5.4. Anggaran dan Pencapaian Program Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan anggaran untuk pelaksanaan program kesehatan di Puskesmas Kota Pematangsiantar KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Promosi
Kesehatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan Dasar belum mencapai target yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal
SPM bidang kesehatan, bahkan berapa pencapaian program masih jauh dari SPM. SPM merupakan acuan secara nasional dalam menentukan target pencapaian
program kesehatan, dan perlu disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan wilayah atau daerah masing-masing yang disusun dalam Sistem Kesehatan Daerah SKD
serta ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah Perda. Kondisi di Kota Pematangsiantar, sampai saat penelitian ini belum disusun Sistem Kesehatan Daerah,
sehingga dalam belum ada rencana kerja secara spesifik untuk jangka menengah maupun rencana kerja tahunan. Demikian juga dalam menetapkan target pencapaian
program kesehatan masih mengacu kepada SPM nasional Secara triangulasi analyze sumber berdasarkan persepsi pemerintah daerah
serta triangulasi metode yang didukung data kinerja dari masing-masing program kesehatan di puskesmas menunjukkan belum tercapainya kinerja program kesehatan
akibat dari anggaran pelaksanaan program kesehatan belum sesuai dengan butuhan program yang telah direncanakan.
Persepsi pemerintah daerah tentang pentingnya kesehatan secara umum mendukung peningkatan alokasi anggaran kesehatan dalam APBD, namun
kendalanya adalah keterbatasan keuangan daerah dalam menganggarkan biaya
Universitas Sumatera Utara
kesehatan sesuai dengan kebutuhan program kesehatan yang telah direncanakan. Menghadapi keterbatasan ini, Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar harus
melakukan skala prioritas dalam pelaksanaan program kesehatan. Mengacu kepada Kajian Pengeluaran Publik Indonesia Untuk Sektor
Kesehatan 2008, bahwa analisis terhadap efisiensi teknis dari program kesehatan di tingkat daerah dapat memberikan pemahaman yang berharga, yang memungkinkan
identifikasi awal tentang daerah-daerah yang efisien dan mungkin menghasilkan penjelasan tentang variasi dalam pencapaian keluaran di seluruh kabupaten. Namun,
sejak desentralisasi, kabupatenkota merupakan unit yang bertanggung jawab atas sebagian besar penyediaan layanan kesehatan dan oleh karena itu penting untuk
membedakan antara gagasan tentang efisiensi biaya dan konsep efisiensi teknis. Pencapaian program terkait keberadaan sumber daya manusia di sektor
kesehatan yang mampu melaksanakan tugas dan fungsinya yang mengacu kepada tercapainya mutu pelayanan, kemampuan bekerja sesuai standar operasional secara
klinis, serta memberikan kepuasan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan keshatan. Oleh karena itu telaah tentang SDM dalam pelayanan kesehatan harus
memenuhi aspek kuantitatif jumlah maupun aspek kualitatif kemampuan dan kompetensi
Pencapaian program KIA terkait dengan jumlah tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan KIA, khususnya bidan desa dan bidan puskesmas. Program
KIA akan mencapai target yang ditetapkan apabila dalam pelayanan program KIA Pelayanan Antenatal, Pertolongan Persalinan, Deteksi Dini Risiko
Universitas Sumatera Utara
TinggiKomplikasi Kebidanan, Penanganan Komplikasi Kebidanan, dan Pelayanan Neonatal dan Ibu Nifas dilakukan dengan pedoman kerja sebagai standar operasional
secara klinis di pelayanan KIA. Pencapaian program gizi puskesmas, sangat erat dengan cakupan pelayanan di
posyandu dengan indikator utama adalah persentase bayibalita yang naik berat badannya. Dalam pelayanan gizi kualitas bahan makanan tambahan yang diberikan
kepada bayibalita juga penting diperhatikan kandungan gizinya sehingga sesuai dengan kebutuhan, serta keamanan dari kotaminasi bahan yang bersifat toksin pada
tubuh bayibalita. Program kesehatan lingkungan sangat terkait dengan kemampuan petugas
kesehatan lingkungan secara teliti dan cermat, hal ini penting mengingat salah satu program pokok kesehatan lingkungan adalah melakukan pemeriksaan jentik nyamuk
di pemukiman masyarakat. Di samping itu juga perlu diperhatikan kualitas peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan jentik.
Program PHBS sebagai program pokok promosi kesehatan di puskesmas, sebagian besar dilakukan dengan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat. Oleh
karena itu keberhasilan program ini sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan petugas promosi kesehatan dalam melakukan penyuluhan dan pemberdayaan
masyarakat dengan metode yang tepat. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dengan pelayanan
vaksinasi atau imunisasi sangat penting memperhatikan kualitas vaksin mulai dari tahap penyimpanan, penyiapan, pelaksanaan imunisasi serta pemantauan atau
Universitas Sumatera Utara
evaluasi kegiatan imunisasi. Penyimpanan vaksin harus dilakukan secara standar sesuai dengan konsep cold chain pada alat pendingin yang sesuai, selanjutnya
pemberian imunisasi harus sesuai dengan standar prosedur klinis dalam pemberianpenyuntikan vaksin. Di samping itu perlu dilakukan pemantauan atau
evaluasi setelah pemberian imunisasi, apakah ada kasus yang dikategorikan akibat imunisasi.
Pencapaian pelayanan kesehatan dasar dengan menggunakan indikator persentase masyarakat di wilayah kerja puskesmas yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan di puskesmas, sangat terkait dengan keberadaan puskesmas di masyarakat, baik dari aspek fisik gedung puskesmas, peralatan dan fasilitas pendukung lainnya
maupun kualitas pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan di puskesmas. Menurut Tandon 2006, efisiensi dinilai melalui estimasi batas fungsi
produksi keluaran maksimal yang dipantau untuk semua tingkat masukan yang tersedia. Pencapaian sistem kesehatan diukur dalam kaitannya dengan sebuah indeks
output yang menggabungkan pencapaian dalam hasil dari sistem kesehatan. Indeks tersebut didasarkan pada serangkaian indikator yang mengukur keberhasilan program
kesehatan di tingkat puskesmas. Hasil kajian World Bank 2007, serta Gottret dan Schieber 2006,
menunjukkan kepentingan kebijakan dan institusi yang baik untuk pengeluaran di sektor kesehatan mempengaruhi hasil dari program kesehatan yang dilakukan. Kaitan
teoritis antara kenaikan pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan dan capaian kesehatan yang membaik merupakan hal yang rumit karena beberapa alasan.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, kenaikan dalam pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan dapat berakibat penurunan dalam pengeluaran swasta untuk sektor kesehatan. Kedua,
tambahan pengeluaran pemerintah dapat dilakukan secara tidak efektif misalnya, pengeluaran-pengeluaran yang dialokasikan untuk peralatan teknologi mutakhir atau
rumah sakit yang maju mungkin memiliki pengaruh kecil pada kesehatan masyarakat apabila indikator morbiditas memperlihatkan kebutuhan untuk meningkatkan sumber
daya untuk perawatan primer. Ketiga, meskipun dana ekstra diberikan secara tepat, manfaat dana-dana tersebut mungkin kecil apabila tidak ada layanan-layanan
pelengkap, baik di dalam maupun di luar sektor kesehatan, misalnya jalan-jalan atau layanan transportasi ke rumah-rumah sakit dan klinik-klinik serta akses yang mudah
terhadap air dan sanitasi Wagsta, dkk, 2002. Pengeluaran dapat meningkatkan capaian di bidang kesehatan tetapi penting
pula untuk meningkatkan mutu pembuatan kebijakan kesehatan dan institusi-institusi kesehatan. Sebagai perbandingan adalah penelitian Wagsta, dkk, 2002 yang
mencakup 57 negara, berkesimpulan bahwa mutu kebijakan dan institusi berdasarkan Indeks Penilaian Kebijakan Negara dan Kelembagaan CPIA sangat mempengaruhi
dampak pengeluaran yang meningkat pada hasil-hasil di bidang kesehatan. Untuk negara-negara dengan skor 1 atau 2, peningkatan dalam capaian-capaian kesehatan
tidak signifikan. Untuk negara-negara seperti Indonesia dengan skor 3,6, meningkatkan anggaran kesehatan sebesar 10 persen dapat menurunkan MMR
sebesar 7. Dukungan lebih lanjut untuk meningkatkan: 1 alokasi pengeluaran; 2 penentuan sasaran geografis, proyek, populasi dan kemacetan, serta;
Universitas Sumatera Utara
3 pertanggung jawaban penyedia, akan meningkatkan efisiensi pengeluaran, suatu langkah pertama yang perlu yang memungkinkan pengeluaran untuk benar-benar
mempengaruhi pencapaian program. Konsep pembangunan kesehatan di Kota Pematangsiantar dapat mengacu
kepada salah satu visi pembangunan yang dikembangkan Gubernur Sumatera Utara yaitu rakyat tidak sakit, serta paradigma baru tentang kesehatan yang dinyatakan
dengan semboyan dari Presiden ”sehat itu gratis dan sehat itu indah”, yaitu apabila masyarakat sadar untuk menjaga kesehatan sehingga tidak mudah jatuh sakit, karena
apabila sakit pasti akan memerlukan biaya yang mahal untuk pengobatan. Visi dan paradigma tersebut akan dapat tercapai apabila program pembangunan kesehatan di
bidang promosi dengan melakukan penyuluhan tentang pencegahan penyakit.
5.5. Keterbatasan Penelitian