Uji Validitas dan Realibilitas Uji Asumsi Klasik

51 masalah atau peluang bagi majanemen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam hal ini untuk menganalisis hubungan atribut produk dan bauran promosi terhadap minat beli. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala ini meminta responden untuk menunjukkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap serangkaian pernyataan tentang suatu obyek. Skala Likert banyak digunakan dalam riset-riset pemasaran yang menggunakan metode survei dan dapat dikategorikan sebagai skala interval Istijanto, 2009:90. Tabel 3.1 Skala Likert Sangat set uju Set uju Ragu Tidak Set uju Sangat Tidak Set uju 5 4 3 2 1 Sumber : Istijanto, Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, 2009, hal. 90

1. Uji Validitas dan Realibilitas

a. Uji Validitas Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kemampuan alat tersebut untuk mengukur objek yang diukur dengan cermat dan tepat Suliyanto, 2005:40. 52 Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur benar-benar mampu mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Uji validitas terhadap instrumen dilakukan agar penelitian ini. Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur untuk melakukan fungsi ukurnya. Validitas juga menggambarkan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan suatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran, yang dilakukan dengan instrumen tersebut. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation dari r- tabel. b. Uji Realibilitas Realibilitas adalah teknik untuk mengetahui konsistensi alat ukur kuesioner. Besarnya realibilitas alat ukur yang telah diujikan menunjukkan sejauh mana tingkat kepercayaan atau kehandalan alat ukur dalam mengukur subjek penelitian Wahyu Agung, 2010:95. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha dari 0,60 Bhuono Agung, 2005:72. 53

2. Uji Asumsi Klasik

Model regresi berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu Multikolinearitas, Autokorelasi, dan Heteroskesdastisitas Agung Bhuono, 2005:57. a. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga Duwi Priyatno, 2009:152. Ada beberapa metode uji multikolinearitas, yaitu: a Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual r 2 dengan nilai determinasi secara serentak R 2 . b Dengan melihat nilai tolerance dan inflation factor VIF pada model regresi. 54 b. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disebut menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson DW test. Model regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Dubin-Watson berkisar 1,55 sampai 2,46 untuk n 15. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Analisis Regresi Berganda