13
dari asam laurat, dan monolaurin dengan kombinasi asam laktat memiliki efek sinergis terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Dalam studi yang dilakukan,
juga menghasilkan efek bakterisida Tangwatcharin dan Khopaibool, 2012; Kabara, et al., 1972.
Setiap asam lemak memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan bobot molekul kecil
akan lebih lunak daripada sabun yang dibuat dari asam lemak dengan bobot molekul besar. Asam lemak dengan rantai karbon lebih dari 20 memiliki kelarutan
yang sangat rendah. Asam lemak dengan rantai karbon kurang dari 12 tidak memiliki efek sabun soapy effect dan dapat menimbulkan iritasi pada kulit,
sementara Asam lemak dengan rantai karbon 12 - 14 memberikan fungsi yang baik untuk pembusaan sementara asam lemak dengan rantai karbon 16 - 18 baik
untuk kekerasan dan daya detergensi Karo-karo, 2011.
2.5 Sabun Mandi
Sabun mandi padat merupakan garam natrium asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa, dengan atau
tanpa penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sabun mandi yang dapat beredar di pasaran harus memiliki karakteristik seperti yang telah
ditetapkan oleh BSN 1994 hanya mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi seperti kadar air, total asam lemak, alkali bebas, asam lemak bebas, dan minyak
mineral. Sabun konvensional yang dibuat dari lemak dan minyak alami dengan
alkali saat ini, biasanya mengandung surfaktan, pelumas, antioksidan, deodoran,
Universitas Sumatera Utara
14
warna, parfum, pengontrol pH, dan bahan tambahan khusus Wasitaatmadja, 1997.
Surfaktan adalah bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang dipakai dalam sabun berasal dari minyak kelapa asam lemak C
12
, minyak kelapa sawit asam lemak C
16
-C
18
. Penggunaan bahan berbeda menghasilkan sabun yang berbeda, baik secara fisik maupun kimia. Pelumas digunakan untuk menghindari
rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misalnya asam lemak bebas,
gliserol, lanolin, paraffin lunak, dan minyak almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat. Bahan-bahan tersebut selain meminyaki kulit juga dapat
menstabilkan busa dan berfungsi sebagai peramas plasticizers Wasitaatmadja, 1997.
Antioksidan digunakan untuk menghindari kerusakan lemak, terutama bau tengik, dibutuhkan bahan penghambat oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan
butilhydroxytoluene 0,02 - 0,1. Pengontrol pH dengan penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat menurunkan pH sabun
Wasitaatmadja, 1997. Deodoran dalam sabun mulai dipergunakan sejak tahun 1950, namun oleh
karena khawatir efek samping, penggunaannya dibatasi. Bahan yang digunakan sebagai deodoran adalah TCC trichloro carbinilide. Pewarna sabun dibolehkan
sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada, pigmen yang digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali 0,01 - 0,5. Titanium dioksida
0,01 ditambahkan pada berbagai sabun untuk menimbulkan efek berkilau. Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi. Pewangi ini
Universitas Sumatera Utara
15
harus berada dalam pH dan wana yang berbeda pula. Setiap pabrik memilih bau dan warna sabun bergantung pada permintaan pasar atau masyarakat pemakainya
Wasitaatmadja, 1997. Dewasa ini dikenal berbagai macam sabun khusus. Berbagai bahan
tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar, produsen, maupun segi ekonomi dapat dimasukkan kedalam formula sabun., misalnya 1 Sabun transparan yang
menambahkan sukrosa dan gliserin, 2 Deodorant, yang menambahkan diklorofen, 3 Antiseptik medicated yang menambahkan bahan antiseptik,
misalnya fenol, kresol, triklosan, triklokarban dan sebagainya, dan 4 Sabun bayi yang lebih berminyak Wasitaatmadja, 1997.
2.6 Analisis Asam Lemak dalam Sabun