Kerangka Teori Eksistensi Perjanjian Gala (Gadai) Tanah Pertanian Pada Masyarakat Aceh Di Kecamatan Meurah Mulia Kabupaten Aceh Utara

20 Tesis ini berbeda dengan tesis tersebut di atas, tesis pertama, lebih mengarah kepada perbandingan dengan hukum agraria dan hukum Islam. Tesis kedua pembahasannya lebih subtantif membahas peraturan gadai tanah yang di atur dalam Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian, sedangkan tesis yang ketiga baik daerah penelitian maupun sosial budaya kehidupan masyarakatnya sangant jauh berbeda dengan kehidupan dan sosial budaya masyarakat di tempat penulis melakukan penelitian.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah susunan konsep, defenisi, yang dalam, yang menyajikan pandangan yang sistematis tentang fenomena, dengan menunjukan hubungan antara variable yang satu dengan yang lain, dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena, 25 atau menjelaskan gejala spesifik atau proses sesuatu terjadi dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. 26 Teori merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris, sehingga teori tentang ilmu merupakan penjelasan rasional, yang sesuai dengan objek penelitian dijelaskannya dan untuk 25 Sofyan Syafri Harahap, Tips Menulis Skripsi dan Menghadapi Ujian Komprehensif, Jakarta: Pusaka Quantum, hal. 40. 26 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Jakarta: FE UI, 1996, hal. 203. Universitas Sumatera Utara 21 mendapat verifikasi, maka harus didukung oleh data empiris yang membantu dalam mengungkapkan kebenaran. 27 Keberadaan teori dalam dunia ilmu sangat penting karena teori merupakan konsep yang akan menjawab suatu masalah. Teori oleh kebanyakan ahli dianggap sebagai sarana yang memberi rangkuman bagaimana memahami suatu masalah dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. 28 Beberapa pakar ilmu pengetahuan memberikan definisi tentang teori sebagai berikut : 1. Fred N. Kerlinger menguraikan teori adalah sekumpulan konstruksi konsep, definisi dan dalil yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan secara sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variable, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena. 2. Braithwaite mengemukakan bahwa teori adalah sekumpulan hipotesis yang membentuk suatu sistem deduktif, yaitu yang disusun sedemikian rupa, sehingga dari beberapa hipotesis yang menjadi dasar pikiran beberapa hipotesis, semua hipotesis lain secara logi mengikutinya. 3. Menurut Jack Gibbs, Teori adalah sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari kelas-kelas yang tak terbatas dari berbagai kejadian atau benda. 4. S. Nasution mengemukakan teori adalah susunan fakta-fakta yang saling berhubungan dalam bentuk sistematis, sehingga dapat dipahami. Fungsi dan peranan teori dalam penelitian ilmiah adalah mengarahkan, merangkum serta meramalkan fakta. 5. Kartini Kartono menyatakan bahwa teori adalah suatu prinsip umum yang dirumuskan untuk menerangkan sekelompok gejala-gejala yang saling berkaitan. 29 27 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: CV. Mandar Maju, 1994, hal. 27. 28 Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, hal. 113. 29 Ibid., hal. 113-114. Universitas Sumatera Utara 22 Agar kerangka teori meyakinkan, maka harus memenuhi syarat 30 : Pertama , teori yang digunakan dalam membangun kerangka berfikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru. Kedua, analisis filsafat dari teori-teori keilmuan dengan cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan secara eksplisit mengenai postulat, asumsi dan prinsip yang mendasarinya. Ketiga, mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut, teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah. 31 Kerangka teori yang digunakan dalam menganalisa permasalahan dalam tesis ini adalah teori perhubungan hukum. Suatu perhubungan disebut perhubungan hukum, apabila hubungan antara dua orang atau dua pihak tersebut diatur oleh hukum, yaitu hubungan antara sesama manusia yang dilindungi oleh hukum atau akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pergaulan itu dilindungi oleh hukum. Hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak atau lebih didahului oleh perbincangan-perbincangan di antara para pihak dan adakalanya mewujudkan suatu perjanjian atau perikatan, tetapi adakalanya tidak mewujudkan perjanjian atau perikatan. 32 Hubungan hukum yang timbul karena perjanjian itu mengikat kedua belah pihak yang membuat perjanjian, sebagaimana daya mengikat undang-undang. Hal ini sesuai dengan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang 30 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 318-321. 31 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, hal. 26. 32 Duma Barrung, Asas Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Konsumen pada Perjanjian Kredit, Jakarta: Perbanas, 2002 hal. 9-10. Universitas Sumatera Utara 23 membuatnya”. Ikatan yang lahir dari perjanjian yang demikian dinamakan perikatan. 33 Perjanjian merupakan sendi yang penting dari hukum perdata, karena hukum perdata banyak mengandung peraturan-peraturan hukum yang berdasarkan atas janji seseorang. Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara para pihak yang membuatnya. Dengan demikian hubungan hukum antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian menerbitkan perikatan. 34 Perjanjian adalah sumber perikatan di samping sumber lain, yaitu undang- undang. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 1233 KUHPerdata yang menyatakan bahwa : “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang- undang”. 35 Perikatan menunjukkan adanya suatu hubungan hukum antara para pihak yang berisi hak dan kewajiban masing-masing. Perjanjian menunjukkan suatu janji atau perbuatan hukum yang saling mengikat antara para pihak. Hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUHPerdata menganut sistem terbuka, artinya memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada siapa saja untuk mengadakan perjanjian yang berupa dan berisi apa saja asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Definisi yang diberikan oleh Pasal 1313 KUHPerdata berbunyi: “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat 33 R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2004, hal. 342. 34 Scribd, “Teori Hukum Perjanjian Bebas”, http:id.scribd.comdoc94900275Teori-Hukum- Perjanjian-Bebas-Hal, diakses tgl. 14 November 2012. 35 R. Subekti, Op.Cit, hal. 323. Universitas Sumatera Utara 24 dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Dengan adanya pengertian tentang perjanjian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kedudukan antara pihak yang mengadakan perjanjian adalah sama dan seimbang. Pengertian mengenai perjanjian seperti tersebut di atas apabila dilihat secara mendalam, akan terlihat bahwa pengertian tersebut ternyata mampunyai arti yang luas dan umum sekali sifatnya, selain itu tanpa menyebutkan untuk apa perjanjian itu dibuat. Hal tersebut terjadi karena di dalam pengertian perjanjian menurut konsepsi Pasal 1313 KUHPerdata, hanya menyebutkan tentang pihak yang satu atau lebih mengikatkan dirinya pada pihak lainnya dan sama sekali tidak menentukan untuk tujuan apa suatu perjanjian itu dibuat. Oleh karena itu suatu perjanjian akan lebih luas dan tegas artinya jika pengertian mengenai perjanjian tersebut diartikan sebagai suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. 36 Dalam suatu perjanjian dikenal adanya asas kebebasan berkontrak, maksudnya adalah bahwa setiap orang pada dasarnya bebas membuat perjanjian yang berisi dan macam apa saja, asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum. Dengan pengertian lain asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian 36 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, 1987, hal. 13. Universitas Sumatera Utara 25 yang berisi apa saja dan dalam bentuk apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. 37 Selanjutnya dalam suatu perjanjian, pasal-pasal yang mengatur tentang perjanjian tersebut biasa dinamakan dengan optional law, karena ketentuan dari pasal-pasal yang mengaturnya boleh dikesampingkan oleh pihak yang membuat suatu perjanjian. Dari sudut rasa keadilan, orang yang membuat suatu perjanjian akan terikat oleh perjanjian dan mempunyai kemampuan untuk menginsyafi tanggung jawab yang dipikulnya dengan perbuatannya itu. Menurut Van Appeldoorn sebagaimana yang dikutip oleh Budiono Kusumohamidjojo, tujuan hukum adalah tertip masyarakat yang damai dan seimbang, bahwa fungsi utama dari hukum adalah untuk menegakkan keadilan. 38 Hukum setidaknya mempunyai 3 tiga peranan utama dalam masyarakat antara lain : 1. Sebagai sarana pengendali sosial 2. Sebagai sarana untuk memperlancar proses interaksi sosial 3. Sebagai sarana untuk menciptakan keadaan tertentu. 39 Kepastian hukum merupakan syarat untuk melahirkan ketertiban. Untuk mencapai ketertiban hukum diperlukan adanya keteraturan dalam masyarakat. Hukum 37 Ibid., hal. 82. 38 Budiono Kusumohamidjojo, Ketertiban Yang Adil, Problematik Filsafat Hukum, Jakarta: Grassindo, 1999, hal. 126. 39 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 34. Universitas Sumatera Utara 26 diartikan sebagai tata hukum atas hukum positif tertulis. 40 Keberlakukan hukum di tengah masyarakat bukan lagi untuk mencapai keadilan semata, tetapi juga harus memberikan kepastian. Kepastian hukum diharapkan dapat menjadi pedoman, baik bagi masyarakat maupun bagi aparatur hukum dalam mengambil keputusan. 41

2. Konsepsi