Indoor Unit IDU Jenis-Jenis Jasa VSAT Konsep Jaringan VSAT Pada PT. Pasifik Satelit Nusantara

b. Indoor Unit IDU

Modem VSAT merupakan perangkat IDU yang berfungsi sebagai modulator dan demodulator. Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi kedalam sinyal IF pembawa yang dihasilkan oleh syntheisiser. Frekuensi IF besarnya mulai dari 52 MHz sampai 88 MHz dengan frekuensi center 70 MHz. Sedangkan demodulasi adalah proses memisahkan sinyal informasi digital dari sinyal IF dan meneruskannya ke perangkat teresterial yang ada. Teknik modulasi yang dipakai dalam modem satelit yaitu sistem Phase shift Keying PSK. Adapun Gambar 2.15 memperlihatkan contoh dari modem satelit. Gambar 2.15 Modem Satelit [11]

c. Inter Facility Link IFL

IFL merupakan media penghubung antara ODU dan IDU. Fisiknya biasanya berupa kabel dengan jenis koaksial dan biasanya menggunakan konektor jenis BNC Bayonet Neill-Concelman.

2.9.3 Satelit

Satelit merupakan perangkat space segment yang berfungsi sebagai repeater dalam melakukan komunikasinya dengan perangkat ground segment yang mengorbit pada ketinggian 36.000 km diatas permukaan bumi dengan orbit Geostasioner. Adapun Gambar 2.16 memperlihatkan bentuk dari sebagian satelit yang ada di Indonesia [12] . Universitas Sumatera Utara Gambar 2.16 Gambaran Visual Satelit Indonesia [12] Fungsi Transponder yang terdapat pada satelit adalah sebagai berikut : 1. Penerima sinyal 2. Translasi frekuensi 3. Penguatan Jumlah transponder menentukan kapasitas satelit. Dimana setiap transponder terdiri atas polarisasi vertikal dan horizontal. Umumnya tiap transponder memiliki bandwith 40 MHz, untuk operasi lebar bidang frekuensi sebesar 36 MHz sementara 4 MHz berada di kiri maupun kanan satelit yang merupakan frekuensi gap guard band frequency untuk pengaman agar tidak terjadi interferensi antar transponder. Di dunia Internasional, Ku-Band adalah band frekuensi yang populer. Ku- Band dapat mendukung trafik dengan ukuran antena yang lebih kecil dibandingkan C-Band. Tapi Ku-Band tidak tahan terhadap curah hujan tinggi sehingga tidak sesuai untuk digunakan di daerah Asia Tenggara. Adapun keunggulan dan kekurangan masing-masing band frekuensi tersebut secara rinci yang dijelaskan pada Tabel 2.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Band Frekuensi Satelit [12] Frekuensi Keunggulan Kekurangan C-Band · World wide availability · Teknologi yang termurah · Tahan dari redaman hujan · Antena berukuran relatif lebih besar · Rentan terhadap interferensi dari satelit tetangga dan terrestrial microwave Ku-Band · Kapasitas relatif besar · Antena berukuran relatif lebih kecil 0,6 – 1,8 m · Rentan dari redaman hujan ·Availability terbatas faktor regional

2.10 Topologi Jaringan VSAT

Topologi VSAT ditentukan dari trafik jaringan VSAT yang digunakan dimana untuk setiap lokasi yang berbeda digunakan topologi yang berbeda pula. Topologi jaringan VSAT dapat berupa star atau mesh [10] .

2.10.1 Topologi Star

Pada topologi star, setiap VSAT tidak dapat saling berkomunikasi secara langsung dengan VSAT lainnya, melainkan harus melalui stasiun bumi pusat yang disebut hub station. Umumnya, hub station memiliki diameter antena 6 sampai 11 meter dan berfungsi untuk mengontrol, memonitor dan berkomunikasi dengan setiap VSAT yang tersebar secara geografis. Oleh sebab itu, topologi ini cocok digunakan untuk aplikasi yang berbasis data terpusat dimana organisasi atau perusahaan besar seperti bank dengan kebutuhan pemrosesan data secara terpusat. Adapun bentuk dari topologi star dapat dilihat pada Gambar 2.17. Universitas Sumatera Utara VSAT VSAT HUB VSAT VSAT VSAT VSAT VSAT VSAT Gambar 2.17 Topologi Star [10]

2.10.2 Topologi Mesh

Pada topologi mesh, setiap VSAT dapat berkomunikasi secara langsung dengan VSAT lainnya tanpa harus melalui hub station terlebih dahulu. Dalam hal ini, hub station hanya berfungsi memonitor dan mengontrol jaringan saja. Topologi ini cocok digunakan untuk aplikasi telephony, disebabkan menggunakan link komunikasinya bersifat point to point berkecepatan tinggi. Adapun bentuk dari topologi mesh dapat dilihat pada Gambar 2.18. VSAT VSAT VSAT VSAT VSAT VSAT Gambar 2.18 Topologi Mesh [10] Universitas Sumatera Utara

2.10.3 Perbandingan Topologi Star dan Mesh

Topologi star memiliki sifat-sifat sebagai berikut [10] : - Delay propagasi lebih besar - Investasi besar untuk central hub - VSAT antena lebih kecil 1,8 meter - Biaya instalasi VSAT lebih murah - Cocok untuk aplikasi data interaktif Sedangkan topologi mesh memiliki sifat-sifat sebagai berikut [10] : - Propagasi delay lebih kecil 250 ms - Dapat digunakan pada PAMADAMA - Investasi central hub lebih murah - Antena VSAT berukuran lebih besar - Biaya instalasi besar - Cocok untuk komunikasi data dengan trafik tinggi

2.11 Jenis-Jenis Jasa VSAT

Adapun jenis-jenis jasa yang ada pada teknologi VSAT adalah sebagai berikut [13] : 1. VSAT Link Merupakan jenis komunikasi yang langsung point-to-point berhubungan antara dua buah stasiun bumi tanpa ada stasiun pusat sebagai pengontrol. 2. VSAT Net Dapat digunakan untuk berhubungan antara terminal VSAT remote yang satu ke terminal VSAT yang lainnya dengan menggunakan stasiun pusat bumi atau disebut stasiun hub. 3. VSAT Frame Relay VSAT ini biasanya disebut juga dengan Sky Frame menggunakan topologi poin- to-multipoint menggunakan media akses frame relay. 4. VSAT Teleport Prinsipnya sama dengan sky frame. Topologi yang digunakan point-to- multipoint yang juga menggunakan media akses frame relay. Universitas Sumatera Utara 5. VSAT IP Sebagai layanan jasa telekomunikasi, dimana VSAT ini menerapkan teknologi TDMTDMA dengan IP sebagai protokol komunikasi.

2.12 Link Budget Pada Jaringan VSAT

Dalam sistem komunikasi satelit, link budget menjadi hal yang sangat penting dalam perencanaan instalasi jaringan VSAT. Secara sederhana, link budget adalah jumlah total kerugian losses antara media pengirim transmitter dengan satelit dan kembali lagi ke penerima receiver. Losses ini memberi penguatan negatif pada setiap media, apakah itu transmitter, satelit maupun juga pada receiver. Berikut ini akan dijelaskan komponen penting dalam perhitungan link budget sebagai berikut [1] .

2.12.1 Sudut Pandang Antena Look Angles

Dalam mengarahkan antena baik itu Stasiun Bumi Hub maupun VSAT Remote Station ke satelit diperlukan look angles keterarahan sudut pandang antena. Look angles ini terdiri atas sudut azimuth A, sudut elevasi E dan polarisasi offset berdasarkan data posisi lintang antena θ i , posisi bujur antena θ L serta bujur satelit θ S . Polarisasi offset adalah derajat arah dudukan feedhorn pada sisi Tx antena yang menentukan keterarahan sinyal dari sebuah antena terhadap arah polarisasi pada satelit tujuan, polasisasi offset ini dapat dirumuskan sebagai berikut [1] : b. Untuk Site Longitude Satellite Longitude Polarisasi Offset = sudut azimuth – 110 site latitude c. Untuk Site Longitude Satellite Longitude Polarisasi Offset = - 360 - sudut azimuth + 110 site latitude Sedangkan untuk sudut azimuth didefenisikan sebagai sudut pada suatu titik yang diukur searah jarum jam dari posisi utara memotong bidang horisontal TMP dan bidang TSO dapat dilihat pada Gambar 2.19 dan 2.20, yaitu melawati stasuin bumi VSAT, satelit dan pusat bumi. Besarnya sudut azimuth adalah Universitas Sumatera Utara berkisar antara 0 – 360 tergantung pada lokasi stasiun bumi VSAT, sedangkan besarnya sudut elevasi berkisar antara – 90 tergantung dari posisi satelit [1] . Dimana : A = Sudut Azimuth E = Sudut Elevasi r = Jari-jari orbit geostasioner satelit Km Re = Jari-jari ekuator bumi Km θ i = Posisi lintang stasiun bumi VSAT derajat utara θ S = Posisi bujur satelit derajat θ L = Posisi bujur stasiun bumi VSAT derajat M S Satelit P Point Selatan Stasiun Bumi Zenith E= Elevasi A= Azimuth Posisi Bujur Satelit θ S Posisi Bujur Stasiun Bumi θ L Kutub Utara N T r Ekuator θ i θ S - θ L Re O Gambar 2.19 Posisi Sudut Azimuth dan Elevasi Antena Hub Remote [1] Berdasarkan Gambar 2.19, maka diperoleh suatu persamaan untuk menyelesaikan perhitungan keterarahan look angles dari antena stasiun bumi VSAT. A = tan -1 � �� �� � Universitas Sumatera Utara = tan -1 � �� tanθ S − θ L � � tan θ i � = tan -1 � �� � cos θ i � � tanθ S − θ L � � tan θ i � = tan -1 � tanθ S − θ L sin θ i � 2.1 Sedangkan untuk perhitungan sudut elevasi, maka berdasarkan Gambar 2.18 dapat dibuat sebuah proyeksi untuk segitiga TSO yang memudahkan dalam perhitungan sudut elevasi yang dapat dilihat pada Gambar 2.20. T S Re O r B δ ω γ Gambar 2.20 Segitiga Pengganti untuk Perhitungan Sudut Elevasi [1] Berdasarkan Gambar 2.20 maka didapatkan suatu persamaan untuk menghitung sudut elevasi E yaitu : E = � + � − 90 = �90 − � + � − 90 � = � − � 2.2 Sedangkan sudut � sendiri dapat dihitung berdasarkan segitiga TPO berikut : γ = cos -1 � � � �� � 2.3a Universitas Sumatera Utara Dengan : OP = �� cos|θ S − θ L | = � � cos θ i cos| θ S − θ L | ⁄ ⁄ seperti yang ditunjukkan dari segitiga MPO dan TMO, sehingga : γ = cos -1 cos θ i cos| θ S − θ L | 2.3b Sedangkan untuk perhitungan sudut δ berdasarkan Gambar 2.19 didapatkan persamaan sebagai berikut : δ = tan -1 � �� �� � = tan -1 � �− � � cos γ � � sin γ � = tan -1 � �− � � ��� θ i cosθ S − θ L � � sin���� −1 ��� θ i cosθ S − θ L � � 2.4 Selanjutnya berdasarkan Persamaan 2.3 dengan memasukkan δ pada Persamaan 2.4 dan γ pada Persamaan 2.3b maka akan dapat diperoleh sudut elevasi E yang diekspresikan sebagai berikut : E = tan -1 � �− � � ��� θ i cosθ S − θ L � � sin���� −1 ��� θ i cosθ S − θ L � � − ��� −1 ��� θ i cos θ S − θ L 2.5

2.12.2 Slant Range

Slant range merupakan jarak dari stasiun bumi VSAT ke satelit yang berbeda-beda di setiap titik. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kelengkungan bumi dan posisi antena yang berbeda pada posisi lintang dan bujur yang berbeda antar satu dengan yang lain. Adapun Gambar 2.21 memperlihatkan penentuan slant range [1] . Universitas Sumatera Utara Satellite H α max α d E Re ψ Gambar 2.21 Penentuan Slant Range [1] Berdasarkan Gambar 2.21 maka perhitungan slant range d dapat ditulis perumusannya sebagai berikut : d 2 = R e + H 2 + R e 2 - 2 R e R e + H cos ψ = R e + H 2 + R e 2 - 2 R e R e + H sin �� + ��� −1 � � � � � + � cos ��� 2.6 Dimana : Re = Jari-jari bumi pada bidang ekuator km E = Sudut elevasi derajat H = Ketinggian orbit satelit dari bumi pada bidang ekuator km r = Jari-jari orbit geostasioner km

2.12.3 Gain Antena

Gain atau penguatan adalah perbandingan antara daya pancar antena terhadap antena referensinya. Persamaan untuk antena parabolik adalah sebagai berikut [1] : G dBi = � � � 2 � 2 � 2 � = � � � � � � 2 2.7 Universitas Sumatera Utara Atau secara logaritmis dapat ditulis sebagai berikut : G dB = 20.45 + 20 log f + 20 log d + 10 log � 2.8 Dimana : η = efesiensi antena d = diameter antena m c = kecepatan cahaya = 3 x 10 8 ms f = frekuensi GHz

2.12.4 Effective Isotropic Radiated Power EIRP

EIRP digunakan untuk menyatakan daya pengiriman dari stasiun bumi atau satelit. Adapun rumus EIRP adalah sebagai berikut [1] : EIRP Watt = P TX . G TX 2.9 EIRP dBW = P TX dBW + G TX dB 2.10 Dimana : P TX = Daya pancar Pengirim dalam Watt atau dBW G TX = Gain Antena Pemancar dalam dB

2.12.5 Rugi-Rugi Lintasan

Rugi-rugi pada lintasan transmisi adalah redaman yang terjadi pada proses pentransmisian sinyal dari Tx Pengirim ke Rx Penerima. Rugi-rugi transmisi tersebut antara lain [1] : 1. Rugi-Rugi Saluran L SAL Rugi-rugi pada saluran merupakan besarnya redaman yang terjadi sepanjang saluran yang dipergunakan. Dalam konfigurasinya redaman yang terjadi pada pengkoneksian konektor kabel dapat disimpulkan sebagai berikut :  L SAL kabel IF BNC Kabel 1.3 dB30 meter  L SAL kabel RF IFL Kabel 0.7 dBmeter 2. Rugi-Rugi Pancaran Antena L ANT Rugi-rugi pada arah pancar antena biasanya dipengaruhi oleh daya maksimum. Hal ini berkaitan dengan keterarahan antena stasiun bumiVSAT yang Universitas Sumatera Utara tidak pas pada arah pancar posisinya, sehingga menyebabkan loss pada daya maksimum yang diperlukan dalam pancaran, umumnya besar rugi pancaran sebesar 0.5 dB. 3. Rugi-Rugi Atmosfir L ATM Rugi-rugi atmosfir adalah rugi-rugi yang disebabkan akibat dari hasil proses absorbsi energi dengan gas atmosfir, proses absorbsi tersebut terjadi karena pengaruh cuaca. Nilai rugi-rugi atmosfir sangat kecil dan terjadi pada elevasi 10 . 4. Rugi-Rugi Redaman Hujan L RAIN Redaman hujan merupakan redaman yang memiliki pengaruh besar terhadap propagasi gelombang pada frekuensi di atas 10 GHz. Redaman ini adalah fungsi dari frekuensi dan curah hujan dalam mmjam yang dapat dihitung dengan tahapan sebagai berikut yang dapt dilihat pada Gambar 2.22 [1] . ICE L G El h L S Rain h r Gambar 2.22 Sketsa Penentuan Redaman Hujan [1] Dimana : - R = Rain rate point, dimana nilai R dapat dilihat berdasarkan Tabel 2.5 titik laju hujan. - Persamaan kuantitas koefisien empiris polarisasi : a c = � � + � � 2 2.11 Universitas Sumatera Utara b c = � � � � + � � � � 2� � 2.12 - Sehingga redaman hujan spesifik dBKm dapat dinyatakan sebagai : α = � � � � � 2.13 - Tinggi atmosfir terjadinya hujan h r : h r km = � 3 + 0.028 ���� 0 �������� 36 4 − 0.075 ���� �������� ≥ 36 2.14 - Panjang lintasan hujan efektif L S untuk sudut elevasi antena ≥ 10 : L S = ℎ � − ℎ sin � � 2.15 Dimana : E = sudut elevasi h r = ketinggian hujan km h = tinggi antena km - Jarak lintasan hujan L G : L G = � � cos � 2.16 - r P = rain rate reduction factor, dimana p reduction factor bergantung pada kondisi daerah masing-masing : for p = 0.001 → � 0.001 = 10 10 + � � ; for p = 0.01 → � 0.01 = 90 90 + 4 � � for p = 0.1 → � 0.1 = 180 10 + � � ; for p = 1 → � 1 = 1 - faktor reduksi lintasan hujan pada wilayah Indonesia, memiliki persentase unavailability 0.01 sehingga dapat ditulis : � 0.01 = 90 90 + 4 � � 2.17 - Maka besarnya redaman hujan total persentase curah hujan sebesar 0.01 adalah : L Rain dB r =0.01 = � � � � 0.01 2.18 Menurut ITU International Telecommunication Union, indonesia digolongkan kepada region P dimana intensitas hujannya termasuk sangat tinggi. Intensitas hujan yang dapat mengakibatkan link komunikasi terputus sebesar 0,01 per tahun di indonesia adalah 145 mmh [14] . Universitas Sumatera Utara Adapun Specific Attenuation Rain Parameters dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan Rainfall Climatic Region, Rainfall Intensity Exceeded mmH dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.4 Specific Attenuation Rain Parameters [1] Frequency GHz a H a V b H b V 1 0,000387 0,00000352 0,912 0,880 2 0,00154 0,000138 0,963 0,923 4 0,000650 0,000591 1,121 1,075 6 0,00175 0,00155 1,308 1,265 7 0,00301 0,00265 1,332 1,312 8 0,00454 0,00395 1,327 1,310 10 0,0101 0,00887 1,276 1,264 12 0,0188 0,0168 1,217 1,200 15 0,0367 0,0335 1,154 1,128 20 0,0751 0,0691 1,099 1,065 25 0,124 0,113 1,061 1,030 30 0,187 0,167 1,021 1,000 35 0,263 0,233 0,979 0,963 40 0,350 0,310 0,939 0,929 45 0,442 0,393 0,903 0,897 50 0,536 0,479 0,873 0,868 60 0,707 0,642 0,826 0,824 70 0,851 0,784 0,793 0,793 80 0,975 0,906 0,769 0,769 90 1,06 0,999 0,753 0,754 100 1,12 1,06 0,743 0,744 120 1,18 1,13 0,731 0,732 150 1,31 1,27 0,710 0,711 200 1,45 1,42 0,689 0,690 300 1,36 1,35 0,688 0,689 400 1,32 1,31 0,683 0,684 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5 Rainfall Climatic Region, Rainfall Intensity Exceeded mmH [1] Percentage of Time A B C D E F G H J K L M N P 1,0 - 1 - 3 1 2 - - - 2 - 4 5 12 0,3 1 2 3 5 3 4 7 4 13 6 7 11 15 34 0,1 2 3 5 8 6 8 12 10 20 12 15 22 35 65 0,03 55 6 9 13 12 15 20 18 28 23 33 40 65 105 0,01 8 12 15 19 22 28 30 32 35 42 60 63 95 145 0,003 14 21 26 29 41 54 45 55 45 70 105 95 140 200 0,001 22 32 42 42 70 78 65 83 55 100 150 120 180 250

2.12.6 Redaman Ruang Bebas Path Loss

Redaman ruang bebas L FS merupakan hilangnya daya yang dipancarkan pada ruang bebas saat pemancaran sehingga tidak seluruh daya dapat diterima oleh antena penerima. Adapun besar redaman ini dapat ditulis sebagai berikut [1] : L FS = � 4 � � �� ���� ���� � � 2 = � 4 � � �� ���� ���� � �� ���� ���� � � 2 2.19 Pada d Uplink = d Downlink , maka secara logaritmis L FS dapat ditulis sebagai berikut : L FS dB = 92.45 + 20 log f UD + 20 log d UD 2.20 Dimana : C = kecepatan cahaya = 3 x 10 8 ms d UD = jarak antar stasiun bumi VSAT ke satelit baik Uplink maupun Downlink km f UD = frekuensi baik Uplink maupun Downlink Ghz

2.12.7 Figure Of Merit Gain To Temperature GT

Merupakan parameter yang digunakan untuk menunjukkan performansi antena VSAT dan LNA dalam hubungan sensitifitas carrier pada saat downlink yang diterima dari satelit. Titik referensi untuk kalkulasi GT dimodelkan sebagai berikut [1] : Universitas Sumatera Utara GT dB K = G T 2.21 Atau secara logaritmis dapat ditulis sebagai berikut : GT dB K = G dB – 10 log Tsys 2.22 Dimana : G = Gain antena dB T = Temperatur sistem penerima K

2.12.8 Carrier to Noise Ratio CN

Carrier to Noise Ratio merupakan parameter untuk menentukan nilai kualitas seluruh link. CN dapat dituliskan sebagai berikut [1] : [CN] up dB = EIRP SB – L Total + [GT] SAT – K – 10 log BW 2.23 [CN] down dB = EIRP SAT – L Total + [GT] VSAT – K - 10 log BW 2.24 Dimana : L Total = redaman total dB = L FS + L RAIN + L SAL + L ANT + L ATM K = Konstanta Bolzman = -228,6 dBW BW = Bandwidth yang digunakan Hz Pada dasarnya kualitas keseluruhan link komunikasi tidak hanya berasal dari CN uplink dan downlink saja, namun interferensi juga mempengaruhi kualitas keseluruhan link komunikasi yaitu : a. Interferensi akibat Intermodulation Product Interferensi yang terjadi karena pengaruh faktor dari dalam sistem, berupa interferensi akibat dari intermodulasi antar carrier. Interferensi ini disebabkan oleh akibat ketidaklinearan non linearity dari TWTA atau SSPA. Dimana untuk thypical multi carrier transponder IBO Input Backoff 6 dB dan OBO Output Backoff 4 dB diperoleh sebesar 21 dB [14] . Universitas Sumatera Utara b. Interferensi akibat Adjacent Satellite Interferensi yang diakibatkan oleh jarak antar satelit yang berdekatan jarak satelit normalnya 2º, Pattern dari antenna yang tidak baik, daerah cakupan coverage dari satelit yang saling overlaping, dan beroperasi pada frekuensi yang sama. Adapun persamaan Adjacent Satellite adalah sebagai berikut [15] : CN Req = � �� �� � ��� + 10 log �� �� 2.25 Sehingga, CI ADJ = � � � � ��� + 12,2 �� 2.26 c. Interferensi akibat Crosspolarization Interferensi ini akibat oleh gerakan antena akibat dari adanya angin atau gangguan lain. Masalah crosspolarization ini timbul karena munculnya power energi yang dipancarkan pada salah satu polarisasi di polarisasi sebaliknya. Untuk menghindarinya, maka sebelum mengakses ke satelit, stasiun bumi harus melakukan test cross polarisasi dengan referensi stasiun bumi standar yang telah ditetapkan oleh operator satelit. Dimana besar Interferensi akibat Crosspolarization sebesar 30 dB [15] . Maka dari parameter-parameter di atas, nilai CN total adalah sebagai berikut : CN Total = 10 ��� 1 � � � � �� −1 + � � � � ���� −1 + � � � � � −1 + � � � � ��� −1 + � � � � ���� −1 2.27

2.12.9 Lebar Pita Frekuensi Bandwidth

Perhitungan Bandwidth untuk suatu carrier ditentukan dari besarnya bit informasi yang dikirim. Hal ini dapat ditulis sebagai berikut [1] : Bandwidth MHz = � ���� ��� � 1+ � � � 2.28 Dimana : R info = bit rate informasi kbps Universitas Sumatera Utara FEC = Forward Error Correction N = kecepatan symbol modulasi α = roll of factor

2.12.10 Energy Bit to Noise Ratio EbNo

Kualitas sinyal yang diterima ditentukan oleh perbandingan energi sinyal pembawa per bit per hertz yang diterima terhadap derau temperatur. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut [16] : � �� �� � �� = � � � � ����� + 10 log �� �� 2.29 Secara umum BER bir error rate terhadap EbNo dapat diketahui pada modulasi yang digunakan yang dapat dilihat pada Gambar 2.23. Pada PT. PSN Medan, BER yang digunakan sebesar 10 -9 dengan Modulasi QPSK. Gambar 2.23 BER Versus EbNo [16] Universitas Sumatera Utara

2.12.11 Energy Symbols per Noise EsNo

Kualitas sinyal juga dapat dinyatakan dalam energy symbol per noise yang dinyatakan dalam persamaan [16] : � �� �� � �� = � �� �� � + 10 log � + 10 log ��� 2.30 Dimana : N = kecepatan symbol modulasi FEC= Forward Error Control

2.12.12 Link Availability

Link availability menunjukkan besar persentase kehandalan sistem dalam menjaga link margin agar tetap berjalan. Link availability dinyatakan dalam persamaan berikut [16] : ���� ������������ = ����� ����−���� �������� ����� ���� × 100 2.31 Dimana total link menunjukkan total waktu saat link komunikasi dapat berjalan dengan baik. Link terputus menunjukkan total waktu saat link komunikasi terganggu atau putus.

2.12.13 Latency

Latency dapat juga disebut delay, adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Latency dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu proses yang lama. Persamaan perhitungan delay [17] : t d ms = � � 2.32 dimana : t d = latency ms d = jarak user dengan satelit meter C = kecepatan cahaya, 3 x 10 8 ms Universitas Sumatera Utara

2.13 Profil PT. Pasifik Satelit Nusantara

PT. Pasifik Satelit Nusantara PSN adalah perusahaan telekomunikasi satelit swasta pertama di Indonesia dan terkemuka di Asia yang menyediakan berbagai layanan telekomunikasi berbasis satelit meliputi layanan telepon tetap fixed telephone dan bergerak mobile telephone [18] . Disamping itu, PSN juga mengembangkan strategi bisnis yang berfokus pada kawasan Asia-Pasifik seperti : 1. Menggunakan satelit untuk memberikan solusi komunikasi yang inovatif 2. Membangun basis pelanggan dengan memasarkan produk dan jasa secara langsung kepada pengguna akhir 3. Mengembangkan dan memasarkan berbagai layanan multimedia telekomunikasi 4. Membangun hubungan dengan mitra strategis, termasuk pemegang saham dan co-investor PSN juga memfokuskan diri menjadi penyelenggara secara langsung untuk produk dan jasa telekomunikasi berbasis satelit di Asia, termasuk penyewaan grosir transponder satelit. Disamping itu pula, PSN memiliki saham di Cellular Satellite ACeS jaringan Asia, yang merupakan penyedia layanan telepon seluler berbasis satelit di Asia Tenggara. Dimana pemegang saham perusahaan termasuk negara yang dikendalikan oleh operator PT Telekomunikasi Indonesia PT Telkom.

2.14.1 Product Services PT. Pasifik Satelit Nusantara

Adapun produc services PT. Pasifik Satelit Nusantara adalah sebagai berikut [18] : 1. Voice Voice terbagi dua jenis yaitu Mobile Aplication dan Fixed Aplication. Mobile Aplication meliputi : a. BYRU b. BYRU Marine. c. BYRU International Universitas Sumatera Utara Sementara itu untuk Fixed Aplication meliputi : a. PASTI b. PASTI TELUM 2. Data Adapun Data dibagi atas empat macam yaitu : a. Virtual Private Network VPN b. Cellular Backhaul c. Multicast d. Data Center 3. Internet Internet terbagi atas empat jenis layanan yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Satellite b. Terrestrial c. Web Hosting d. IP-Transit 4. Integrated Solution Integrated Solution terbagi atas dua jenis layanan yaitu : a. Asset Tracking b. Early Warning System Universitas Sumatera Utara BAB III KONSEP JARINGAN DAN INSTALASI VSAT

3.1 Konsep Jaringan VSAT Pada PT. Pasifik Satelit Nusantara

Sistem jaringan VSAT pada PT. PSN menerapkan metode akses TDMARTDMA dalam melakukan komunikasi datanya. Jenis jasa layanan VSAT yang digunakan adalah VSAT IP yang artinya setiap pelanggan mempunyai IP Internet Protocol masing-masing sebagai identitasnya di jaringan. Sementara itu topologi jaringan yang digunakan adalah topologi star, dimana jaringan ini terdapat sebuah Hub Station dengan banyak Remote Client. Mekanisme kerja jaringan pada topologi ini, setiap remote client mengirimkan datanya melalui satelit sedangkan antar remote client tidak dapat langsung berkomunikasi, karena proses interaksi dalam pengiriman sinyal dan data melalui hub station terlebih dahulu. Proses pengiriman data dari hub station ke remote client menggunakan metode akses TDMA, sementara pengiriman data dari remote client ke hub station menggunakan metode akses RTDMA. Komunikasi satelit terdiri dari satelit Geostasioner Palapa D yang beroperasi pada transponder linear, Hub Station dan beberapa VSAT Remote Client yang ditempatkan di wilayah tertentu. Satelit Palapa D mengoperasikan 5 transponder Ku-Band dan 24 transponder C-Band dan 11 transponder Extended C-Band. Pada tugas akhir ini, PT. PSN menggunakan alokasi band frekuensi Ku- Band dan C-Band. Untuk range frequency C-Band, Uplink 6,105 GHz dan Downlink 3,880 GHz. Sementara untuk range frequency Ku-Band, Uplink 14,378 GHz dan Downlink 12,630 GHz. Satelit Palapa D berada di atas pulau Kalimantan dengan posisi satelit 113 E sementara posisi Hub Station PT. PSN berada di Jakarta tepatnya di Kota Cikarang. Data dikirimkan dari Hub ke VSAT melalui transponder disebut outbound linkchannel, sedangkan data yang dikirimkan dari VSAT ke Hub melalui transponder disebut inbound linkchannel. Pada Outbound Channel , Min Symbol Rate 256 ksps dengan Maximal Bit Rate hingga 66 Mbps. Sementara untuk Inbound Channel, Symbol Rates 38,4 ksps – 1232 ksps dengan Bit Rate 60 kbps – 2 Mbps. Outbound link menjadi sangat penting karena Universitas Sumatera Utara membawa carrier dengan bandwidth yang sangat lebar jika dibandingkan inbound link yang membawa bandwidth yang sempit hanya untuk kepentingan request dari pelanggan. Sementara itu remote client atau VSAT pada PT. PSN menggunakan diameter antena 1,2 meter untuk frekuensi Ku-Band dan 1,8 meter untuk frekuensi C-Band. Antena 1,2 meter digunakan untuk pelanggan yang bersifat mobile namun dapat juga digunakan untuk aplikasi perkantoran. Sedangkan untuk diameter antena 1,8 meter digunakan untuk aplikasi perkantoran. Gambar 3.1 menggambarkan arsitektur jaringan VSAT PT. PSN dengan pelanggan adalah Bank Sumut Pusat Medan. Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan VSAT IP Pada Bank Sumut Medan

3.2 Instalasi Jaringan VSAT