suatu lembaga yang mempunyai surat ijin usaha, mengolah tembakau dan mempunyai modal yang cukup, tidak melakukan pembinaan kepada petani,
mempunyai kebebasan membeli tanpa ikatan baik jumlah, kualitas, maupun harga. Biasanya melakukan pembelian lebih awal dan sangat berpengaruh dalam
pembentukan harga local pasaran tembakau.
Gambar 4.2 Aktivitas Penjualan Tembakau Kasturi di Gudang Pembelian Konsumen akhir tembakau kasturi pada penelitian ini adalah gudang
pembelian perusahaan rokok. Data pemasaran hanya sampai pada lembaga pemasaran pedagang pengumpul. Gudang pembelian dalam saluran pemasaran
tembakau kasturi yaitu gudang PT. Djarum, PT. Gudang Garam, dan Pandu Sata Utama. Semua gudang pembelian membeli tembakau kasturi baik dari petani,
blandang, dan juga pedagang pengumpul. Tidak adanya ikatan antara petani dan pedagang membuat petani dapat melakukan penjualan kepada pedagang siapa
saja. Petani yang menjual langsung tembakau kasturi ke gudang pembelian umumnya pernah menjalin kerjasama dan mengenal pihak gudang serta
mempunyai kartu anggota atau ikut keanggotaan dari gudang pembelian tembakau.
Petani menjual tembakau kasturi dalam bentuk yang beragam, antara lain secara tebasan menjual tanaman di lahan, kerosok setengah kering ngotok,
dan untingan. Petani yang menjual secara tebasan adalah petani yang menjual tanaman tembakau kasturi dengan cara ditebas dihargai pedagang pohon
tembakaunya di lahan. Petani yang menjual tembakau secara kerosok adalah petani yang telah melakukan proses pemanenan dan pengeringan selama 2-3 hari
kemudian langsung dijual ke pedagang. Petani yang menjual secara untingan
adalah petani yang melakukan proses lanjut dari proses kerosok sampai tembakau kering dan menyortasi tembakau dari kualitas jelek sampai bagus kemudian
dibangkel proses pengepakan sebelum dijual ke pedagang atau gudang. Pedagang atau blandang yang membeli tembakau secara tebasan dan kerosok
mengeluarkan biaya yang lebih karena perlu dilakukan proses lanjut sampai tembakau siap untuk dijual ke gudang, selain biaya transportasi yaitu biaya
pemanenan, biaya pengeringan, biaya sortasi dan pengepakan.
Gambar 4.3 Proses Pengeringan dan Sortasi Tembakau Kasturi Petani menjual tembakau secara tebasan dijual dengan di taksir perpohon
oleh pedagang, petani yang menjual tembakau secara kerosok dan untingan dijual persatuan berat baik oleh pedagang maupun gudang. Petani menjual secara
tebasan kareana kualitas tembakau yang dihasilkan jelek, terbentur kepentingan tertentu, atau ingin cepat mendapatkan keuntungan sehingga petani tidak
melakukan proses lanjut saat panen tembakau tiba. Petani menjual tembakau kerosok juga memiliki alasan yang sama dengan petani yang menjual tembakau
secara tebasan, alasan lain karena petani sudah turun – temurun menjual kepada
pedagang dan juga tidak ada kemampuan untuk menyortasi tembakau sehingga membuat petani malas untuk melakukan sortasi tembakau. Penentuan harga
tembakau baik oleh pedagang maupun gudang berdasarkan kualitas dan jenis tembakau kasturi yang dijual.
60
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pendapatan Petani Tembakau Desa Sumberpinang Menjual Tembakau Kasturi secara Tebasan, Tembakau Setengah Kering, dan Tembakau
Untingan
Pendapatan petani tembakau kasturi diperoleh dari total penerimaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan selama melakukan usahatani tembakau
kasturi. Biaya yang dikeluarkan selama melakukan usahatani tembakau kasturi diantaranya, biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang dikeluarkan
terdiri dari biaya pada masa produksi biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat –
obatan, biaya sesudah panen biaya sujen dan biaya bangkel pengepakan, biaya tenaga kerja pada masa produksi pengolahan tanah, pembuatan got, pemanenan,
penyiraman, penyiangandangir, pemupukan dan penyemprotan, biaya tenaga kerja masa panen pemetikan, pengeringan, sortasi, dan pengepakan. Biaya tetap
terdiri dari biaya sewa lahan pajak lahan, biaya pengairan, dan biaya penyusutan alat yang dipakai baik dalam masa produksi maupun masa panen.
Bibit yang digunakan disesuaikan dengan luas lahan yang digunakan untuk berusahatani tembakau kasturi. Semakin luas lahan yang digunakan maka semakin
banyak pula bibit yang digunakan. Bibit yang digunakan petani rata – rata 15.000
bibit setiap hektar lahan yang digunakan. Jumlah bibit tersebut telah termasuk bibit untuk sulaman jika ada tanaman tembakau yang mati sebelum mencapai
umur tembakau yang produktif. Biaya pupuk merupakan biaya keseluruhan dari pupuk yang digunakan
selama melakukan usahatani tembakau kasturi. Pupuk yang digunakan petani di Desa Sumberpinang yaitu Urea, ZA, KNO3, TSP, dan pupuk lain berupa SP36,
Phoska, ZK, mutiara. Petani juga menggunakan pupuk untuk merangsang pertumbuhan daun sehingga daun yang dihasilkan baik.
Petani menggunakan obat – obatan dalam pemeliharaan tanaman tembakau
kasturi. Obat – obatan yang dipakai yaitu pestisida dan fungisida dengan merek –
merek obat yang beragam seperti desis, drosban, lanit, bamek, gron, phastak, agrep, canon, vertigol, dan ridomil. Biaya obat
– obatan merupakan biaya yang
dipakai oleh petani dalam membeli obat – obatan untuk memberantas hama
penyakit yang menyerang tanaman tembakau kasturi. Jumlah obat – obatan yang
dipakai disesuaikan dengan penyakit atau hama yang menyerang tanaman tembakau.
Biaya produksi merupakan jumlah biaya variabel dan biaya tetap selama melakukan usahatani tembakau kasturi. Biaya variabel yang paling banyak
digunakan yaitu biaya untuk tenaga kerja pada saat masa produksi dan masa panen. Petani membutuhkan tenaga kerja pada masa produksi hampir sama
dengan tenaga kerja pada saat masa panen. Kebutuhan tenaga kerja yang banyak menyebabkan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani juga semakin besar.
biaya tetap mempengaruhi biaya produksi petani yaitu biaya sewa lahan. Biaya sewa lahan yang berbeda
– beda pada setiap daerah di Desa Sumberpinang mengakibatkan biaya tetap yang dikeluarkan berbeda
– beda pula tergantung letak lahan dan kemudahan akses irigasi. Biaya sewa lahan di Desa Sumberpinang rata
– rata mencapai Rp 8.000.000ha per tahun. Pendapatan merupakan hasil pengurangan dari penerimaan dengan biaya
produksi. Perbedaan pendapatan pada berbagai jenis penjualan disebabkan adanya perlakuan yang berbeda pada saat masa panen. Penjualan tembakau secara
tebasan, petani menjual tembakau pada pedagang saat masih di lahan belum dipanendipetik. Sedangkan petani yang menjual tembakau setengah kering,
dilakukan proses pasca panen hanya sampai pada penjemuran tembakau sampai kering sehingga tidak dilakukan proses lebih lanjut seperti sortasi. Alasan petani
menjual tembakau setengah kering selain karena membutuhkan waktu yang lama dalam proses penjemuran adalah masih banyak petani yang tidak memiliki
pengetahuan untuk menyortasi tembakau berdasarkan kualitas yang ada sehingga harga tembakau petani merupakan hasil kesepakatan antara petani dengan
pedagang dengan harga yang jauh lebih murah daripada jika petani melakukan proses untingan dan menjual tembakau ke gudang.
Pendapatan yang diterima petani berbeda – beda pada berbagai jenis
penjualan karena petani melakukan proses pasca panen atau tidak juga menentukan harga yang ditawarkan pedagang maupun gudang dalam membeli