Persepsi tentang Kesehatan PEMBAHASAN

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Persepsi tentang Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pihak legislatif Komisi Kesehatan DPRD Kota Pematangsiantar maupun pihak eksekutif Walikota, Kepala Bappeda, Kepala Dinas Kesehatan serta Kepala Sub Dinas Bina Program dan Perencanaan Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar sudah cukup baik, hal ini ditunjukkan dari jawaban yang diberikan informan berdasarkan pengetahuan, pemahaman serta wawasan mereka tentang kesehatan, serta pentingnya peran sektor kesehatan dalam pembangunan. Adanya pemahaman yang baik tentang kesehatan pada informan dari Komisi Kesehatan DPRD merupakan kondisi yang menunjang dalam proses penyusunan anggaran kesehatan, karena setiap usulan yang diajukan Dinas Kesehatan akan ditelaah secara mendalam untuk memutuskan apakah usulan tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat di wilayahnya. Persepsi pemerintah daerah tentang kesehatan dapat ditelaah berdasarkan domain persepsi yaitu aspek kognitif, afektif dan konasi. Seperti diuraikan berikut ini a. Domain kognitif, yaitu perubahan yang berhubungan dengan kemampuan mengikat materi yang telah dipelajari dalam kemampuan intelegensi. Dalam hal persepsi tentang kesehatan, pemerintah daerah secara umum mempunyai kemampuan dalam memahami masalah kesehatan serta mempunyai kemampuan intelegensia dalam menelaah kesehatan itu sendiri. Universitas Sumatera Utara b. Domain afektif, yaitu perlakuan yang berhubungan dengan sikap kejiwaan seperti kecenderungan akan minat, motivasi dan sebagainya. Dalam hal persepsi tentang kesehatan, informan eksekutif mempunyai kecenderungan lebih tinggi dalam hal minat tentang kesehatan dibandingkan informan legislatif, hal ini terkait dengan tugas dan fungsinya sebagai pelaksana program kesehatan. c. Domain konasi, yaitu perlakuan yang berhubungan dengan keterampilan skill yang berkaitan dengan objek, sehingga domain ini sering juga disebut domain psikomotorik. Dalam hal persepsi tentang kesehatan, informan eksekutif mempunyai kecenderungan lebih tinggi dalam hal kemampuan dan keterampilan dalam menelaah konsep kesehatan informan legislatif, hal ini terkait dengan pengalamannya dalam pelayanan kesehatan. Menurut pendapat Witono 2003, bahwa hal yang sangat kritis pada tahap perencanaan anggaran adalah perlunya penguatan pada sisi DPRD sebagai lembaga yang memiliki posisi dan peran strategis terkait dengan pengawasan keuangan daerah. Peraturan Pemerintah PP RI No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan bahwa pengawasan atas pelaksanaan APBD dilakukan oleh DPRD. Pengawasan terhadap pengelolan keuangan daerah oleh lembaga legislatif DPRD terhadap lembaga eksekutif Pemerintah Daerah sangat penting dilakukan, karena pengawasan merupakan suatu usaha untuk menjamin adanya keserasian antara penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah di pusat dan menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintah secara berdaya guna dan berhasil guna. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pada penjelasan tersebut di atas, maka jelas peranan DPRD dalam penetapan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengaplikasikan kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat permasalahan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah dari aspek lembaga legislatif, yaitu masih rendahnya peranan DPRD dalam keseluruhan proses atau siklus anggaran, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pelaporan maupun pengawasan program kerja eksekutif. Hal ini berakibat program kerja yang ada dalam anggaran daerah belum sesuai dengan prioritas dan preferensi daerah. Program kerja tersebut cenderung merupakan arahan dari pemerintah atasan, yaitu pemerintah pusat danatau pemerintah daerah. Sesuai dengan Notoadmotjo 1984, bahwa secara umum perilaku mempunyai pengertian, segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh mahluk hidup dan perilaku itu sendiri dapat pula bersifat potensial yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Dengan kata lain bahwa persepsi tersebut merupakan bentuk perilaku manusia dalam tindakannya keseharian. Demikian juga halnya dengan proses penyusunan anggaran kesehatan, persepsi memegang peranan penting dalam menentukan perilaku pihak-pihak yang terkait langsung dalam penyusunan anggaran kesehatan tersebut. Sesuai dengan penelitian Irawa 2007 tentang “Analisis Perilaku Eksekutif dan Legislatif dalam Perencanaan Kesehatan di Kota Langsa” menyimpulkan pengetahuan informan tentang perencanaan kesehatan masih rendah dilihat dari Universitas Sumatera Utara pengetahuan langkah-langkah perencanaan, penanggung jawab perencanaan, dan peran masing-masing dalam perencanaan kesehatan. Berdasarkan sikap menunjukkan secara umum sikap informan juga masih kurang dilihat dari indikator keterlibatan eksekutif dan legislatif serta kebutuhan data dalam perencanaan kesehatan. Berdasarkan persepsi menunjukkan persepsi informan juga masih kurang dilihat dari persepsi terhadap wewenang, usulan anggaran dan persepsi pengambilan keputusan, dan berdasarkan kepentingan menunjukkan secara keseluruhan kepentingan informan hanya untuk kebutuhan masyarakat dalam mengupayakan pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan agar meningkatkan pemahaman anggota atau panitia anggaran, petugas puskesmas, dinas kesehatan tentang perencanaan kesehatan, meningkatkan akuntabilitas DPRD, meningkatkan koordinasi, sosialisasi, pembinaan, advokasi dan mengakomodir masalah perencanaan di tingkat puskesmas dan dinas kesehatan, dan menyediakan data terkini melalui peningkatan upaya pencatatan dan pelaporan. Berdasarkan jawaban informan menunjukkan pemahaman tentang peran kesehatan masih sebatas untuk pengobatan dan penyembuhan penyakit kuratif. Pemahaman tentang peran kesehatan untuk membangun sumber daya manusia masih rendah. Demikian halnya pemahaman peran kesehatan untuk pembangunan juga masih kurang. Hal itu menyebabkan mengapa sampai saat ini upaya kesehatan di Indonesia masih saja bersifat kuratif. Universitas Sumatera Utara

5.2. Persepsi tentang Anggaran Kesehatan

Dokumen yang terkait

Persepsi Santri Tentang Pelayanan Kesehatan Dan Pengaruhnya Terhadap Pemanfaatan Balai Pengobatan Santri Dan Masyarakat (BPSM) “An-Nur" Di Pondok Pesantren Ar Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan Tahun 2003

2 56 89

Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Rawat Inap Dan Pengaruhnya Terhadap Pulang Atas Permintaan Sendiri (Paps) Di Rsup H Adam Malik Medan

5 71 78

Persepsi Tunawisma Tentang Kesehatan Dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pemerintah Di Kota Medan Tahun 2003

1 28 80

Pengaruh Persepsi Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Dan Minat Berkunjung Kembali Pasien Rawat Inap Di Puskesmas Bromo Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2009

16 84 108

Persepsi Auditor Dan User Tentang Independensi Akuntan Sebagai Perilaku Profesional Dan Pengaruhnya

0 20 1

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 922/MENKES/SK/X/2008 tentang Pedoman teknis pembagian urusan pemerintahan bidang kesehatan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota - [PERATURAN]

0 4 2

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Kota di Dinas Kesehatan Kota Medan

0 3 88

Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Kota padang di Bidang Kesehatan.

0 0 6

PERDA KABUPATEN OKU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TENTANG PBB

0 0 15

HUBUNGAN PERSEPSI KELUARGA TENTANG KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN MILIK PEMERINTAH DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KECAMATAN DEPOK SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PERSEPSI KELUARGA TENTANG KUALITAS PELAYANAN KES

0 0 19