yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang berbeda, antara lain:
pertama, mereka mewakili pemegang saham institusional. Kedua, mereka adalah tenaga-tenaga profesional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat
Umum Pemegang Saham RUPS. Ketiga, mereka duduk di jajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki saham.
Struktur kepemilikan manajerial dapat diukur sesuai dengan proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajerial, dapat dirumuskan:
����������� ���������� = �����ℎ ����������� ��ℎ�� ���ℎ ��ℎ�� ���������
�����ℎ ��ℎ�� ���� ������� × 100
2.1.2.4 Tipe Industri
Tipe industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu industri yang high-profile dan industri yang low-profile. Robert 1992 dalam Pian 2010 menggambarkan
industri yang high-profile sebagai perusahaan yang mempunyai tingkat sensivitas yang tinggi terhadap lingkungan consumer visibility, tingkat risiko politik yang
tinggi atau tingkat kompetisi yang ketat. Keadaan tersebut membuat perusahaan menjadi lebih mendapatkan sorotan oleh masyarakat luas mengenai aktivitas
perusahaannya. Industri yang low-profile adalah kebalikannya, sehingga tidak terlalu mendapat sorotan dari masyarakat luas mengenai aktivitas perusahaannya
meskipun dalam melakukan aktivitasnya tersebut perusahaan melakukan kesalahan atau kegagalan pada proses maupun hasil produksinya.
Tipe industri diukur dengan variabel dummy dimana high-profile akan diberi score 1 yaitu untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang:
perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi,
kesehatan, transportasi dan parawisata. Score 0 diberikan untuk perusahaan low- profile, yang meliputi bidang bangunan, keuangan dan perbankan, supplier
peralatan media, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal dan produk rumah tangga Silaen, 2011.
2.1.2.5 Profitabilitas
Menurut Sugiyarso dan Winarni 2005: 118 dalam Asmiran 2013 profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan
dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri, sehingga sasaran yang ingin dicapai adalah laba.
Manajemen yang sadar dan memperhatikan masalah sosial juga akan memajukan kemampuan yang diperlukan untuk menggerakkan kinerja keuangan
perusahaan. Konsekuensinya, perusahaan yang mempunyai respon sosial dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial seharusnya menyingkirkan seseorang
yang tidak merespon hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan variabel akuntansi seperti tingkat pengembalian investasi dan variabel pasar seperti
differential return harga saham Munawir, 2002. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan Return on
Equty ROE yang menunjukkan tingkat pengembalian modal sendiri. Secara umum semakin tinggi ROE, maka semakin baik. Adapun pengukurannya:
������ �� ������ = ��� ������ ����� �����
����� ������ × 100
2.1.2.6 Kinerja Lingkungan