Bilangan Iod HASIL DAN PEMBAHASAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lemak dalam pembuluh darah aorta sehingga menimbulkan gejala aterosklerosis Ketaren, 1986; Muchtadi, 1989.

4.7 Bilangan Iod

Derajat ketidakjenuhan asam lemak yang menyusun minyak dapat ditentukan berdasarkan reaksi adisi antara asam lemak dengan iodin Kusnandar, 2010. Pengamatan bilangan iod dilakukan dengan metode Wijs Ketaren, 1986 dimana ion iod ditambahkan secara berlebih dan dipergunakan sebagai sebuah agen pereduksi iodometri, selanjutnya kelebihan dari ion iodin ditambahkan kedalam agen pengoksidasi yang sedang ditentukan, selanjutnya I 2 akan mengadisi ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat Day dan Underwood, 1981 sehingga iod yang diabsorpsi oleh minyak dapat diketahui jumlahnya Muchtadi, 1989. Sebelum menggunakan natrium tiosulfat, dilakukan pembakuan natrium tiosulfat, dikarenakan larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu yang lama Day dan Underwood, 1981. Pada pembakuan natrium tiosulfat digunakan senyawa kalium dikromat sebagai baku primer, hal ini dikarenakan kalium dikromat mempunyai berat ekivalen cukup tinggi, tidak higroskopik, dan merupakan senyawa yang stabil dalam bentuk padatan maupun larutan. Hasil pembakuan natrium tiosulfat diperoleh kadar 0,1030 N dengan pengulangan titrasi iodometri sebanyak 3 kali. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.6 Hasil Uji Bilangan Iod Bilangan iod IV ditentukan untuk mengukur jumlah asam lemak tidak jenuh pada minyak dan lemakTalpur et al., 2009. Dengan semakin lama penggunaan minyak goreng akan semakin kecil bilangan iod-nya. Hasil analisa bilangan iod minyak goreng satu jam pemakaian sebesar 20,41 gI 2 100g dan minyak goreng dua jam pemakaian sebesar 18,06gI 2 100g, minyak goreng satu jam pemakaian dengan minyak goreng dua jam pemakaian selisih perbedaan yaitu 2,35gI 2 100g. Sedangkan hasil analisa pada sampel minyak goreng uji bilangan iod terendah pada pedagang gorengan onde-onde yakni 7,03 gI 2 100g sedangkan bilangan iod tertinggi pada pedagang gorengan cireng yaitu 14,82gI 2 100g. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa sampel minyak goreng uji terjadi penurunan dari syarat AOAC Internasional di ma na kadar bilangan iod minimal ≤50 gI 2 100g. Penurunan bilangan iod ini disebabkan karena adanya dekompisisi pada minyak goreng dan pemutusan ikatan rangkap yang ada melalui degradasi hidroperoksida membentuk produk sekunder berupa asam karboksilat, karbonil dan senyawa hasil degradasi yang lain Farida et al., 2006. Hasil pengamatan diatas sejalan dengan penelitian Andarwulan et al., 1997 yang menunjukkan bahwa penurunan bilangan iod sangat nyata terhadap lama penggorengan. No Nama Sample Hasil gI 2 100g Syarat AOAC Internasional 1 Blanko Miyak Goreng Sania 2 Sample ±1 jam pakai sania 20,41 3 Sample ±2 jam Sania 18,06 4 Pedagang Jamur Goreng 10,94 5 Pedagang Onde-Onde 7,501 6 Pedagang Aneka Gorengan Simpang Kampus II 15,16 ≤50 gI 2 100g 7 Pedagang Cireng Fathullah 15,81 8 Pedagang Aneka Gorengan Samping Kampus II 14,27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pembentukan asam lemak jenuh pada minyak goreng akan ikut terkonsumsi di dalam tubuh menghasilkan asetil KoA yang dapat disintesa menjadi kolesterol, meningkatnya kolesterol dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterosklerosis, bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapatmenjadi salah satu pemicu terjadinya penyakit kardiovaskular atau jantung koroner Sediaoetama, 2008; Almatsier, 2009. Pedagang Jamur Goreng Pedagang Onde-Onde Pedagang Aneka Gorengan Simpang Kampus II Pedagang Cireng Fathullah Pedagang Aneka Gorengan Samping Kampus II 10,94 8 15,16 15,81 14,27 Bilangan Iod gI2100g Gambar 4.8 Grafik Bilangan Iod Pedagang Gorengan gI 100g UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.7 Hasil Uji Kadar Kadmium Cd

4.8 Cemaran Logam