hinterland dan perdesaan melalui beberapa mekanisme yaitu hirarki perkotaan dan perusahaan-perusahaan besar.
Namun demikian kegagalan teori pusat pertumbuhan karena trickle down effect dampak penetesan ke bawah dan spread effect dampak penyebaran tidak
terjadi yang diakibatkan karena aktivitas industri tidak mempunyai hubungan dengan basis sumberdaya di wilayah hinterland. Selain itu respon pertumbuhan di
pusat tidak cukup menjangkau wilayah hinterland karena hanya untuk melengkapi kepentingan hirarki kota Mercado, 2002.
II.6. Pengertian, Karakteristik, dan Tipologi Desa II.6.1. Pengertian dan Karakteristik Desa
Menurut UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Pasal I, yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Menurut UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Daerah, desa adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintah terendah, langsung
dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum tepat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Menurut C.S. Kansil, desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
II.6.1.1 Unsur-unsur Desa
Dalam pembentukan sebuah desa terdapat tiga unsur pokok, yaitu: a.
Daerahwilayah yang merupakan tempat tinggal dan tempat beraktivitas berupa tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas yang merupakan
lingkungan geografis. b.
Penduduk, adalah terkait dengan kualitas dan kuantitasnya, misalnya jumlah penduduk, pertambahan penduduk, persebaran penduduk dan mata
pencaharian penduduk. c.
Tata kehidupan atau aturan-aturan yang berhubungan langsung dengan keadaan masyarakat, pola tata pergaulan dan adat istiadat setempat.
II.6.1.2 Pengertian Masyarakat Desa dan Karakteristiknya
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya
berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan yang dimaksud dengan desa menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang
terdapat di situ suatu daerah dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Pendapat lainnya yaitu menurut Paul H. Landis, desa
adalah masyarakat yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan karakteristiknya sebagai berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan
jiwa
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c. Cara berusaha perekonomian umumnya adalah agraris yang sangat
dipengaruhi alam seperti; iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan
d. Diantara masyarakatnya mempunyai hubungan yang lebih mendalan
bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lain yang di luar batas-
batas wilayahnya.
e. Masyarakat tersebut sifatnya homogeny, seperti dalam hal mata
pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya.
f. Penduduk desa merupakan unit sosial dan unit kerja.
II.6.1.3 Kehidupan Sosial Masyarakat Pedesaan
Corak kehidupan masyarakat di desa dapat dikatakan masih homogeny dan pola interaksinya horizontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan.
Semua pasangan berinteraksi dianggap sebagai anggota keluarga. Serta hal yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosialnya adalah motif-motif
Universitas Sumatera Utara
sosial. Interaksi sosial selalu diusahakan supaya kesatuan sosial social unity tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan
jangan sampai terjadi. Prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan. Kekuatan yang mempersatukan masyarakat
masyarakat pedesaan itu timbul karena adanya kesamaan-kesamaan kemasyarakatan, seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan dan kesamaan
pengalaman.
II.6.1.4 Kehidupan Ekonomi Masyarakat Pedesaan
Pada masyarakat pedesaan mata pencaharian bersifat homogeny yang berada di sector ekonomi primer, yaitu bertumpu pada bidang pertanian.
Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian, peternakan dan termasuk juga perikanan darat. Jadi kegiatan
di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia.
Pada umumnya masyarakat pedesaan menganut sistem ekonomi tradisional atau sistem ekonomi tertutup, cukup memenuhi kebutuhan-kebutuhan
ekonomi masyarakat terbatas untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan bersama.
II.6.1.5 Kehidupan Budaya Masyarakat Pedesaan
Kebudayaan adalah cara hidup yang dibina oleh suatu masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti untuk bertahan hidup,
kelangsungan jenis manusia dan penertiban pengalaman sosial. Kebudayaan
Universitas Sumatera Utara
adalah penjumlahan atau akumulasi semua obyek materi, pola organisasi kemasyarakatan, tingkah laku, pengetahuan, kepercayaan dan lain-lain yang
dikembangkan dalam pergaulan hidup manusia. Kebudayaan tidaklah diwariskan secara biologis. Setiap angkatan
mempelajari sendiri dan meneruskan pada generasi berikutnya dan ditambah dengan apa yang dirubah atau dikembangkan selama masa hidupnya dengan
transmisi ini maka dimungkinkan adanya kelangsungan kebudayaan selama beberapa generasi. Kebudayaan yang diturunkan kepada generasi berikutnya itu
dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan: a.
Kebiasaan, yaitu cara yang sudah menetap dan umum untuk melakukan sesuatu, dan sudah diakui oleh masyarakat.
b. Adat, yaitu cara tingkah laku dalam masyarakat yang diberi sanksi dan
dianggap sebagai cara yang tetap dan baik. c.
Upacara peribadatan, yaitu suatu rangkaian gerak dan perkataan yang dilakukan oleh orang-orang tertentu dengan para var simbolik perkataan
tertentu dan cara-cara yang mempunyai arti.
II.6.2 Tipologi Desa
Tipologi dari masyarakat desa dilihat dari kegiatan pokok yang ditekuni masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu tipologi
desa bias dilihat dari segi pemukiman maupun dari tingkat perkembangan masyarakat desa itu sendiri, dilihat dari segi mata pencaharian pokok yang
dikerjakan. Tipologi masyarakat desa terbagi dua yaitu desa pertanian dan desa industry.
Universitas Sumatera Utara
• Desa pertanian
Menurut Landis ada 4 tipe desa pertanian, yaitu Farm Village Type, Nebulous Farm Village Type, Arranged Isolated Farm Type, Pure
Isolated Farm Type, Everett, M.Rogers dan Rabelj. Burge dalam bukunya “Social change in Rural societies menambahkan tipe desa yaitu The
scaffered farmstead community and The Cluster Village. •
Desa Industri Selain dilihat dari aspek mata pencaharian, tipologi desa juga dapat
dilihat dari perkembangan masyarakatnya, yaitu; 1
Desa Tradisional Swadaya, yaitu desa yang masih terikat oleh tradisi karena taraf pendidikannya relatif rendah, produksi
diarahkan untuk kebutuhan primer keluarga, dan komunikasi ke luar sangat terbatas.
Atau, desa swadaya adalah suatu wilayah pedesaan yang hampir seluruh masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhannya dengan
cara mengadakan sendiri. Ciri-ciri desa swadaya :
a Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya. b Penduduknya jarang.
c Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris. d Bersifat tertutup.
e Masyarakat memegang teguh adat. f Teknologi masih rendah.
g Sarana dan prasarana sangat kurang.
Universitas Sumatera Utara
h Hubungan antarmanusia sangat erat. i Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.
2 Desa Swakarya, yaitu desa yang sudah agak longgar adat
istiadatnya karena pengaruh luar, mengenal teknologi pertanian, dan taraf pendidikan warganya relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan desa lainnya. Atau, desa yang sudah bias memenuhi kebutuhannya sendiri,
kelebihan produksi sudah mulai dijual ke daerah-daerah lainnya. Ciri-ciri desa swakarya :
a Adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir.
b Masyarakat sudah mulai terlepas dari adat. c Produktivitas mulai meningkat.
d Sarana prasarana mulai meningkat. e Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara
berpikir. 3
Desa Swasembada, yaitu desa yang lebih maju daripada desa swakarya dan tidak terikat lagi oleh adat-istiadat yang ketat.
Atau, desa yang lebih maju dan mampu mengembangkan semua potensi yang ada secara optimal,dengan ciri-ciri berikut :
a Hubungan antarmanusia bersifat rasional. b Mata pencaharian homogen.
c Teknologi dan pendidikan tinggi. d Produktifitas tinggi.
Universitas Sumatera Utara
e Terlepas dari adat. f Sarana dan prasarana lengkap dan modern.
Tipologi desa adalah teknik untuk mengenal desa-desa yang banyak jumlahnya, sehingga konkrit permasalahannya.
Tingkat perkembangan desa ditentukan oleh : •
Imbangan daya unsur-unsur dari dalam desa itu sendiri. •
Pengaruh unsur-unsur dari dalan desa itu sendiri •
Intensitas pengaruh unsure luar ditentukan oleh posisi desa tersebut terhadap pusat-pusat unit wilayah yang lebih besar dan pusat-pusat
fasilitas. Disamping dapat dilihat dari faktor-faktor diatas, maka tingkat
pertumbuhan desa dapat dilihat dari komposisi jenis jalan dan karakteristik kegiatan ekonomi yaitu primer, sekunder, dan tersier.
Komponen potensi desa berdasarkan perumusan diskusi penelitian desa di Cibogo 1971 digolongkan sebagai berikut :
1. Alami: Lokasi, Luas Desa, Keadaan Tanah, Keadaan Air, keadaan
alam nabati dan hewani. 2.
Manusia: Jumlah pendudk, Penyebarannya Density, karakteristiknya meliputi :susunan umur, susunan kelamin seks, adat istiadat dan
agama, organisasi masyarakatdan gotong royong. 3.
Kegiatan Ekonomi: Agraris Primer yang meliputi : pertanian, perikanan, peternakan, pengumpulan hasil hutan, industrikerajinan
sekunder, perdagangan dan jasa-jasa.
Universitas Sumatera Utara
4. Prasarana: Prasarana perhubungan dan komunikasi, prasarana
pengairanproduksi, prasarana pemasaranpasar-pasar, kios-kios dan lain-lain, prasarana pendidikan, kesehatan social budaya.
Berdasarkan analisis Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah bekerja sama dengan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan dan Center for Urban and
Regional Development Curds Medan April 2009, Di Indonesia, sistem klasifikasi dan tipologi desa didasarkan atas pendekatan ekosistem. Pendekatan
ini, dapat diidentifikasikan adanya sepuluh faktor yang menentukan tingkat perkembangan sebuah desa, yaitu sebagai berikut.
5. a. Faktor penduduk D–Density.
6. b. Faktor alam N–Nature.
7. c. Faktor orbitrasi desa U–Urban centre.
8. d. Faktor mata pencarian E–Earning.
9. e. Faktor pendapatan desa Y–YieldOutput.
10. f. Faktor adat istiadat C–Custom.
11. g. Faktor kelembagaan L.
12. h. Faktor pendidikan E–Education.
13. i. Fakor gotong royong Gr.
14. j. Faktor prasarana desa P.
Dalam penelitian Tugas Akhir ini kita menggunakan tipologi desa berdasarkan perkembangan masyarakatnya, yaitu desa swadaya, desa swakarya
dan desa swasembada. Dalam pengolahan data selanjutnya perlu dianalisis secara sistematik dari tiap factor atau komponen penyusun tipologi desa. Factor manusia
dan alam merupakan dasar di dalam membuat klasifikasi tipe desa. Untuk itu
Universitas Sumatera Utara
perlu suatu alat pengukur parameteryang akan dipakai dalam analisis selanjutnya.
II.7 Pengantar Statistika