anak saya, karna saya sibuk cari uang
jadi jarang ada waktu buat ngumpul dengan anak- anak saya. Itu yang buat anak saya cari kenyamannya sendiri”.
Ibu Sri menuturkan bahwa anaknya menggunakan narkoba, diakibatkan dari faktor lingkungan yang tidak baik, dimana Kampung Kubur banyak peredaran
narkoba. Dan ditambah lagi pergaulan anaknya yang terlalu bebas. Tidak adanya
Universitas Sumatera Utara
62
aturan dalam keluarga ibu Sri, yang membuat anaknya terjerumus dalam penggunaan narkoba. Ibu Sri mengatakan bahwa anaknya menggunakan narkoba
dari kemauan anaknya sendiri tidak ada satupun keluarga yang menggunakan narkoba selain anaknya AN, dan faktor pergaulan dan faktor lingkungan yang
sangat mendukung untuk anaknya menggunakan narkoba. “saya punya empat orang anak, cuma satu itulah yang menggunakan narkoba.
saya gak ada melarang anak- anak saya buat bergaul, ataupun memilih teman. Makanya anak saya salah jalan sehingga ia menggunakan narkoba”
. 5.2.5
Informan Kunci: Orang tua dari remaja PSK
Nama : Ros
Tempat Tanggal lahir : Medan, 10 Oktober 1977
Usia : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Ibu Rumah Tangga
Ibu Ros sudah 39 tahun tinggal di Kampung Kubur. Tentunya ibu Ros sudah lama mengetahui kondisi tempat tinggal yang ia tinggali ini adalah Kampung Kubur
yang dikenal dengan sarangnya narkoba. Bahkan sampai saat ini Kampung Kubur masih dikenal masyarakat luar sebagai kampungnya narkoba.
“sudah sekitar 39 tahun saya tinggal di Kampung Kubur, masih tetap kampung kubur dikenal banyak orang karna adanya peredaran narkoba.Dari dulu emang
udah ada peredaran narkoba disini, tapi gak sebanyak seperti sekarang”.
Universitas Sumatera Utara
63
Ibu Ros sebagai salah satu warga masyarakat Kampung Kubur merasa risih, dan tidak nyaman dengan adanya transaksi narkoba maupun bermain judi tanpa ada rasa
takut.Ibu ros tidak heran jika anak- anak sudah menggunakan narkoba, bermain judi, dan menjadi PSK.
“saya sangat risih karna mereka transaksi itu di depan saya, dan yang main judi pun sangat mengganggu karna mereka kalau main judi itu selalu bising.
Untuk tidur siang pun gak bisa, gak nyaman jadinya”. Ibu Ros adalah orang tua tunggal yang menghidupi anak- anaknya, ia sudah
lama bercerai dengan suaminya. Pekerjaan ibu Ros sebagai buruh cuci di Kampung Kubur. Dimana ibu Ros harus memenuhi kebutuhan dua orang anaknya. Salah satu
anak ibu Ros terjun kedunia prostitusi. Dimana awalnya ibu Ros tidak mengetahui jika anaknya bekerja sebagai PSK. Ibu Ros baru mengetahui disaat gaya anaknya
yang berubah, membawa barang- barang mewah, dan anaknya memberikan uang kepada ibunya. Ibu Ros pun menanyai dari mana anaknya mendapatkan itu semua,
anaknya pun bercerita kalau ia bekerja sebagai PSK. Dan respon ibu Ros hanya marah dan tidak ada sanksi yang diberikannya. Ibu Ros pernah menyuruhnya untuk
berhenti menjadi PSK, namun anaknya tidak mau, karena dari pekerjaan seperti itu ia dapat membantu perekonomian keluarganya.
“saya membesarkan anak- anak saya sendiri. Saya bekerja sebagai tukang cuci pakaian disini. Sehabis bekerja saya sudah capek sehingga saya tidak pernah
memperhatikan keadaan anak saya. Itulah yang membuat anak saya salah pergaulan dan terjun ke dunia prostitusi”.
Hubungan ibu Ros dengan anak- anaknya biasa- biasa saja, tidak ada waktu untuk berkumpul karna mereka sibuk dengan urusannya masing- masing. Tidak
adanya aturan dan sanksi membuat anak ibu Ros sampai terjerumus ke dunia
Universitas Sumatera Utara
64
prostitusi. Ibu Ros mengatakan, kalau ia kurang memperhatikan kondisi dan pergaulan anak- anaknya. Sehingga anaknya tidak pernah takut terhadap sikap yang
dilakukan oleh ibunya. Ibu Ros menuturkan bahwa anaknya menjadi PSK dari kemauan anaknya sendiri
tanpa ada paksaan dari dirinya, serta pergaulan yang terlalu bebas dan faktor lingkungan yang sangat mendukung.
“anak saya terlalu bebas untuk main diluar rumah, sehingga anak saya mengikuti jalan yang salah, ditambah lagi ekonomi saya yang gak bisa penuhi
kebutuhannya, akhirnya anak saya mencari uang dengan cara seperti itu”.
5.2.6 Informan Tambahan: Masyarakat