2.3.1 Kepemilikan Saham Asing dan Pengungkapan Corporate Social
Responsibility CSR
Penerapan Corporate Social Responsibility CSR di Indonesia dapat diindikasikan sebagai akibat peningkatan nilai perusahaan asing di dalam
operasional perusahaan. Perusahaan berbasis asing memiliki teknologi yang cukup, skill karyawan yang baik, jaringan informasi luas, sehingga
memungkinkan melakukan disclosure secara luas. Perusahaan dengan kepemilikan saham asing dianggap lebih concern dalam pengngkapan tanggung
jawab sosial. Dalam teori agensi menyatakan bahwa hubungan keagenan timbul ketika
salah satu pihak prinsipal menyewa pihak lain agen untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingannya yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas
pembuatan keputusan kepada agen. Yang dimaksud dengan prinsipal adalah pemegang saham atau investor, sedangkan yang dimaksud agen adalah
manajemen yang mengelola perusahaan. Maka pemegang saham asing harus mengetahui luas pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR.
Teori legitimasi diartikan sebagai sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah individu, dan
kelompok masyarakat. Oleh karena itu, untuk menjaga image perusahaan multinasional yang memiliki kepemilikan saham asing, perusahaan tersebut lebih
memperhatikan pengungkapan tanggung jawab sosial karena untuk menjaga legitimasi perusahaan. dengan kata lian, apabila perusahaan di Indonesia memiliki
kontrak dengan foreign stakeholder baik dalam ownership dan trade, maka
perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut
H
1
: kepemilikan saham asing berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR
2.3.2 Kepemilikan Saham Institusional dan Pengungkapan Corporate Social
Responsiblity CSR
Teori stakeholder menjelaskan pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR perusahaan sebagai cara untuk berkomunikasi dengan
stakeholder. Implikasinya adalah perusahaan akan secara sukarela melaksanakan Corporate Social Responsibility CSR, karena pelaksanaan Corporate Social
Responsibility CSR adalah bagian dari peran perusahaan ke stakeholder. Teori ini jika diterapkan akan mendorong perusahaan untuk mengungkapkan laporan
Corporate Social Responsibility CSR. Dalam hal ini institutional ownership dapat menekan perusahaan untuk
menyusun suatu laporan tahunan yang mengandung pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam penelitian Lusyiani 2010 menyatakan terdapat
pengaruh antara kepemilikan saham institusiona terhadap pengungkapan laporan Corporate Social Responsibility CSR belum banyak dilakukan. Maka
berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H
2
: kepemilikan saham institusional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengungkapan Corporate Sociak
Responsibility CSR 2.3.3 Kepemilikan Saham Manajemen dan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility CSR
Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal
ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan
manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer perusahaan akan mengungkapkan
informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut Gray et.Al.,1988
dalam Purnamasari, 2011. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka
manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri. Berdasarkan teori agensi, inti dari teori
ini adalah pemisahan fungsi antara kepemilikan perusahaan oleh investor dan pengendalian perusahaan oleh manajemen. Sebagai pemilik perusahaan,
pemegang saham ingin mengetahui semua informasi di perusahaan termasuk aktivitas aktivitas manajemen yang dapat memberikan nilai positif. Salah satu
tindakan manajemen yang dapat memberikan nilai positif yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan yang mengungkapkan tanggung jawab sosial
dapat meningkatkan image perusahaan dan menunjukkan kontribusi sosial, ekonomi, dan lingkungan pada masyarakat sekitar. Dengan demikian, semakin
besar persentasi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka semakin banyak pula informasi Corporate Social Responsibility CSR yang diungkapkan oleh
perusahaan dalam rangka meningkatkan image perusahaan. Maka dari tinjauan pustaka di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
H
3
: kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility CSR 2.3.4 Tipe Industri dan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility CSR
Para peneliti akuntansi sosial tertarik untuk menguji pengungkapan sosial pada berbagai perusahaan yang memiliki perbedaan karakteristik. Salah satu
perbedaan tersebut adalah tipe industri, yaitu industri yang high-profile dan industri yang low-profile. Perusahaan yang high-profile digambarkan sebagai
perusahaan yang mempunyai tingkat sensivitas yang tinggi terhadap lingkungan customer visibility, tingkat risiko politik yang tinggi atau tingkat kompetisi yang
ketat. Teori legitimasi memiliki alasan tentang hubungan ukuran perusahaan dan
pengungkapan. PerusahaaN yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak sehingga memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat,
memiliki lebih banyak pemegang saham yang punya perhatian terhadap program
sosial yang dilakukan perusahaan dan laporan tahunan merupakan alat yang efisien untuk mengkomunikasikan informasi ini Cowen et. Al.,1987 dalam
Pian, 2010. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
H
4
: tipe industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR
2.3.5 Profitabilitas dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility