Efektifitas ABR - AF Media Zeolit Kombinasi ABR-AF yang Paling Efektif Dalam Menurunkan Kadar COD

63 terjadi pada masing-masing media semakin besar juga tingkat efektifitasnya. Penurunan kadar COD menunjukkan bahwa mikroorganisme telah bekerja sehingga proses dapat berlangsung karena dapat mendegradasimenyisihkan senyawa-seenyawa organik dalam limbah cair. Hasil analisis sttatistik untuk uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Sminorv dengan nilai One-Sample Kolmogorov-Sminorv Test diketahui nilai p = 0,142 α 0,05 maka data berdistribusi normal. Perbedaan rata-rata kadar COD pada sampel sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan kombinasi ABR - AF media kerikil, arang tempurung kelapa dan zeolit dianalisis menggunakan uji Paired t Test dengan signifikansi α = 0,05. Diketahui nilai p = 0,000 untuk kadar COD sebelum dan sesudah perlakuan dengan kombinasi ABR - AF media kerikil, arang tempurung kelapa dan zeolit. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar COD sebelum dan setelah perlakuan. Uji beda dilakukan dengan menggunakan uji One Way Anova. Uji anova dengan signifikasi hasil uji Test of Homogenity of Variance diperoleh nilai p = 0,892 0,05 artinya varian sama. Dengan demikian, uji One Way Anova terpenuhi. Hasil uji Anova diketahui nilai p-value sebesar 0,00. Nilai p-value 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan kadar COD sesudah mengalami perlakuan . Uji LSD diketahui perlakuan yang memiliki beda rata-rata adalah perbandingan antara ABR - AF media arang tepurung kelapa dengan kerikil dan zeolit dengan p-value 0,000, kerikil dan zeolit dengan p-value 0,616 dan 64 sebaliknya. Dari uji tesebut dapat diketahui perbedaan yang signifikan antar perlakuan yaitu pada ABR - AF media arang tempurung kelapa. Hal tersebut sesuai dengan nilai efektifitas yang mencapai 64,92. Nilai tersebut lebih tinggi dari nilai efektifitas ABR -AF media zeolit 45,72 dan ABR - AF kerikil 44,20. 65

BAB VI PEMBAHASAN

6. 1. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan sebatas pengaruh variasi media filter dalam menurunkan kadar COD. Ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi penurunan kadar COD seperti waktu tinggal harian, konsentrasi substrat tidak diteliti. 2. Waktu penelitian yang singkat membuat hasil penurunan kadar COD kurang maksimal.

6.2. Kadar COD Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Hasil pengukuran kadar COD sebelum dan setelah pada masing-masing perlakuan dapat diketahui bahwa kadar COD pada sampel sebelum perlakuan adalah 1.926,73 - 2.250,87 mgL. Kadar COD setelah perlakuan menggunakan kombinasi ABR-AF media kerikil berkisar antara 1.086,52 – 1.178,13 mgL, media arang tempurung kelapa 664,22 – 873,93 mgL dan 1.023,31 – 1.239,92 mgL untuk media zeolit. Penurunan kadar COD tersebut menunjukkan bahwa terjadi penguraian zat organik oleh mikroba anaerob. Dari tabel 3 diketahui terjadi perubahan kadar COD sebelum dan sesudah perlakuan. perubahan kadar COD pada masing- masing media cenderung sama yaitu masih terjadinya naik-turun kadar COD pada setiap replikasi. Kadar COD pada media kerikil mengalami penurunan pada 66 replikasi 1 dan 3 dan naik pada replikasi 2, 4 dan 5, media zeolit menurun pada replikasi 1, 3 dan 5 dan naik pada replikasi 2 dan 4 sedangkan pada media arang tempurung kelapa kadar COD menurun hampir pada setiap replikasi kecuali pada replikasi ke-4. Ahmad 2011 menyatakan mekanisme pengolahan limbah secara anaerobik pada kombinasi ABR - AF terjadi dalam dua pola pertumbuhan mikroorganisme yaitu pola pertumbuhan tersuspensi dan pola pertumbuhan melekat. Tahap pertama adalah pertumbuhan tersuspensi pada bagian ini terdapat sekat yang berfungsi untuk memperlambat substrat melewati bagian ini yang kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan melekat dengan media kerikil, arang tempurung kelapa, dan zeolit. Sistem pertumbuhan melekat berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembang diatas media pendukung dengan membentuk lapisan film. Ketidakstabilan penurunan kadar COD pada masing-masing media dan replikasinya diduga banyak mikroorganisme yang tumbuh dan melekat pada media. Menurt MetCalf dan Eddy 2003 proses degradasi anaerob bahan organik kompleks selain ditentukan oleh mikroorganisme yang berperan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu waktu tinggal yang merupakan periode waktu rata-rata penahanan cairan didalam sistem. Semakin tinggi waktu tinggal, cairan semakin lama berada didalam sistem, akibatnya waktu kontak antara limbah dengan mikroorganisme semakin lama. Pada penelitian ini waktu tinggal yang digunakan yaitu 1 hari 24 jam, Indriyani 2010 menyatakan waktu tinggal minimal pada proses anaerob yaitu 8 jam, dari 67 pernyataan tersebut dan berpacu pada waktu pembuangan limbah PT XXX yaitu 24 jam dari limbah yang tertampung maka dengan waktu tinggal 24 jam diharapkan proses degradasi biologis anaerob berlangsung semakin baik. Faktor lainnya yang mempengaruhi kinerja reaktor yaitu besarnya konsentrasi zat organik limbah cair. Berdasarkan tabel 3 kenaikan kadar COD pada setiap media terlihat pada replikasi ke-4. Hal tersebut disebabkan adanya penambahan limbah cair pada bak pengumpul sehingga konsentrasi zat organik bertambah. Semakin kecil konsentrasi zat organik semakin besar nilai penurunanya. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Husin 2008 dengan variasi konsentrrasi zat organik pada limbah tahu menggunakan media kerikil didapatkan penurunan kadar COD dalam persentase pada konsentrasi COD 3.000 dan 2.000 mgL yaitu 41,09 dan 56,88 . Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi COD dalam influen semakin besar zat organik yang terkandung dalam aliran limbah cair, dengan demikian beban organik yang harus diuraikan oleh mikroba juga semakin besar. Suatu sistem pegolahan limbah cair dengan biakan melekat biofilter, proses degradasi zat organik secara biologis sebagian besar berlangsung pada antar-muka biofilter denga limbah cair dan sebagian kecil lagi didalam badan biofilter tersebut MetCalf Eddy, 2003. Berdasarkan hal tersebut, diduga bahwa dalam sistem biofilter jumlah mikroorganisme pengurai yang aktif juga terbatas karena yang berperan dalam degradasi zat organik hanya lapisan atas saja, dengan demikian kemampuan mendegradasi zat organik pun terbatas. 68 Penurunan kadar COD diakibatkan oleh aktifitas mikroorganisme penguraian zat organik dan daya adsorpsi dari ketiga media tersebut. Penguraian zat organik komplek di urai oleh beberapa mikrooganisme anaerobik menjadi senyawa organik yang lebih sederhana sehingga dapat larut dan diserap oleh media. Kumpulan mikroorganisme, terlibat dalam transformasi senyawa oragnik komplek menjadi metan, lebih jauh lagi, terdapat interaksi sinergis antara bermacam-macam kelompok bakteri yang berperan dalam pengurain limbah. keseluruhan reaksi dapat digambarkan sebagai berikut Polprasert, 1983: Senyawa Organik --- CH 4 + CO 2 + H 2 + NH 3 + H 2 S Pada awal pelekatannya, bakteri tertarik pada permukaan, namun tidak langsung melekat erat dan bakteri melakukan gerak Brown acak serta dapat lepas kembali. Setelah menyesuaikan diri dengan permukaan, bakteri selanjutnya melekat erat pada permukaan. Kecepatan pelekatan bakteri berbeda-beda tergantung pada struktur dan daya rekatnya. Beberapa bakteri seperti substansi polimer ekstrasellular dan fimbriae memiliki struktur dan daya rekat yang kuat, sehingga dengan cepat akan melekat pada permukaan media. Tetapi ada juga bakteri yang membutuhkan waktu kontak yang lama agar dapat melekat erat pada permukaan media Marshall, 1992. 6.3 Efektifitas 6.3.1 Efektifitas ABR - AF Media Kerikil Hasil pengamatan pada 4 menunjukkan bahwa terjadi rata-rata penurunan kadar COD pada perlakuan menggunakan kombinasi ABR-AF