35
BAB III
Kemenangan Muhammad Mursi dalam Pemilu Presiden Mesir Tahun 2012
A. Peran Ikhwanul Muslimin dalam Politik Mesir
Ikhwanul Muslimin merupakan organisasi gerakan Islam modern abad ke- 20 yang didirikan di Mesir pada tahun 1928.
73
Organisasi ini terbentuk dengan dilatarbelakangi oleh persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat muslim
Mesir dan dunia Islam. Kemunduran dan keterbelakangan umat Islam dibandingkan dengan negara-negara Barat merupakan faktor utama penggerak
organisasi Islam ini. Untuk mengatasi hal ini, maka Ikhwanul Muslimin bersepakat bahwa umat Islam harus kembali kepada sumber asli ajaran umat
Islam yaitu Al- Qur‟an dan Sunnah Rasullulah.
74
Organisasi Ikhwanul Muslimin berbeda dengan gerakan salafiyah, gerakan ini lebih banyak terlibat dalam bidang pendidikan, politik dan pelayanan sosial.
Hal ini bertujuan agar dapat menjangkau publik Mesir yang lebih luas.
75
Dengan melakukan pendekatan seperti itu, Ikhwanul Muslimin dapat mempengaruhi
masyarakat Muslim Mesir melalui ideologi gerakannya.
73
Mochtar Efendi, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Palembang: Universitas Sriwijaya, 2001, hal. 418.
74
Harun Nasution, Eds, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992, hal. 411, Anggaran Dasar Ikhwan al-Muslimin, pasal II ayat F.
75
Taufik Abdullah Eds, Ensiklopedi Tematis Hukum Islam, Dinamika Masa Kini, Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, t.th., hal. 87.
36
Ikhwanul Muslimin menjadikan Islam sebagai jalan dan sistem yang komprehensif
76
dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan maupun yang berkaitan
dengan hubungan sesama manusia seperti; sosial, ekonomi, budaya, politik dan lainnya. Bahkan Islam tidak mengabaikan gerakan lain yang hanya
memperhatikan politik namun mengabaikan agama, atau kelompok tarekat yang hanya memperhatikan soal spiritual namun mengabaikan kehidupan sosial politik.
Ikhwanul Muslimin yang juga merupakan kekuatan politik di Mesir ikut dalam dalam pemilihan di negeri itu. Partisipasi pertama kali dilakukan pada
tahun 1940-an, kemudian berpartisipasi kembali dalam politik umum Mesir dengan strategi yang berbeda pada tahun 1984 yaitu melakukan aliansi dengan
partai lain, hal ini dilakukan karena adanya larangan untuk mengikuti Pemilu bagi partai berbasis keagamaan. Maka saat pemilihan anggota parlemen 1984
Ikhwanul Muslimin beraliansi dengan partai Wafd, sebuah partai oposisi sekuler di Mesir. Selanjutnya tahun 1987 bersekutu dengan Partai Liberal yang juga
beraliran sekuler dan berorientasi pada pengurangan dalam kehidupan politik dan perluasan kebebasan politik. Dan juga dengan Partai Buruh Sosialis yang sekuler
berlatar belakang ideolodi Naserisme yang berorientasi pada peningkatan peran negara dalam kehidupan ekonomi.
77
Partisipasi Ikhwanul Muslimin dalam politik pemilihan umum terlepas dari ciri-ciri internal gerakan, seperti terlihat pada ideologi dan struktur
76
Yusuf Qardhwi, Menyatukan Pikiran para Pejuang Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1993, hal. 63.
77
Ghadbian, Najib, Democratization and Islamist Challenge in the Arab World, Boulder Co: Westview Press,1997, hal. 93-94.
37
organisasinya. Hal ini menunjukkan bahwa Ikwanul Muslimin dan kelompok Islam lainnya dapat berpartisipasi dalam politik sesuai dengan prosedur demokrasi
yang ada. Dengan cara ini, gerakan sosial Islam dapat memberikan sumbangsih pada perkembangan lembaga demokrasi di lingkungannya.
78
Pada Pemilu parlemen tahun 2000, Ikhwanul Muslimin memperoleh 17 kursi melalui jalur independen, dan pada Pemilu 2005 jumlah tersebut meningkat
signifikan menjadi 99 kursi 20 persen.
79
Selanjutnya, pasca terjadinya revolusi Mesir yang menumbangkan Presiden Husni Mubarak pada tahun 2011, Mesir
kembali menyelenggarakan pemilihan umum. Freedom and Justice Party FJP yang didirikan oleh Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam pemilihan umum
Parlemen Mesir dan berhasil memenangkan Pemilu Parlemen dan Presiden Mesir yang mengantarkan Muhammed Mursi berkuasa di Mesir.
B. Peran Militer dalam Politik Mesir